Thursday, February 11, 2016

HADITS GURU HARUS BERSIFAT KASIH KEPADA ANAK DIDIK


Penulis:
Khuzemah Nur Fiqih

PENDAHULUAN

Salah satu watak guru yang disukai murid adalah lemah lembut. Rata-rata guru favorit di mata murid adalah yang tidak galak. Pamor guru akan meredup jika ia berlaku bengis dan galak kepada muridnya. Banyak murid yang keki dan benci kepada guru yang berlaku seperti itu.
Seorang guru biasanya dianggap galak kalau ia suka bertindak kasar kepada murid, baik dari segi perbuatan maupun ucapan. Jadi, seorang guru mestinya menjaga tutur katanya agar tidak mengeluarkan bentakan dan makian. Sebab, hal itu akan menorehkan kesan buruk di hati murid.
Memang, guru seharusnya memiliki kesabaran yang tinggi. Tidak selayaknya guru semena-mena melayangkan pukulan kepada murid. Tindakan ini dapat mewariskan dampak negatif di kemudian hari. Karenanya, tindakan-tindakan kasar mesti dikubur dari kamus sang guru.

  

PEMBAHASAN

A.      Hadits tentang Sikap Nabi yang Kasih dan Lemah Lembut

عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً فَظَنَّ أَنَّا اشْتَقْنَا أَهْلَنَا وَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِي أَهْلِنَا فَأَخْبَرْنَاهُ وَكَانَ رَفِيقًا رَحِيمًا فَقَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي وَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ ( رواه البخارى)
Artinya: Abu Sualiman Malik ibn al-Huwayris berkataKami, beberapa orang pemuda sebaya  datang kepada Nabi saw., lalu kami menginap bersama beliau selama 20 malam. Beliau menduga bahwa kami telah merindukan keluarga dan menanyakan apa yang kami tinggalkan pada keluarga. Lalu, kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau adalah seorang yang halus perasaannya dan penyayang lalu berkata: “Kembalilah kepada keluargamu! Ajarlah mereka, suruhlah mereka dan salatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya mengerjakan salat. Apabila waktu salat telah masuk, hendaklah salah seorang kamu mengumandangkan azan dan yang lebih senior hendaklah menjadi imam”. (HR. Bukhari)[1]

B.      Butir-Butir Kandungan Hadits
Rasulullah saw. Beliau adalah teladan yang agung bagi semua guru. Tidak pernah beliau terlihat marah dan  berlaku kasar kepada murid-muridnya (para sahabat), kecuali jika sikap mereka keterlaluan dan melampaui batas. Murid beliau berasal dari beragam kalangan, mulai dari masyarakat perkotaan hingga pedusunan, seperti masyarakat baduwi. Kepada mereka, beliau tidak pernah berlaku kasar. Semua dilayani dengan penuh pengertian.[2]
Sikap Nabi tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa sebagai pemimpin harus berlaku baik, lemah lembut, tidak menyalahgunakan wewenang. Seperti perkataan Ki Hajar Dewantara yaitu Ing ngarso sing tulodho Ing madyo mangun karso Tut  wuri handayani.
Ing ngarso sing tulodho, yaitu maksudnya sebagai pemimpin, baik itu pemimpin dalam keluarga, masyarakat ataupun negara sebaiknya dapat memberi contoh yang baik. Baik itu dalam hal budi pekerti ataupun kepandaiannya.
Ing madyo mangun karso, yaitu maksudnya sebagai pemimpin ketika berada ditengah harus dapat membangun, bergotong royong bersama orang yang dipimpinnya. Tidak hanya bisa memerintah, namun juga dapat dan mau diperintah oleh kemauannya sendiri.
Tut wuri handayani, yaitu maksudnya sebagai pemimpin apabila sedang berada dibelakang harus dapat memberi semangat dan mendorong kepada yang dipimpinnya itu.
Keluarga yang memiliki andil dalam penanaman pribadi akhlak yang baik. Anak mulai belajar tentang dunianya adalah melalui keluarga. Negara menjadi baik apabila masyarakatnya baik, sedangkan masyarakat itu terdiri dari beberapa anggota keluarga. Rasulullah pun memerintahkan umatnya untuk memperhatikan keluarga.
ارْجِعُوا الى أهليكم فَعَلِّمُوْهُمْ و مَرُوْهُمْ و صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِي أُصَلِّى………..(الحديث)
Dari potongan hadis tersebut, menjelaskan bahwa kita harus memperhatikan keluarga, terutama terhadap anak. Tentu saja mendidik anak merupakan suatu kewajiban bagi orang tua, terutama pendidikan tauhid dan akhlak, yang kemudian disusul dengan ibadah diantaranya sholat dan puasa. Dalam potongan hadis tersebut yang diperintahkan oleh Rasulullah kepada keluarga adalah dengan menyuruh mereka menunaikan shalat.

