Diskursus
kurikulum dapat dilihat dari beberapa aliran filsafat umum antara lain:
idelisme, realisme, pragmatisme, dan eksistensialisme. Beberapa aliran-aliran
filsafat tersebut menjadi akar dari berapa aliran filsafat pendidikan seperti
perenialisme, esensialisme, progresifisme dan rekonstruksionisme. Berbagai ragam filsafat
tersebut memiliki perbedaan pandangan pada aspek realitas (ontologi), pengetahuan (epistemologi),
nilai (aksiologi), peran guru, tekanan pembelajaran, dan tekanan kurikulum.
1.
Idealisme
Filsafat
idealisme memiliki pandangan ontologi tentang adannya realitas spiritual, moral dan mental yang tidak
berubah. Secara epistemologis aliran ini
memikirkan ulang ide yang terpendam. Peran guru adalah membawa pengetahuan dan
ide yang terpendam; pemikiran abstrak adalah bentuk yang paing sempurna.
Penekanan kurikulum didasarkan pada pengetahuan, mata pelajaran, pengetahuan
klasik dan pengetahuan umum, hirarki mata pelajaran; filsafat, teologi dan
matematika adalah yang paling penting dibandingkan dengan mata pelajaran atau
bidang studi lain (Ornstein dan Hunkins, 2004: 37).
2.
Realisme
Filsafat realisme memiliki pandangan
ontologis bahwa realitas tunduk pada hukum alam, bersifat obyektif dan tersususun
dari benda-benda. Secara epistemologis pengetahuan diperoleh melalui sensasi
dan abstraksi. Secara aksiologis, nilai bersifat absolute dan abadi berdasarkan
hukum alam. Peran guru sebagai penanam pemikiran rasional, pemimpin moral dan
spiritual, dan menjadi sumber otoritas. Pengajaran ditekanan pada melatih
berfikir. Pemikiran logis dan abstrak adalah bentuk yang paling tinggi.
Kurikuum didasarkan pada pengetahuan, mata pelajaran; seni dan sains; hirarkhi
mata pelajaran; mata pelajaran humanistic dan ilmiah (Ornstein dan Hunkins,
2004:37).
3.
Pragmatisme
Filsafat
pragmatisme memiliki pandangan ontologis bahwa realitas itu berupa interaksi
individu dengan lingkungan. Realitas itu selalu mengalami perubahan. Secara
epistemologis aliran ini berpandangan bahwa pengetahuan diperoleh melalui
pengalaman. Pengetahuan diperloleh dengan menggunakan metode ilmiah. Secara
aksiologis, pragmatisme berpandangan bahwa nilai bersifat situasional dan
relatif. Nilai menjadi subyek yang berubah dan mengalami verifikasi. Peran guru
menurut pragmatisme adalah menanamkan pemikiran kritis dan mengajari proses
ilmiah. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode yang berkaitan dengan
mengubah lingkungan. Dalam pembelajaran juga perlu ada penjelasan ilmiah.
Menurut aliran filsafat pragmatism, di dalam kurikulum tidak ada pengetahuan
dan mata pelajaran yang permanen. Kurikulum memfasilitsi terjadinya pengalaman
sebagai wahana trasmisi kebudayaan dan menyiapkan perubahan individu. Di dalam kurikulum ada
topik pemecahan masalah (Ornstein dan Hunkins, 2004: 37).
4.
Eksistensialisme
Filsafat
eksistensialisme memiliki pandangan ontologis bahwa realitas bersifat
subyektif. Secara epistimologis, filsafat eksisensialisme berpendapat bahwa
pengetahuan itu bersifat pilihan individu. Secara aksiologis, aliran filsafat
ini berpendapat bahwa nilai itu dapat dipilih secara bebas karena nilai itu
berdasarkan persepsi individu. Peran
guru adalah untuk menanamkan pilihan-pilihan pribadi, dan pendefinisian
individu secara pribadi. Aliran filsafat ini merekomendasikan pembelajaran
pengetahuan dan prinsip-prinsip kondisi manusia. Siswa diajari seabgai pembuat
pilihan. Kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran yang bersifat pilihan,
mengandung aspek emosi, seni, dan filsafat sebagai subyek (Ornstein dan
Hunkins, 2004: 37).
A.
