BAB 1
A. Pengertian
Akidah
Menurut
bahasa akidah berasal dari kata “aqada-ya’qidu-aqdan-aqiidatan”. ‘aqdan artinya
simpul, ikatan, perjanjian dan kukuh. Aqiidah berarti keyakinan,
kepercayaan. Dengan demikian, akidah berarti sesuatu yang dipegang teguh dan
kuat dalam lubuk jiwa dan tidak dapat beralih dari padanya. Adapun menurut
istilah, akidah adalah kumpulan kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia bberdasarkan akal, wahyu, dan fitrah serta diyakini kebenarannya dan
ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengannya. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa akidah islam adalah sesuatu yang dipercayai dan
diyakini kebenarannya oleh hati manusia, sesuai ajaran islam dengan berpedoman
kepada Al-Qur’an dan hadis.
Akidah
hampir sama dengan iman. Ada sedikit perbedaan akidah dengan iman. Iman adalah
sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan anggota badan. Adapun akidah hanya keyakinan. Jadi jika akidah terkait
dengan aspek dalam(aspek hati) dari iman, iman tidak hanya menyangkut aspek
hati, tetapi juga aspek luar. Aspek dalam iman adalah keyakinan dan aspek
luarnya berupa pengakuan lisan dan pembuktiannya dengan amal perbuatan.
Selain
iman, akidah juga semakna dengan tauhid. Ttauhid artinya mengesakan.
Tauhidullah artinya mengesakan Allah. Ajaran tauhid merupakan tema sentral
akidah dan iman.
B. Perbandingan
Akidah, Tauhid, dan Ilmu kalam
Akidah
adalah keyakinan. Akidah islam bersumber pada Al-Qur’an dan hadis. Artinya,
apapun yang disampaikan Allah melalui Al-Qur’an dan apapun yang disampaikan
nabi melaui hadis, yang memiliki kesahihan dan dapat dipertanggung jawabkan,
wajib kita yakini dan imani diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tauhid
artinya mengesakan. Asal makna tauhid adalah meyakinkan bahwa Allah adalah satu
dan tidak ada sekutu bagi-NYA. Ilmu tauhid membahas tentang keesaan Allah dan
sifat-sifat_NYA, baik sifat wajib, mustahil maupun jaiz, dan membahas tentang
rasul-rasul Allah. Ilmu ini dinamakan tauhid karena pembahasan yang paling
menonjol menyangkut pokok keesaan Allah yang merupakan asas pokok agama islam,
sebagaimana yang berlaku terhadap agama yang benar yang telah dibawakan oleh
para rasul Allah terdahulu. Para ulama sepakat bahwa pengertian tauhid itu
mengandung 3unsur mutlak yaitu, tauhid rububiyah, tauhid mulkiyah, dan tauhid
uluhiyah.
Pada
perkembangan selanjutnya, ilmu tauhid itu disebut ilmu kalam. Artinya, ilmu
yang membicarakan perdebatan diantara kalangan pemikir mengenai masalah-masalah
akidah. Masalah akidah yang dibahas dalam ilmu
kalam, misalnya, kebaradaan Tuhan dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan-NYA dengan menggunakan argumentasi-argumentasi filosofi dan logika. Jadi
yang dibicarakan dalam ilmu tauhid dan ilmu kalam adalah masalah akidah. Dengan
adanya akidah, muncullah ilmu tauhid dan ilmu kalam.
C. Dalil
Naqli tentang Akidah
Diantara dalil naqli
tentang akidah, tauhid, dan iman sebagai berikut:
1. Surah
al-Anbiya 21:21
ام اتخذوا الهة من الارض
هم ينشرون
“Apakah mereka mengambil
tuhan-uhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang yang mati)?” (QS.al-Anbiya/21:21)
2. Surah
an-Nahl/16:106
“Barang siapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia
mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya
tetap tenang dan beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan
dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka mendapat
adzab yang besar.” (QS. an-Nahl/16:106).
D. Ruang
Lingkup Pembahasan Akidah Islam
Ruang
lingkup pembahasan akidah islam ada empat, yaitu ilahiyat, nubuwat, ruhaniyat,
dan sam’iyat. Yang dimaksud ilahiyat adalah pembahasan segala sesuatu yang
berhubungan dengan Allah, seperti wujud, Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-Nya,
dan lain-lain. Nubuwat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan para nabi dan rasul, kitab-kitab Allah, mukjizat, karamah
dan lain-lain. Ruhaniyat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan dan
lain-lain. Sam’iyat membahas tentang segala sesuatu yang hanya bisa kita
ketahui lewat sam’I, yaitu lewat dalil naqli Al-Qur’an dan hadis.
