Sunday, February 14, 2016

MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP DAN METODE PENINGKATAN KUALITAS AKIDAH

BAB 1
A.    Pengertian Akidah
Menurut bahasa akidah berasal dari kataaqada-ya’qidu-aqdan-aqiidatan. ‘aqdan artinya simpul, ikatan, perjanjian dan kukuh. Aqiidah berarti keyakinan, kepercayaan. Dengan demikian, akidah berarti sesuatu yang dipegang teguh dan kuat dalam lubuk jiwa dan tidak dapat beralih dari padanya. Adapun menurut istilah, akidah adalah kumpulan kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia bberdasarkan akal, wahyu, dan fitrah serta diyakini kebenarannya dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengannya. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akidah islam adalah sesuatu yang dipercayai dan diyakini kebenarannya oleh hati manusia, sesuai ajaran islam dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan hadis.
Akidah hampir sama dengan iman. Ada sedikit perbedaan akidah dengan iman. Iman adalah sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota badan. Adapun akidah hanya keyakinan. Jadi jika akidah terkait dengan aspek dalam(aspek hati) dari iman, iman tidak hanya menyangkut aspek hati, tetapi juga aspek luar. Aspek dalam iman adalah keyakinan dan aspek luarnya berupa pengakuan lisan dan pembuktiannya dengan amal perbuatan.
Selain iman, akidah juga semakna dengan tauhid. Ttauhid artinya mengesakan. Tauhidullah artinya mengesakan Allah. Ajaran tauhid merupakan tema sentral akidah dan iman.

B.    Perbandingan Akidah, Tauhid, dan Ilmu kalam
Akidah adalah keyakinan. Akidah islam bersumber pada Al-Qur’an dan hadis. Artinya, apapun yang disampaikan Allah melalui Al-Qur’an dan apapun yang disampaikan nabi melaui hadis, yang memiliki kesahihan dan dapat dipertanggung jawabkan, wajib kita yakini dan imani diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tauhid artinya mengesakan. Asal makna tauhid adalah meyakinkan bahwa Allah adalah satu dan tidak ada sekutu bagi-NYA. Ilmu tauhid membahas tentang keesaan Allah dan sifat-sifat_NYA, baik sifat wajib, mustahil maupun jaiz, dan membahas tentang rasul-rasul Allah. Ilmu ini dinamakan tauhid karena pembahasan yang paling menonjol menyangkut pokok keesaan Allah yang merupakan asas pokok agama islam, sebagaimana yang berlaku terhadap agama yang benar yang telah dibawakan oleh para rasul Allah terdahulu. Para ulama sepakat bahwa pengertian tauhid itu mengandung 3unsur mutlak yaitu, tauhid rububiyah, tauhid mulkiyah, dan tauhid uluhiyah.
Pada perkembangan selanjutnya, ilmu tauhid itu disebut ilmu kalam. Artinya, ilmu yang membicarakan perdebatan diantara kalangan pemikir mengenai masalah-masalah akidah. Masalah akidah yang dibahas dalam ilmu  kalam, misalnya, kebaradaan Tuhan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-NYA dengan menggunakan argumentasi-argumentasi filosofi dan logika. Jadi yang dibicarakan dalam ilmu tauhid dan ilmu kalam adalah masalah akidah. Dengan adanya akidah, muncullah ilmu tauhid dan ilmu kalam.

C.    Dalil Naqli tentang Akidah
Diantara dalil naqli tentang akidah, tauhid, dan iman sebagai berikut:
1.     Surah al-Anbiya 21:21
ام اتخذوا الهة من الارض هم ينشرون

Apakah mereka mengambil tuhan-uhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang yang mati)? (QS.al-Anbiya/21:21)

2.     Surah an-Nahl/16:106
“Barang siapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dan beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka mendapat adzab yang besar.” (QS. an-Nahl/16:106).