Kurikulum dalam Perspektif Filsafat
Pendidikan
Filsafat pendidikan yang mendasari
bentuk kirikulum antara lain filsafat pendidikan perenialisme, esensialisme,
progresivisme dan rekonstruksionisme.
Keempat aliran filsafat ini memiliki perbedaan pada aspek basis filsafat,
tujuan pendidikan, pengetahuan, peran pendidikan, focus kurikulum, dan tren
kurikulum yang terkait.
1.
Perennialisme
Filsafat
pendidikan perenialisme bedasarkan filsafat realism. Tujuan pendidikan aliran
ini adalah untuk mendidik orang yang rasional dan untuk menanamkan
intelektualitas. Pengetahuan difokuskan pada warisan pengetahuan lampau, studi
permanen dan pengetahuan abadi. Peran pendidikan, guru membantu siswa untuk
berfikir secara rasional dengan menggunakan metode sokrates, penyampaian secara
lisan, pengajaran nilai-nilai tradisional secara eksplisit. Focus kurikulum
adalah mata pelajaran klasik, analisis literal, dan kirikulum konstan. Trend
yang berhubungan dengan kurikulum adalah karya-karya besar, proposal Paideia,
matakuliah dasar umum. (Ornstein dan Hunkins, 2004: 55).
2.
Essensialisme
Filsafat
pendidikan essensialisme didasarkan pada filsafat idealism dan realism. Tujuan
pendidikan adalah untuk mendorong perkembangan intelektual individu, dan untuk
mendidik orang yang cakap. Pengetahuan menurut aliran ini adalah keterampilan
esensial dan subyek akademik, penguasaan konsep dan prinsip-prinsip mata
pelajaran. Pada peran pendidikan, guru memiliki otoritas pada bidang studi yang
ditekuninya, dan pengajaran eksplisit nilai-nilai tradisional. Fokus kurikulum
pada keterampilan mendasar, mata
pelajaran esensial antara lain Bahasa Inggris, sains, sejarah, matematika dan
bahasa asing. Trend kurikulum yang terkait antara lain kembali kepada dasar,
literasi budaya, dan keunggulan dalam pendidikan (Ornstein dan Hunkins, 2004: 55).
3.
Progessivisme
Filsafat
pendidikan progresivisme didasarkan pada filsafat pragmatism. Tujuan pendidikan
adalah untuk mempromosikan kehidupan sosial yang demokratis. Pengetahuan
mendorong pertumbuhan dan perkembangan, proses pembelajaran secara langsung,
focus pada pembelajaran aktif yang relevan. Peran pendidikan, tugas guru adalah
membimbing pemecahan masalah dan penelitian ilmiah. Focus kurikulum,
berdasarkan ketertarikan siswa, melibatkan penerapan hubungan dan masalah
manusia, mata pelajaran interdisipliner, aktifitsa dan proyek. Tren kurikulum
yang terkait adalah kurikulum yang relevan, pendidikan humanistik, dan
reformasi sekolah secara radikal. (Ornstein dan Hunkins, 2004: 55).
4.
Rekonstruksionisme
Filsafat
pendidikan rekonstruksionisme berdasarkan filafat pragatisme. Tujuan pendidikan
adalah untuk meningkatkan dan merekonstruksi masyarakat. Pendidikan adalah
untuk perubahan dan reformasi sosial.
Pada aspek pengetahuan, keterampilan dan mata pelajaran dibutuhkan untuk
mengidentifikasi dan untuk memecahkan masalah masyarakat. Belajar itu
dilaksanakan secara aktif dan peduli terhadap masyarakat pada masa kini dan
pada masa depan. Peran pendidikan, guru
berfungsi sebagai agen perubahan dan reformasi sosial. Guru berperan sebagai
direktur proyek, pemimpin penelitian, dan membantu siswa memahami dan menyadari
masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia. Focus kurikulum pada ilmu
sosial dan metode riset sosial; ujian terhadap problem sosial, ekonomi dan
politik; focus pada trend dan isu sekarang dan yang akan datang, pada sekala
nasional dan internasional. Trend kurikulum yang terkait adalah pendidikan
internasional, rekonseptualisasi, kesetaraan kesempatan pendidikan (Ornstein
dan Hunkins, 2004: 55).