Jika
dibaca ulang, keempatruang lingkup akidah tersebut, sebenarnya termasuk dalam
pembahasan rukun iman yang enam. Paparan rukun iman tersebut sebagai berikut.
1. Kepercayaan
tentang adanya Allah dan segala sifat-sifat-Nya, yaitu sifat wajib, mustahil,
dan jaiz. Kepercayaan tentang wujud Allah dapat dibuktikan dengan keteraturan
dan keindahan alam semesta ini.
2. Kepercayaan
tentang alam gaib, yaitu percaya adanya alam dibalik alam nyata ini dan
makhluk-makhluk yang ada didalamnya, seperti malaikat, jin, iblis, setan, roh.
3. Kepercayaan
tentang kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada rasul. Kitab-kitab tersebut
diturunkan agar menjadi pedoman hidup manusia.
4. Kepercayaan
tentang para nabi dan rasul Allah. Para nabi member petunjuk dan bimbingan
kepada manusia agar melakukan hal-hal yang baik dan benar.
5. Kepercayaan
tentang hari akhir serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu,
seperti hari bangkit dari kubur, timbangan amal baik dan amal buruk, pahala,
siksa, surge, dan neraka.
6. Kepercayaan
tentang takdir, yaitu percaya qadha dan qadar Allah.
E. Fungsi
Akidah dalam Mendasari Akhlak
Akidah
berfungsi membimbing tindakan manusia. Akidah membimbing manusia dalam
berakhlak baik atau buruk. Jika seseorang memiliki akidah yang benar dan
memahaminya dengan baik, akidahitu akan membimbingnya untuk berbuat kebaikan.
Sebaliknya, jika seseorang memiliki akidah yang tidak benar, akidah itu akan
membimbingnya menuju akhlak tercela.
Ijma’
merupakan kesepakatan ulama terkait
dengan hukum yang belum jelas di Al-Qur’an dan hadis. Dasar hokum ijma’ adalah
surah (an-Nisa/4:59. Adapun qiyas adalah mempersamakan suatu
kejadian yang belum ada ketentuan hukumnya dal Al-Qur’an dan hadis dengan
sesuatu yang sudah ada ketentuan hukumnya dengan hukum yang ditentukan oleh nash
tersebut karena adanya kesamaan illat hukum pada hukum.
Jadi
fungsi akidah dalam mendasari akhlak dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Akidah
sebagau dasar setiap tindakan manusia (akhlak).
2. Akidah
yang benar mendasari terlaksananya akhlak yang terpuji.
3. Akidah
yang tidak benar akan mendasari terlaksananya akhlak tercela.
4. Semakin
tinggi pemahaman seseorang terhadap dalil yang menjadi sumber akidah islam maka
semakin tinggi pula tingkat perilaku terpuji manusia.
5. Lemahnya
akhlak seseorang menujukan lemahnya akidah.
F. Contoh-contoh
Akhlak Terpuji sebagi Akibat dari Akidah yang Benar
1. Akhlak
terhadap Allah
a. Takwa
Takwa
adalah memelihara diri dari adzab Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya. Ciri orang yang bertakwa adalah memiliki iman
yang enam, memiliki ihsan, memiliki islam.
b. Cinta
dan rida
Cinta
adalah perasaan diri, perasaan jiwa, dan dorongan hati yang menyebabkan
seseorang terpaut hatinya kepada yang dicintainya dengan penuh semangat dan
kasih sayang.
c. Ikhlas
Yang
dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata untuk mencari keridaann Allah
dan atanpa pamrih kepada manusia.
d. Tawakal
Tawakal
adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan
menyerahkan segala keputusan hanya kepada Allah.
e. Syukur
Yang
dimaksud dengan syukur adalah memuji kepada yang member nikmat, dengan mengakui
nikmat tersebut dalam hati, mengikrarkan secara lisan, dan kemudian menjadikan
nikmat itu sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
f. Muraqabah
Adalah
kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu berada dalam pengawasan Allah swt.
g. Tobat
Adalah
memohon ampunan dari Allah swt, atas dosa baik yang disengaja atau yang tidak
dengan disertai penyesalan dan berjanji tidak mengulangi lagi perbuatan dosa
tersebut.