D.    Ruang Lingkup Pembahasan Akidah Islam
Ruang lingkup pembahasan akidah islam ada empat, yaitu ilahiyat, nubuwat, ruhaniyat, dan sam’iyat. Yang dimaksud ilahiyat adalah pembahasan segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah, seperti wujud, Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-Nya, dan lain-lain. Nubuwat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan para nabi dan rasul, kitab-kitab Allah, mukjizat, karamah dan lain-lain. Ruhaniyat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan dan lain-lain. Sam’iyat membahas tentang segala sesuatu yang hanya bisa kita ketahui lewat sam’I, yaitu lewat dalil naqli Al-Qur’an dan hadis.
Jika dibaca ulang, keempatruang lingkup akidah tersebut, sebenarnya termasuk dalam pembahasan rukun iman yang enam. Paparan rukun iman tersebut sebagai berikut.
1.     Kepercayaan tentang adanya Allah dan segala sifat-sifat-Nya, yaitu sifat wajib, mustahil, dan jaiz. Kepercayaan tentang wujud Allah dapat dibuktikan dengan keteraturan dan keindahan alam semesta ini.
2.     Kepercayaan tentang alam gaib, yaitu percaya adanya alam dibalik alam nyata ini dan makhluk-makhluk yang ada didalamnya, seperti malaikat, jin, iblis, setan, roh.
3.     Kepercayaan tentang kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada rasul. Kitab-kitab tersebut diturunkan agar menjadi pedoman hidup manusia.
4.     Kepercayaan tentang para nabi dan rasul Allah. Para nabi member petunjuk dan bimbingan kepada manusia agar melakukan hal-hal yang baik dan benar.
5.     Kepercayaan tentang hari akhir serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu, seperti hari bangkit dari kubur, timbangan amal baik dan amal buruk, pahala, siksa, surge, dan neraka.
6.     Kepercayaan tentang takdir, yaitu percaya qadha dan qadar Allah.

E.    Fungsi Akidah dalam Mendasari Akhlak
Akidah berfungsi membimbing tindakan manusia. Akidah membimbing manusia dalam berakhlak baik atau buruk. Jika seseorang memiliki akidah yang benar dan memahaminya dengan baik, akidahitu akan membimbingnya untuk berbuat kebaikan. Sebaliknya, jika seseorang memiliki akidah yang tidak benar, akidah itu akan membimbingnya menuju akhlak tercela.
Ijma’ merupakan kesepakatan ulama terkait dengan hukum yang belum jelas di Al-Qur’an dan hadis. Dasar hokum ijma’ adalah surah (an-Nisa/4:59. Adapun qiyas adalah mempersamakan suatu kejadian yang belum ada ketentuan hukumnya dal Al-Qur’an dan hadis dengan sesuatu yang sudah ada ketentuan hukumnya dengan hukum yang ditentukan oleh nash tersebut karena adanya kesamaan illat hukum pada hukum.
Jadi fungsi akidah dalam mendasari akhlak dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.   Akidah sebagau dasar setiap tindakan manusia (akhlak).
2.   Akidah yang benar mendasari terlaksananya akhlak yang terpuji.
3.   Akidah yang tidak benar akan mendasari terlaksananya akhlak tercela.
4.   Semakin tinggi pemahaman seseorang terhadap dalil yang menjadi sumber akidah islam maka semakin tinggi pula tingkat perilaku terpuji manusia.
5.   Lemahnya akhlak seseorang menujukan lemahnya akidah.
F.     Contoh-contoh Akhlak Terpuji sebagi Akibat dari Akidah yang Benar
1.     Akhlak terhadap Allah
a.      Takwa
Takwa adalah memelihara diri dari adzab Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ciri orang yang bertakwa adalah memiliki iman yang enam, memiliki ihsan, memiliki islam.
b.     Cinta dan rida
Cinta adalah perasaan diri, perasaan jiwa, dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada yang dicintainya dengan penuh semangat dan kasih sayang.
c.      Ikhlas
Yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata untuk mencari keridaann Allah dan atanpa pamrih kepada manusia.
d.     Tawakal
Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan segala keputusan hanya kepada Allah.
e.      Syukur
Yang dimaksud dengan syukur adalah memuji kepada yang member nikmat, dengan mengakui nikmat tersebut dalam hati, mengikrarkan secara lisan, dan kemudian menjadikan nikmat itu sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
f.      Muraqabah
Adalah kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu berada dalam pengawasan Allah swt.
g.     Tobat
Adalah memohon ampunan dari Allah swt, atas dosa baik yang disengaja atau yang tidak dengan disertai penyesalan dan berjanji tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut.
