Sunday, February 14, 2016

KURIKULUM DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT


Diskursus kurikulum dapat dilihat dari beberapa aliran filsafat umum antara lain: idelisme, realisme, pragmatisme, dan eksistensialisme. Beberapa aliran-aliran filsafat tersebut menjadi akar dari berapa aliran filsafat pendidikan seperti perenialisme, esensialisme, progresifisme dan rekonstruksionisme. Berbagai ragam filsafat tersebut memiliki perbedaan pandangan pada aspek realitas (ontologi), pengetahuan (epistemologi), nilai (aksiologi), peran guru, tekanan pembelajaran, dan tekanan kurikulum.
1.     Idealisme
Filsafat idealisme memiliki pandangan ontologi tentang adannya realitas  spiritual, moral dan mental yang tidak berubah. Secara epistemologis  aliran ini memikirkan ulang ide yang terpendam. Peran guru adalah membawa pengetahuan dan ide yang terpendam; pemikiran abstrak adalah bentuk yang paing sempurna. Penekanan kurikulum didasarkan pada pengetahuan, mata pelajaran, pengetahuan klasik dan pengetahuan umum, hirarki mata pelajaran; filsafat, teologi dan matematika adalah yang paling penting dibandingkan dengan mata pelajaran atau bidang studi lain (Ornstein dan Hunkins, 2004: 37).
2.     Realisme
   Filsafat realisme memiliki pandangan ontologis bahwa realitas tunduk pada hukum alam, bersifat obyektif dan tersususun dari benda-benda. Secara epistemologis pengetahuan diperoleh melalui sensasi dan abstraksi. Secara aksiologis, nilai bersifat absolute dan abadi berdasarkan hukum alam. Peran guru sebagai penanam pemikiran rasional, pemimpin moral dan spiritual, dan menjadi sumber otoritas. Pengajaran ditekanan pada melatih berfikir. Pemikiran logis dan abstrak adalah bentuk yang paling tinggi. Kurikuum didasarkan pada pengetahuan, mata pelajaran; seni dan sains; hirarkhi mata pelajaran; mata pelajaran humanistic dan ilmiah (Ornstein dan Hunkins, 2004:37).     
3.     Pragmatisme
Filsafat pragmatisme memiliki pandangan ontologis bahwa realitas itu berupa interaksi individu dengan lingkungan. Realitas itu selalu mengalami perubahan. Secara epistemologis aliran ini berpandangan bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Pengetahuan diperloleh dengan menggunakan metode ilmiah. Secara aksiologis, pragmatisme berpandangan bahwa nilai bersifat situasional dan relatif. Nilai menjadi subyek yang berubah dan mengalami verifikasi. Peran guru menurut pragmatisme adalah menanamkan pemikiran kritis dan mengajari proses ilmiah. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode yang berkaitan dengan mengubah lingkungan. Dalam pembelajaran juga perlu ada penjelasan ilmiah. Menurut aliran filsafat pragmatism, di dalam kurikulum tidak ada pengetahuan dan mata pelajaran yang permanen. Kurikulum memfasilitsi terjadinya pengalaman sebagai wahana trasmisi kebudayaan dan menyiapkan  perubahan individu. Di dalam kurikulum ada topik pemecahan masalah (Ornstein dan Hunkins, 2004: 37).   
4.     Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme memiliki pandangan ontologis bahwa realitas bersifat subyektif. Secara epistimologis, filsafat eksisensialisme berpendapat bahwa pengetahuan itu bersifat pilihan individu. Secara aksiologis, aliran filsafat ini berpendapat bahwa nilai itu dapat dipilih secara bebas karena nilai itu berdasarkan persepsi individu.  Peran guru adalah untuk menanamkan pilihan-pilihan pribadi, dan pendefinisian individu secara pribadi. Aliran filsafat ini merekomendasikan pembelajaran pengetahuan dan prinsip-prinsip kondisi manusia. Siswa diajari seabgai pembuat pilihan. Kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran yang bersifat pilihan, mengandung aspek emosi, seni, dan filsafat sebagai subyek (Ornstein dan Hunkins, 2004: 37).            