2. Akhlak
terhadap Rasulullah
a. Cinta
kepada Allah dan Rasul-Nya
b. Mencintai
dan memuliyakan Rasul
c. Mengikuti
dan mentaati Rasul
d. Mengucapkan
salawat dan salam
3. Akhlah
Pribadi
Sifat
amanah (dapat dipercaya) merupakan sifat terpuji bagi diri sendiri. Ada juga
seperti istiqamah, iffah, mujahadah, syaja’ah, tawadu, malu, sabar dan pemaaf
juga merupakan sifat erpuji bagi diri sendiri.
4. Akhlak
dalam Keluarga
a. Birrul
walidaini (berbakti kepada kedua orang tua)
b. Hak
dan kasih sayang suami istri
c. Kasih
sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak
d. Silaturahmi
dengan karib kerabat
5. Akhlak
bermasyarakat
a. Bertamu
dan menerima tamu
b. Hubungan
baik dengan tetangga
c. Hubungan
baik dengan masyarakat
d. Pergaulan
muda-mudi
e. Ukhuwah
islamiyah
6. Akhlak
bernegara
a. Musyawarah
b. Menegakkan
keadilan
c. Amar
ma’ruf nahi munkar
d. Hubungan
pemimpin dengan yang dipimpin
G. Contoh-contoh
Akhlak Tercela sebagai Akibat dari Akidah yang Tidak Benar
1. Syirik
2. Riya/pamrih
3. Sombong/takabur
4. Memaki
dan mencela
5. Durhaka
terhadap ibu dan bapak
6. Menjadi
saksi palsu atau mengucapkan sumpah palsu
7. Memakan
harta anak yatim
8. Memutuskan
silaturahmi
9. Menyakiti
tetangga
H. Hubungan
antara Akidah dan Akhlak
Hubungan
antara akhlak dan iman tercermin dalam pernyataan rasulullah yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah oleh at-Tirmizi sebagai berikut:
“Orang
mukmin yang sempurna imannya
ialah yang terbaik akhlaknya“ (H.R.
at-Tirmizi).
Seseorang yang memiliki akidah yang
benar dan kuat akan mampu mewujudkan akidah tersebut elalui perbuatan baik yang
berupa akhlak mulia (al-akhlak al- karimah). Pendidikan akhlak diperlukan oleh
manusia untuk mengubah karakter manusia dari yang tidak baik menjadi baik.
BAB II
TAUHID DALAM AJARAN ISLAM
A. Pengertian Tauhid
Kata tauhid
berasal dari bahasa Arab wahhada-yuwahhidu-tauhiidan artinya mengesakan.
Secara etimologis tauhid berarti keesaan, maksudnya keyakinan bahwa Allah SWT
adalah Esa, Tunggal, Satu. Mentauhidkan berarti mengakui dan meyakini ke-Esaan
Allah dan menge-Esakan Allah. Adapun secara terminologi tauhid adalah ilmu yang
membahas tentang wujud Allah SWT, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya,
sifatsifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang tidak
boleh ada pada-Nya. Juga membahas tentang Rasul Allah, meyakini kerasulan
mereka.
Tauhid bukan hanya diketahui
dan dimiliki oleh seseorang, tetapi lebih dari itu, ia harus dihayati dengan
sepenuh hati, baik dalam pemikiran, perkataan dan perbuatan. Apabila tauhid
telah dimiliki, dimengerti, dan dihayati dengan benar dan baik, kesadaran
seseorang akan tugas dan kewajibannya sebagai manusia atau hamba Allah SWT yang
mencakup beberapa macam antara lain:
1. Keesaan
zat Allah SWT.
2. Keesaan
sifat
3. Keesaan
perbuatan
4. Keesaan
dalam beribadah kepada-Nya.
B. Tujuan dan Manfaat Tauhid.
Pada
hakikatnya tauhid ini bukan sekedar diketahui dan dimiliki oleh seseorang,
tetapi lebih dari itu, ia harus dihayati dengan baik dan benar. Oleh karena
itu, apabila tauhid telah dimiliki, dimengerti dan dihayati dengan baik dan
benar, maka akan menjadikan tauhid sebagai:
a.
Kesadaran seseorang
akan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah akan muncul dengan sendirinya;
b.