2.     Akhlak terhadap Rasulullah
a.      Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
b.     Mencintai dan memuliyakan Rasul
c.      Mengikuti dan mentaati Rasul
d.     Mengucapkan salawat dan salam
3.     Akhlah Pribadi
Sifat amanah (dapat dipercaya) merupakan sifat terpuji bagi diri sendiri. Ada juga seperti istiqamah, iffah, mujahadah, syaja’ah, tawadu, malu, sabar dan pemaaf juga merupakan sifat erpuji bagi diri sendiri.
4.     Akhlak dalam Keluarga
a.    Birrul walidaini (berbakti kepada kedua orang tua)
b.   Hak dan kasih sayang suami istri
c.    Kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak
d.   Silaturahmi dengan karib kerabat
5.     Akhlak bermasyarakat
a.      Bertamu dan menerima tamu
b.     Hubungan baik dengan tetangga
c.      Hubungan baik dengan masyarakat
d.     Pergaulan muda-mudi
e.      Ukhuwah islamiyah
6.     Akhlak bernegara
a.    Musyawarah
b.   Menegakkan keadilan
c.    Amar ma’ruf nahi munkar
d.   Hubungan pemimpin dengan yang dipimpin
G.   Contoh-contoh Akhlak Tercela sebagai Akibat dari Akidah yang Tidak Benar
1.     Syirik
2.     Riya/pamrih
3.     Sombong/takabur
4.     Memaki dan mencela
5.     Durhaka terhadap ibu dan bapak
6.     Menjadi saksi palsu atau mengucapkan sumpah palsu
7.     Memakan harta anak yatim
8.     Memutuskan silaturahmi
9.     Menyakiti tetangga

H.    Hubungan antara Akidah dan Akhlak
Hubungan antara akhlak dan iman tercermin dalam pernyataan rasulullah yang diriwayatkan dari Abu Hurairah oleh at-Tirmizi sebagai berikut:
 “Orang mukmin yang sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya(H.R. at-Tirmizi).
Seseorang yang memiliki akidah yang benar dan kuat akan mampu mewujudkan akidah tersebut elalui perbuatan baik yang berupa akhlak mulia (al-akhlak al- karimah). Pendidikan akhlak diperlukan oleh manusia untuk mengubah karakter manusia dari yang tidak baik menjadi baik.



BAB II
TAUHID DALAM AJARAN ISLAM
A.        Pengertian Tauhid
Kata tauhid berasal dari bahasa Arab wahhada-yuwahhidu-tauhiidan artinya mengesakan. Secara etimologis tauhid berarti keesaan, maksudnya keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa, Tunggal, Satu. Mentauhidkan berarti mengakui dan meyakini ke-Esaan Allah dan menge-Esakan Allah. Adapun secara terminologi tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah SWT, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifatsifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang tidak boleh ada pada-Nya. Juga membahas tentang Rasul Allah, meyakini kerasulan mereka.
Tauhid bukan hanya diketahui dan dimiliki oleh seseorang, tetapi lebih dari itu, ia harus dihayati dengan sepenuh hati, baik dalam pemikiran, perkataan dan perbuatan. Apabila tauhid telah dimiliki, dimengerti, dan dihayati dengan benar dan baik, kesadaran seseorang akan tugas dan kewajibannya sebagai manusia atau hamba Allah SWT yang mencakup beberapa macam antara lain:
1. Keesaan zat Allah SWT.
2. Keesaan sifat
3. Keesaan perbuatan
4. Keesaan dalam beribadah kepada-Nya.
B. Tujuan dan Manfaat Tauhid.
Pada hakikatnya tauhid ini bukan sekedar diketahui dan dimiliki oleh seseorang, tetapi lebih dari itu, ia harus dihayati dengan baik dan benar. Oleh karena itu, apabila tauhid telah dimiliki, dimengerti dan dihayati dengan baik dan benar, maka akan menjadikan tauhid sebagai:
a.      Kesadaran seseorang akan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah akan muncul dengan sendirinya;
b.     Pembimbing umat manusia untuk menemukan kembali jalan yang kurus seperti yang tela dilakukan para Nabi dan Rasul, karena jika diibaratkan sebuah pohon, tuhid adalah pokok akar untuk menemukan kemabli jalan Allah, yang dapat membawa umat manusia kepada puncak segala kebajikan.