A.    Kurikulum dalam Perspektif Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan yang mendasari bentuk kirikulum antara lain filsafat pendidikan perenialisme, esensialisme, progresivisme dan  rekonstruksionisme. Keempat aliran filsafat ini memiliki perbedaan pada aspek basis filsafat, tujuan pendidikan, pengetahuan, peran pendidikan, focus kurikulum, dan tren kurikulum yang terkait. 
1.     Perennialisme
Filsafat pendidikan perenialisme bedasarkan filsafat realism. Tujuan pendidikan aliran ini adalah untuk mendidik orang yang rasional dan untuk menanamkan intelektualitas. Pengetahuan difokuskan pada warisan pengetahuan lampau, studi permanen dan pengetahuan abadi. Peran pendidikan, guru membantu siswa untuk berfikir secara rasional dengan menggunakan metode sokrates, penyampaian secara lisan, pengajaran nilai-nilai tradisional secara eksplisit. Focus kurikulum adalah mata pelajaran klasik, analisis literal, dan kirikulum konstan. Trend yang berhubungan dengan kurikulum adalah karya-karya besar, proposal Paideia, matakuliah dasar umum. (Ornstein dan Hunkins, 2004: 55).
2.     Essensialisme
Filsafat pendidikan essensialisme didasarkan pada filsafat idealism dan realism. Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong perkembangan intelektual individu, dan untuk mendidik orang yang cakap. Pengetahuan menurut aliran ini adalah keterampilan esensial dan subyek akademik, penguasaan konsep dan prinsip-prinsip mata pelajaran. Pada peran pendidikan, guru memiliki otoritas pada bidang studi yang ditekuninya, dan pengajaran eksplisit nilai-nilai tradisional. Fokus kurikulum pada keterampilan  mendasar, mata pelajaran esensial antara lain Bahasa Inggris, sains, sejarah, matematika dan bahasa asing. Trend kurikulum yang terkait antara lain kembali kepada dasar, literasi budaya, dan keunggulan dalam pendidikan  (Ornstein dan Hunkins, 2004: 55).
        
3.     Progessivisme
Filsafat pendidikan progresivisme didasarkan pada filsafat pragmatism. Tujuan pendidikan adalah untuk mempromosikan kehidupan sosial yang demokratis. Pengetahuan mendorong pertumbuhan dan perkembangan, proses pembelajaran secara langsung, focus pada pembelajaran aktif yang relevan. Peran pendidikan, tugas guru adalah membimbing pemecahan masalah dan penelitian ilmiah. Focus kurikulum, berdasarkan ketertarikan siswa, melibatkan penerapan hubungan dan masalah manusia, mata pelajaran interdisipliner, aktifitsa dan proyek. Tren kurikulum yang terkait adalah kurikulum yang relevan, pendidikan humanistik, dan reformasi sekolah secara radikal. (Ornstein dan Hunkins, 2004: 55).      
4.     Rekonstruksionisme

Filsafat pendidikan rekonstruksionisme berdasarkan filafat pragatisme. Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan dan merekonstruksi masyarakat. Pendidikan adalah untuk perubahan dan reformasi sosial.  Pada aspek pengetahuan, keterampilan dan mata pelajaran dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan untuk memecahkan masalah masyarakat. Belajar itu dilaksanakan secara aktif dan peduli terhadap masyarakat pada masa kini dan pada masa depan.  Peran pendidikan, guru berfungsi sebagai agen perubahan dan reformasi sosial. Guru berperan sebagai direktur proyek, pemimpin penelitian, dan membantu siswa memahami dan menyadari masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia. Focus kurikulum pada ilmu sosial dan metode riset sosial; ujian terhadap problem sosial, ekonomi dan politik; focus pada trend dan isu sekarang dan yang akan datang, pada sekala nasional dan internasional. Trend kurikulum yang terkait adalah pendidikan internasional, rekonseptualisasi, kesetaraan kesempatan pendidikan (Ornstein dan Hunkins, 2004: 55).