Pembimbing umat
manusia untuk menemukan kembali jalan yang kurus seperti yang tela dilakukan
para Nabi dan Rasul, karena jika diibaratkan sebuah pohon, tuhid adalah pokok
akar untuk menemukan kemabli jalan Allah, yang dapat membawa umat manusia
kepada puncak segala kebajikan.
c.
Akan melahirkan
keyakinan bahwa semua yang ada di alam ini adalah ciptaan Tuhan, semuanya akan
kembali kapada Tuhan, dan segala sesuatu berada dalam urusan yang Maha Esa itu.
d.
Sebagai pokok dan
landasan berfikir dan bertindak bagi umat Islam.
e.
Sebagai rasa
ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan.
f.
Sebagai pembentukan
sikap dan perilaku
g.
Sebagai landasan
falsafah hidup.
Manafaat tauhid bagi kehidupan manusia:
1.
Sebagai sumber dan
motivator perbuatan kebajikan dan keuatamaan.
2.
Membimbing manusia
ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan ibadah dengan
penuh keikhlasan.
3.
Mengeluarkan jiwa
manusia dari kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan hidup yang dapat
menyesatkan.
4.
Mengantarkan umat
manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.
Dalam konteks pengembangan
umat, tauhid berfungsi untuk mentransformasikan setiap individu yang
meyakininya menjadi manusia yang lebih ideal. Dalam arti, memiliki sifat-sifat
mulia yang membebaskan dirinya dari setiap belenggu sosial, politif, ekonomi
dan budaya.
C. Kedudukan Tauhid
Tauhid memiliki kedudukan yang
sangat tinggi dalam agama Islam, antara lain sebagai berikut:
a.
Tauhid adalah
tujuan penciptaan manusia.
b.
Tauhid adalah
tujuan diutusnya para Rasul.
c.
Tauhid merupakan
perintah Allah yang paling utama dan pertama.
d.
Tauhid adalah poros
perbaikan umat.
e.
Tauhid dalam
Al-Qur’an.
D. Istilah-istilah Ilmu Tauhid
1. Ilmu Ushuluddin
Ushuluddin
berasal dari dua kata, yaitu ushul dan ad-dien. Ushul adalah
bentuk jamak dari ashlun yang berarti: dasar atau asas, sedangkan ad-dien
adalah agama sehingga ushuluddin mempunyai pengertian dasar atau dasar
agama, yaitu aqidah, tauhid dan i’tiqad (keyakinan) dan rukun iman. Dinamakan
ilmu ushuluddin (ilmu aqoid) karena pokok pembeicaraannya adalah dasar-dasar
kepercayaan agama yang menjadi pondasi agama Islam, yakni akidah atau keyakinan
kepada Allah SWT.
2. Ilmu Kalam
Ilmu kalam
adalah suatu kajian ilmiah yang berupa untuk memahami keyakinan-keyakinan
keagamaan dengan didasarkan pada argumentasi dan rasional. Tauhid dinamakan
ilmu kalam karena ilmu ini membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan
argumentasi tentang keberadaan Allah sebagai Tuhan yang paling berhak disembah
termasuk kalamullah yang disampaikan kepada para Nabi dan Rasul.
3. Ilmu Ketuhanan (Theologi)
Secara
etimologi kata Theologi itu terdiri atas dua kata, yakni Theos berarti
Tuhan dan logos yang bermakna ilmu. Secara terminologi Theologi adalah
ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan berhubungan dengan manusia baik
berdasarkan kebenaran agama (wahyu) ataupun berdasarkan penyeledikan akal
murni. Tauhid dinamakan juga dengan Theologi karena adanya kepercayaan
kepada Tuhan dan segala sesuatu yang bertalian dengan-Nya, hubungan Tuhan
dengan manusia dan alam semesta, baik yang ghaib dan yang nyata.
E. Macam-macam Tauhid
Tauhid terbagi menjadi 3 macam,
yaitu:
1. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah mengakui bahwa hanya Allah, Tuhan
yang berhak disebah tidak ada sekutu bagi-Nya.
2.
Tauhid Rububiyah
Adalah meyakini dan mengesakan Allah SWT dalam hal
perbuatan-Nya seperti mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan,
mendatangkan bahaya, memberi manfaat, memelihara, mengatur dan perbuatan lain
yang merupakan perbuatan-perbuatan khusus Allah SWT.
3.