c.      Akan melahirkan keyakinan bahwa semua yang ada di alam ini adalah ciptaan Tuhan, semuanya akan kembali kapada Tuhan, dan segala sesuatu berada dalam urusan yang Maha Esa itu.
d.     Sebagai pokok dan landasan berfikir dan bertindak bagi umat Islam.
e.      Sebagai rasa ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan.
f.      Sebagai pembentukan sikap dan perilaku
g.     Sebagai landasan falsafah hidup.
Manafaat tauhid bagi kehidupan manusia:
1.       Sebagai sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan keuatamaan.
2.       Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
3.       Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan.
4.       Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.
Dalam konteks pengembangan umat, tauhid berfungsi untuk mentransformasikan setiap individu yang meyakininya menjadi manusia yang lebih ideal. Dalam arti, memiliki sifat-sifat mulia yang membebaskan dirinya dari setiap belenggu sosial, politif, ekonomi dan budaya.
C.        Kedudukan Tauhid
Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam agama Islam, antara lain sebagai berikut:
a.      Tauhid adalah tujuan penciptaan manusia.
b.     Tauhid adalah tujuan diutusnya para Rasul.
c.      Tauhid merupakan perintah Allah yang paling utama dan pertama.
d.     Tauhid adalah poros perbaikan umat.
e.      Tauhid dalam Al-Qur’an.
D.        Istilah-istilah Ilmu Tauhid
1.       Ilmu Ushuluddin
Ushuluddin berasal dari dua kata, yaitu ushul dan ad-dien. Ushul adalah bentuk jamak dari ashlun yang berarti: dasar atau asas, sedangkan ad-dien adalah agama sehingga ushuluddin mempunyai pengertian dasar atau dasar agama, yaitu aqidah, tauhid dan i’tiqad (keyakinan) dan rukun iman. Dinamakan ilmu ushuluddin (ilmu aqoid) karena pokok pembeicaraannya adalah dasar-dasar kepercayaan agama yang menjadi pondasi agama Islam, yakni akidah atau keyakinan kepada Allah SWT.
2.       Ilmu Kalam
Ilmu kalam adalah suatu kajian ilmiah yang berupa untuk memahami keyakinan-keyakinan keagamaan dengan didasarkan pada argumentasi dan rasional. Tauhid dinamakan ilmu kalam karena ilmu ini membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan argumentasi tentang keberadaan Allah sebagai Tuhan yang paling berhak disembah termasuk kalamullah yang disampaikan kepada para Nabi dan Rasul.
3.       Ilmu Ketuhanan (Theologi)
Secara etimologi kata Theologi itu terdiri atas dua kata, yakni Theos berarti Tuhan dan logos yang bermakna ilmu. Secara terminologi Theologi adalah ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan berhubungan dengan manusia baik berdasarkan kebenaran agama (wahyu) ataupun berdasarkan penyeledikan akal murni. Tauhid dinamakan juga dengan Theologi karena adanya kepercayaan kepada Tuhan dan segala sesuatu yang bertalian dengan-Nya, hubungan Tuhan dengan manusia dan alam semesta, baik yang ghaib dan yang nyata.
E.        Macam-macam Tauhid
Tauhid terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
1.  Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah mengakui bahwa hanya Allah, Tuhan yang berhak disebah tidak ada sekutu bagi-Nya.
2.               Tauhid Rububiyah
Adalah meyakini dan mengesakan Allah SWT dalam hal perbuatan-Nya seperti mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan, mendatangkan bahaya, memberi manfaat, memelihara, mengatur dan perbuatan lain yang merupakan perbuatan-perbuatan khusus Allah SWT.
3.               Tauhid Mulkiyah
Adalah mentauhidkan Allah dalam mulkiyah-Nya yaitu mengesakan Alla terhadap pemilikan, pemerintahan, dan penguasaan-Nya terhadap alam ini.
4.               Tauhid Rahmaniyah
Adalah beriman kepada nama dan sifat Allah Ar-Rahman yang artinya Maha Pengasih, Dia-lah Allah yang mengasihi seluruh makhluk-Nya tidak ada yang bisa menyamai kasih sayang-Nya apalagi lebih pengasih dari pada Dia.
F.         Makna Tauhid dalam kehidupan
1.   Membebaskan manuisa dari belenggu kepercayaan palsu.
Islam dengan konsep tauihidnya datang tidak mengenal kompromi. Oleh karena itu, seorang muslim harus mampu menghilangkan segala bentuk ketergantungan terhadap benda-benda dan memandangnya sebagai benda apa adanya, benda-benda yang seharusnya ditundukkan dan dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia sehari-hari.
2.   Persamaan (emansipasi) harkat dan martabat kemanusiaan.
Agar tetap terjaga harkat dan martabat kemanusiaannya manusia harus menyelamatkan imannya dengan tetap menghambakan diri kepada Allah SWT. Ini berarti hanya dengan menghambakan diri kepada Allah manusia akan mendapatakan kepribadiannya yang utuh dan integral.
G.        Kisah Teladan
1. Bilal bin Rabah
Nama lengkapnya Bilal bin Rabah Al-Habasyi, ia berasal dari negeri Habasyah, sekarang Ethiopia. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah dan digelari Muadzdzin Ar-Rasul. Bilal lahir di daerah As-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah.ia berpostur tinggi, kurus, warna kulitnya coklat, pelipisnya tipis, dan rambutnya lebat.
Ibunya seorang hamba sahaya (budak) milik Umayah bin Khalaf dari Bani Jumuh. Bilal menjadi budak mereka hingga akhirnya mereka masuk Islam. Ia sahabat Rasulullah yang berasal dari non-Arab. Dahulu Umayah bin Khalaf pernah menyiksa Bilal dan menjemurnya di tengah padang pasir selama beberapa hari. Diperutnya diikat dengan batu besar dan lehernya diikat dengan tali. Laluorang-orang kafir menyuruh anak-anaknya untuk mnyeretnya ke perbukitan Mekkah. Saat beliau sedang disiksa tidak ada yang diminta Bilal kepada para penyiksa selain memohon kepada Allah. Berkali-kali Umayah bin Khallaf menyiksa Bilal dan memintanya untuk keluar dari agama Islam. Namun Bilal tetap teguh pendirian. Ia selalu mengucapkan “Ahad-ahad”. Dan ia menolak untuk mengingkari agama Islam. Maka Abu Bakr memerdekakannya. Lalu Umar bin Khottob berkata, “Abu Bakar adalah seorang pemimpin (sayyid) kami.” Setelah  merdeka, mengabdikan untuk Allah dan Rasul-Nya. Kemana pun Rasulullah SAW pergi Bilal senantiasa berada di samping Rasulullah. Karena itu pula, para sahabat Nabi SAW sangat menghormati dan memuliakan Bilal, sebagaimana mereka memuliakan dan menghormati Rasulullah SAW.
2.   Ashahabul Khafi
Ashahabul Kahfi adalah kisah sejumlah pemuda yang berjuang untuk mempertahankan akidahnya. Mereka menyelamatkan diri ke sebuah gua dari kejaran Raja Dikyanus yang menyembah berhala dan tertidur selama 309 tahun. Diikuti dengan seekor anjingnya yang membentangkan kedua lengannya di depan pintu. Dalam tidur panjangnya mereka seperti orang tidur yang hanya semalam saja. Tubuh mereka di bolak-balikkan ke kanan dan ke kiri serta telinga mereka ditutup sehingga mereka tidak terbangun oleh suara-suara yanga ada di sekitarnya. Ketika mereka terjaga dari tidurnya, wajah kota sudah berubah sangat drastis dan uang perak yang mereka miliki sudah tidak berfungsi lagi. Ini menandakan pada mereka bahwa mereka tidak tidur hanya sehari saja tetapi beratus-ratus tahun.