Tauhid Mulkiyah
Adalah mentauhidkan Allah dalam mulkiyah-Nya yaitu
mengesakan Alla terhadap pemilikan, pemerintahan, dan penguasaan-Nya terhadap
alam ini.
4.
Tauhid Rahmaniyah
Adalah beriman kepada nama dan sifat Allah Ar-Rahman yang
artinya Maha Pengasih, Dia-lah Allah yang mengasihi seluruh makhluk-Nya tidak
ada yang bisa menyamai kasih sayang-Nya apalagi lebih pengasih dari pada Dia.
F. Makna Tauhid dalam kehidupan
1.
Membebaskan manuisa
dari belenggu kepercayaan palsu.
Islam dengan konsep tauihidnya datang tidak mengenal
kompromi. Oleh karena itu, seorang muslim harus mampu menghilangkan segala
bentuk ketergantungan terhadap benda-benda dan memandangnya sebagai benda apa
adanya, benda-benda yang seharusnya ditundukkan dan dimanfaatkan untuk
kebutuhan hidup manusia sehari-hari.
2.
Persamaan
(emansipasi) harkat dan martabat kemanusiaan.
Agar tetap terjaga harkat dan martabat kemanusiaannya
manusia harus menyelamatkan imannya dengan tetap menghambakan diri kepada Allah
SWT. Ini berarti hanya dengan menghambakan diri kepada Allah manusia akan
mendapatakan kepribadiannya yang utuh dan integral.
G. Kisah Teladan
1. Bilal bin Rabah
Nama lengkapnya Bilal bin Rabah Al-Habasyi, ia berasal
dari negeri Habasyah, sekarang Ethiopia. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah dan
digelari Muadzdzin Ar-Rasul. Bilal lahir di daerah As-Sarah sekitar 43 tahun
sebelum hijrah.ia berpostur tinggi, kurus, warna kulitnya coklat, pelipisnya
tipis, dan rambutnya lebat.
Ibunya seorang hamba sahaya (budak) milik Umayah bin
Khalaf dari Bani Jumuh. Bilal menjadi budak mereka hingga akhirnya mereka masuk
Islam. Ia sahabat Rasulullah yang berasal dari non-Arab. Dahulu Umayah bin
Khalaf pernah menyiksa Bilal dan menjemurnya di tengah padang pasir selama
beberapa hari. Diperutnya diikat dengan batu besar dan lehernya diikat dengan
tali. Laluorang-orang kafir menyuruh anak-anaknya untuk mnyeretnya ke perbukitan
Mekkah. Saat beliau sedang disiksa tidak ada yang diminta Bilal kepada para
penyiksa selain memohon kepada Allah. Berkali-kali Umayah bin Khallaf menyiksa
Bilal dan memintanya untuk keluar dari agama Islam. Namun Bilal tetap teguh
pendirian. Ia selalu mengucapkan “Ahad-ahad”. Dan ia menolak untuk mengingkari
agama Islam. Maka Abu Bakr memerdekakannya. Lalu Umar bin Khottob berkata, “Abu
Bakar adalah seorang pemimpin (sayyid) kami.” Setelah merdeka, mengabdikan untuk Allah dan
Rasul-Nya. Kemana pun Rasulullah SAW pergi Bilal senantiasa berada di samping
Rasulullah. Karena itu pula, para sahabat Nabi SAW sangat menghormati dan
memuliakan Bilal, sebagaimana mereka memuliakan dan menghormati Rasulullah SAW.
2.
Ashahabul Khafi
Ashahabul Kahfi adalah kisah sejumlah pemuda yang
berjuang untuk mempertahankan akidahnya. Mereka menyelamatkan diri ke sebuah
gua dari kejaran Raja Dikyanus yang menyembah berhala dan tertidur selama 309
tahun. Diikuti dengan seekor anjingnya yang membentangkan kedua lengannya di
depan pintu. Dalam tidur panjangnya mereka seperti orang tidur yang hanya
semalam saja. Tubuh mereka di bolak-balikkan ke kanan dan ke kiri serta telinga
mereka ditutup sehingga mereka tidak terbangun oleh suara-suara yanga ada di
sekitarnya. Ketika mereka terjaga dari tidurnya, wajah kota sudah berubah
sangat drastis dan uang perak yang mereka miliki sudah tidak berfungsi lagi.
Ini menandakan pada mereka bahwa mereka tidak tidur hanya sehari saja tetapi
beratus-ratus tahun.
Kisah Ashabul kahfi ini memberikan inspirasi kepada
pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam teori hibernasi,
yaitu teori kondisi ketidakaktifan dan penurunan fungsi metabolisme pada tubuh,
serupa dengan kondisi tidur. Para pemuda Ashabul kahfi yang tertidur selama
ratusan tahun tetap bertahan hidup atnpa makan dan minum dan tidak mengelami
kerusakan pada tulang dan otot. Padahal kerusakan dan hancurnya otot tidak
terhindarkan pada orang-orang yang kelaparan sehingga dapat menyebabkan
kematian. Kini, teori hibernasi lebih dikembangkan bagi para astronot dan para
penderita kerusakan sel tulang.
3.
Kisah Keluarga Yasr
bin Ammar
Setiap hari Yasir, Summayah, dan Ammar dibawa kepadang
pasir Mekkah yang sangat panas, lalu didera dengan berbagai azab dan siksa.
Penderitaan dan pengalaman Summayah dari siksaan ini amat mengerikan dan
menakutkan, namun sumayah telah menunjukkan sikap dan pendirian tangguh, yang
dari awal hingga akhir dibuktikan kepada manusia dengan suatu kemuliaan yang
tak pernah terhapus dan kehormatan yang pamornya tak pernah luntur.
Bagaimanapun juga, semua bencana itu tidaklah dapat
menekan jiwa ammar, walau telah menekan punggung dan menguras tenaganya. Ia
merasa dirinya benar-benar celaka, ketika pada suatu hari tukang-tukang cambuk
dan para penderanya menghabiskan segala daya upaya dalam melampiaskan kezaliman
dan kekejiannya. Semenjak hukuman bakar dengan besi panas, sampai disalib di
atas pasir panas dengan ditindih batu laksana bara merah, bahkan sampai
ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak napasnya dan mengelupas kulitnya yang
penuh dengan luka. Pada hari itu, ketika ia tak sadarkan diri karena siksaan
yang dmeikian berat, orang-orang itu berkata padanya, “Pujalah olehmu
Tuhan-tuhan kami!” Ammar pun mengikuti perintah mereka tanpa menyadari apa yang
keluar dari bibirnya. Karena sadar dengan dihentikannya siksaan, tiba-tiba ia
sadar akan apa yang telah diucapkannya, maka hilanglah akalnya dan terbayanglah
di matanya betapa besar kesalahannya yang telah dilakukannya, suatu dosa besar
yang tidak dapat ditebus lagi dan diampuni lagi.
Ketika Rasulullah menemui sahabatnya itu didapatinya ia
sedang menangis, maka disapulah tangisnya dengan tangan beliau seraya berkata,
“Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air
sampai kamu mengucapkan begini dan begitu?” “Benar wahai Rasulullah”, ujar
Ammar. Rasulullah tersenyum berkata, “Jika mereka memaksamu lagi, tidak apa,
ucapkanlah apa yang kamu katakan tadi!”. Lalu Rasulullah membacakan kepadanya
ayat yang muliaberikut ini, “Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya
tetap teguh dalam keimanan...” (QS. An-Nahl: 106)
BAB IV
MASALAH AKHLAK DAN METODE PENINGKATAN KUALITASNYA
A. Pengertian Akhlak, Etika dan Moral
Akhlak berasal dari Bahasa Arab akhlaaq yang
merupakan bentuk jamak (plurak) dari khuluq. Menurut bahasa, akhlak
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, tabiat, atau watak. Kata khuluq
berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Kata khalaqa seakar
dengan kata khaaliq (pencipta), makhluuq (yang diciptakan), dan khalq
(penciptaan). Sedangkan, menurut istilah, akhlaq adalah sifat yang tertanam
dalam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan, baik atau buruk, benar
atau salah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Dari definisi tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa akhlaq berpangkal pada hati dan diwujudkan dalam
perbuatan sebagai kebiasaan dan bukan perbuatan yang dibuat-buat.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia “ (H.R Baihaqi).
Akhlak Islam adalah akhlak yang rabbani, manusiawi,
universal, seimbang, dan realistis. Akhlak Rabbani artinya akhlak yang
bersumber dari wahyu ilahi yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis. Akhlak
tersebut bertujuan mendapatkan kebahagiaan tidak hanya di dunia, tetapi juga
diakhirat kelak. Akhlak dalam Islambukanlah moral yang berlaku pada suatu
tempat tertentu, melainkan berlaku untuk seluruh manusia sepanjang masa, di
manapun dan kapan pun dia berada.