Kisah Ashabul kahfi ini memberikan inspirasi kepada pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam teori hibernasi, yaitu teori kondisi ketidakaktifan dan penurunan fungsi metabolisme pada tubuh, serupa dengan kondisi tidur. Para pemuda Ashabul kahfi yang tertidur selama ratusan tahun tetap bertahan hidup atnpa makan dan minum dan tidak mengelami kerusakan pada tulang dan otot. Padahal kerusakan dan hancurnya otot tidak terhindarkan pada orang-orang yang kelaparan sehingga dapat menyebabkan kematian. Kini, teori hibernasi lebih dikembangkan bagi para astronot dan para penderita kerusakan sel tulang.
3.   Kisah Keluarga Yasr bin Ammar
Setiap hari Yasir, Summayah, dan Ammar dibawa kepadang pasir Mekkah yang sangat panas, lalu didera dengan berbagai azab dan siksa. Penderitaan dan pengalaman Summayah dari siksaan ini amat mengerikan dan menakutkan, namun sumayah telah menunjukkan sikap dan pendirian tangguh, yang dari awal hingga akhir dibuktikan kepada manusia dengan suatu kemuliaan yang tak pernah terhapus dan kehormatan yang pamornya tak pernah luntur.
Bagaimanapun juga, semua bencana itu tidaklah dapat menekan jiwa ammar, walau telah menekan punggung dan menguras tenaganya. Ia merasa dirinya benar-benar celaka, ketika pada suatu hari tukang-tukang cambuk dan para penderanya menghabiskan segala daya upaya dalam melampiaskan kezaliman dan kekejiannya. Semenjak hukuman bakar dengan besi panas, sampai disalib di atas pasir panas dengan ditindih batu laksana bara merah, bahkan sampai ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak napasnya dan mengelupas kulitnya yang penuh dengan luka. Pada hari itu, ketika ia tak sadarkan diri karena siksaan yang dmeikian berat, orang-orang itu berkata padanya, “Pujalah olehmu Tuhan-tuhan kami!” Ammar pun mengikuti perintah mereka tanpa menyadari apa yang keluar dari bibirnya. Karena sadar dengan dihentikannya siksaan, tiba-tiba ia sadar akan apa yang telah diucapkannya, maka hilanglah akalnya dan terbayanglah di matanya betapa besar kesalahannya yang telah dilakukannya, suatu dosa besar yang tidak dapat ditebus lagi dan diampuni lagi.
Ketika Rasulullah menemui sahabatnya itu didapatinya ia sedang menangis, maka disapulah tangisnya dengan tangan beliau seraya berkata, “Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu?” “Benar wahai Rasulullah”, ujar Ammar. Rasulullah tersenyum berkata, “Jika mereka memaksamu lagi, tidak apa, ucapkanlah apa yang kamu katakan tadi!”. Lalu Rasulullah membacakan kepadanya ayat yang muliaberikut ini, “Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan...” (QS. An-Nahl: 106)











BAB IV
MASALAH AKHLAK DAN METODE PENINGKATAN KUALITASNYA
A.  Pengertian Akhlak, Etika dan Moral
Akhlak berasal dari Bahasa Arab akhlaaq yang merupakan bentuk jamak (plurak) dari khuluq. Menurut bahasa, akhlak berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, tabiat, atau watak. Kata khuluq berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Kata khalaqa seakar dengan kata khaaliq (pencipta), makhluuq (yang diciptakan), dan khalq (penciptaan). Sedangkan, menurut istilah, akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan, baik atau buruk, benar atau salah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa akhlaq berpangkal pada hati dan diwujudkan dalam perbuatan sebagai kebiasaan dan bukan perbuatan yang dibuat-buat.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia “ (H.R Baihaqi).
Akhlak Islam adalah akhlak yang rabbani, manusiawi, universal, seimbang, dan realistis. Akhlak Rabbani artinya akhlak yang bersumber dari wahyu ilahi yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis. Akhlak tersebut bertujuan mendapatkan kebahagiaan tidak hanya di dunia, tetapi juga diakhirat kelak. Akhlak dalam Islambukanlah moral yang berlaku pada suatu tempat tertentu, melainkan berlaku untuk seluruh manusia sepanjang masa, di manapun dan kapan pun dia berada.
Akhlak Islam juga memiliki ciri manusiawi. Artinya, sejalan dengan tuntutan fitrah manusia. Manusia memiliki fitrah untuk menjadi makhluk yang sempurna penciptaannya dan menjadi makhluk yang terhormatdi antara makhluk Allah di muka bumi.
Akhlak Islam meripakan akhlak yang universal. Artinya akhlak Islam mencakup segala aspek kehidupan manusia dan bisa diterima oelh naluri setiap manusia.
Adapun istilah yang mirip dengan akhlak yaitu etika dan moral. Menurut bahasa, perkataan etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang berarti adat kebiasaan. Etika merupakan filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik-buruk. Di samping mempelajari nilai-nilai, etika juga merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai. Etika merupakan bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi. Adapun, menurut istilah, etika merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan tersebut termasuk baik-ataukah buruk dengan menggunakan penilaian akal dan pikiran. Adapun, yang menjadi objek etika adalah tingkah laku dan sifat manusia yang meliputi seluruh aspek kehidupan, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.
Adapun, moral, menurut bahasa berasal dari bahasa latin, mores yang merupakan bentuk jamak (plural) dari mos yang berarti adat kebiasaan. Adapun, menurut istilah,moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, dan buruk.
B. Ruang Lingkup Ahklak
Muhammad Abdul Draz dalam kitabnya Dusturul Akhlaq fil Islam membagi ruang lingkup akhlaq menjadi lima bagian:
1.   Akhlak pribadi, meliputi akhlak yang diperintahkan, dilarang, diperbolehkan, dan akhlak dalam keadaan darurat.
2.   Akhlak berkeluarga, meliputi kewajiban timbal balik orang tua dan anak, kewajiban suami-istri dan kewajiban terhadap karib kerabat.
3.   Akhlak bermasyarakat, meliputi akhlak yang dilarang, yang diperintahkan, dan kaidah-kaidah adab.
4.   Akhlak bernegara, meliputi hubungan antara pemimpin dengan rakyat dan hubungan luar negri.
5.   Akhlak beragama, yaitu kewajiban terhadap Allah SWT.
C.        Induk-Induk Akhlak Terpuji dan Ajkhlak Tercela
1.   Akhlak terpuji
a.      Hubungan manusia dengan Allah
Pemeliharaan hubungan dengan Allah dapat dilakukan, antara lain:
1). Tidak menyekutukan Allah dengan apapun juga.
2). Mentaati, takut, bertakwa, dan bertobat kepada Allah.
3). Mencintai Allah swt.
4). Selalu mencari keridaan Allah.
5). Bersyukur kepada Allah melalui lisan dan perbuatan.
6). Selalu memohon dan berdoa kepada Allah swt.
7). Senantiasa beribadah kepada Allah swt.
b.     Hubungan manusia dengan manusia
Salah satu cara memelihara hubungan antar manusia adalah dengan cara mengembangkan gaya hidup yang selaras dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat serta sesuai norma agama.
c.      Hubungan manusia dengan alam
2.     Akhlak tercela
Adapun jenis akhlak tercela yang harus dihindari oleh setiap muslim sebagai berikut:
a.      Setiap ucapan atau perbuatan yang dilarang Al-Quran termasuk akhlak tercela dan buruk
b.     Setiap sesuatu yang diharamkan Allah kalau direnungkan dengan saksama ternyata merupakan perbuatan keji, buruk, batal, sesat, dan maksiat yang menimbulkan permusuhan, kebencian, dan percekcokan.
D. Metode Peningkatan Kualitas Akhlak
Adapun prinsip umum yang menyelamatkan kaum muslimin dari kebimbangan, kebingungan, dan kecanggungan dalam menghadapi kehidupan. Prinsip umum meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.     Komitmen dengan jalan hidup Islam
2.     Loyal kepada Allah, Rasul-Nya, dan Islam
3.     Kesungguhan dalam menjalankan Kehidupan
4.     Sikap Toleran/Tasamuh dan Memaafkan
5.     Sikap Moderat terhadap Orang Lain dan Segala Sesuatu