Akhlak Islam juga memiliki ciri manusiawi. Artinya,
sejalan dengan tuntutan fitrah manusia. Manusia memiliki fitrah untuk menjadi
makhluk yang sempurna penciptaannya dan menjadi makhluk yang terhormatdi antara
makhluk Allah di muka bumi.
Akhlak Islam meripakan akhlak yang universal. Artinya
akhlak Islam mencakup segala aspek kehidupan manusia dan bisa diterima oelh
naluri setiap manusia.
Adapun istilah yang mirip dengan akhlak yaitu etika dan
moral. Menurut bahasa, perkataan etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang
berarti adat kebiasaan. Etika merupakan filsafat tentang nilai,
kesusilaan tentang baik-buruk. Di samping mempelajari nilai-nilai, etika juga
merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai. Etika merupakan bagian dari filsafat
yang mengajarkan keluhuran budi. Adapun, menurut istilah, etika merupakan ilmu
yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan tersebut
termasuk baik-ataukah buruk dengan menggunakan penilaian akal dan pikiran.
Adapun, yang menjadi objek etika adalah tingkah laku dan sifat manusia yang
meliputi seluruh aspek kehidupan, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk
sosial.
Adapun, moral, menurut bahasa berasal dari bahasa latin, mores
yang merupakan bentuk jamak (plural) dari mos yang berarti adat
kebiasaan. Adapun, menurut istilah,moral adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau
perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, dan buruk.
B. Ruang Lingkup Ahklak
Muhammad Abdul Draz dalam kitabnya Dusturul Akhlaq fil
Islam membagi ruang lingkup akhlaq menjadi lima bagian:
1.
Akhlak pribadi,
meliputi akhlak yang diperintahkan, dilarang, diperbolehkan, dan akhlak dalam
keadaan darurat.
2.
Akhlak berkeluarga,
meliputi kewajiban timbal balik orang tua dan anak, kewajiban suami-istri dan
kewajiban terhadap karib kerabat.
3.
Akhlak
bermasyarakat, meliputi akhlak yang dilarang, yang diperintahkan, dan
kaidah-kaidah adab.
4.
Akhlak bernegara,
meliputi hubungan antara pemimpin dengan rakyat dan hubungan luar negri.
5.
Akhlak beragama,
yaitu kewajiban terhadap Allah SWT.
C. Induk-Induk
Akhlak Terpuji dan Ajkhlak
Tercela
1. Akhlak
terpuji
a. Hubungan
manusia dengan Allah
Pemeliharaan
hubungan dengan Allah dapat dilakukan, antara lain:
1).
Tidak menyekutukan Allah dengan apapun juga.
2).
Mentaati, takut, bertakwa, dan bertobat kepada Allah.
3).
Mencintai Allah swt.
4).
Selalu mencari keridaan Allah.
5).
Bersyukur kepada Allah melalui lisan dan perbuatan.
6).
Selalu memohon dan berdoa kepada Allah swt.
7).
Senantiasa beribadah kepada Allah swt.
b. Hubungan
manusia dengan manusia
Salah
satu cara memelihara hubungan antar manusia adalah dengan cara mengembangkan
gaya hidup yang selaras dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat serta
sesuai norma agama.
c. Hubungan
manusia dengan alam
2. Akhlak
tercela
Adapun jenis akhlak
tercela yang harus dihindari oleh setiap muslim sebagai berikut:
a. Setiap
ucapan atau perbuatan yang dilarang Al-Quran termasuk akhlak tercela dan buruk
b. Setiap
sesuatu yang diharamkan Allah kalau direnungkan dengan saksama ternyata
merupakan perbuatan keji, buruk, batal, sesat, dan maksiat yang menimbulkan
permusuhan, kebencian, dan percekcokan.
D.
Metode Peningkatan Kualitas Akhlak
Adapun prinsip umum
yang menyelamatkan kaum muslimin dari kebimbangan, kebingungan, dan
kecanggungan dalam menghadapi kehidupan. Prinsip umum meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1. Komitmen
dengan jalan hidup Islam
2. Loyal
kepada Allah, Rasul-Nya, dan Islam
3. Kesungguhan
dalam menjalankan Kehidupan
4. Sikap
Toleran/Tasamuh dan Memaafkan
5. Sikap
Moderat terhadap Orang Lain dan Segala Sesuatu