C.      Hadits Lain yang Menunjukkan Guru harus bersifat kasih kepada anak didik
Guru harus menunjukkan dirinya sebagai orang yang selalu memperhatikan dan mengupayakan kebaikan untuk para murid tanpa pamrih. Tidak membeda-bedakan mereka, meskipun latar belakang mereka sangat beragam. Kasih sayang guru tidak saja kepada murid yang patuh dan hormat, tetapi juga kepada murid yang nakal. Guru dalam konteks kasih sayang ini tidak akan pernah merasakan terhina dan rendah diri dihadapan guru. Nabi Saw banyak memberi contoh akan kasih sayang ini dan para sahabat mencontohnya. Kasih sayang yang mereka tunjukkan dipuji oleh Allah sebagai kasih sayang yang melebihi terhadap diri mereka sendiri. Allah berfirman dalam surat Al-Hasyr/59 ayat 9 :
ويؤثرون على انفسهم ولو كان بهم خصاصة ومن يوق شح نفسه فاولئك هم المفلحون
Artinya:
Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.[3]

Nabi saw. juga mengingatkan agar pendidik menunjukkan sikap lemah lembut kepada murid. Bukhari meriwayatkan :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلاَمٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِى مُلَيْكَةَ عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها أَنَّ يَهُودَ أَتَوُا النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالُوا السَّامُ عَلَيْكُمْ . فَقَالَتْ عَائِشَةُ عَلَيْكُمْ ، وَلَعَنَكُمُ اللَّهُ ، وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ . قَالَ « مَهْلاً يَا عَائِشَةُ ، عَلَيْكِ بِالرِّفْقِ ، وَإِيَّاكِ وَالْعُنْفَ وَالْفُحْشَ »
Artinya:
…hendaknya kamu bersikap lemah lembut, kasih sayang, dan hindarilah sikap keras serta keji.[4]
Dalam hadis lain, al-Ajiri meriwayatkan :
عرفوا ولا تعنفوا
Artinya:
 Bersikaplah ma’ruf (baik) dan jangan kalian bersikap keras.[5]
Muslim meriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari, bahwa Rasulullah mengutusnya bersama Mu’adz ke Yaman, lalu beliau bersabda kepada mereka :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو سَمِعَهُ مِنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِى بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- بَعَثَهُ وَمُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ فَقَالَ لَهُمَا « بَشِّرَا وَيَسِّرَا وَعَلِّمَا وَلاَ تُنَفِّرَا ».
Artinya:
…Gembirakan dan permudahlah. Ajarkanlah ilmu dan janganlah kalian berlaku tidak simpati.
Berdasarkan hadis-hadis di atas, anak (peserta didik) dengan arahan  ini harus dipandang sebagai tingkat usia yang harus mendapatkan pemeliharaan, kelemah lembutan, dan kasih sayang.[6]



KESIMPULAN

Rasulullah saw. Sebagai seorang Nabi dan Rasul utusan Alloh swt. Merupakan guru terbaik yang tabiat dan perangainya dijadikan sebagai contoh. Rasulullah saw adalah sosok guru yang kasih dan lemah lembut terhadap murid-muridnya. Hal ini disebutkan dalam hadits Hadits dari sanad Abi Sulaiman Malik bin Huawairits dan diriwayatkan oleh Al- Bukhori yang didalamnya terkandung beberapa makna yaitu :
1.       Rasulullah SAW memperlakukan para sahabatnya dengan penuh rasa kasih sayang dan lemah lembut, tidak terlalu memaksakan kehendak mereka.
2.       Sikap Rasulullah SAW terhadap para sahabatnya dapat dijadikan sebuah i’tibar dan diimplementasikan kepada kehidupan sehari-hari.
3.       Rasulullah SAW merupakan seorang guru yang memperlakukan muridnya penuh perhatian.

















DAFTAR PUSTAKA

Al-Hamidiy, Muhammad bin Futuh. 2002. Al-Jami’ baina al-Shahihain al-Bukhari wa Muslim. Juz 4. Libanon : Dar an-Nasyr.
Salamulloh, M. Alaika. 2008. Akhlak Hubungan Vertikal. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.
Dep. Agama RI. 2007. Al-Qur`an dan Terjemahnya. Bandung : Penerbit Diponegoro.
Ulwan, Abdullah Nasih. 1999. Pendidikan Anak dalam Islam. Jilid II. Diterjemahkan oleh Jamaluddin Miri. Jakarta : Pustaka Amani.







[1] Shahih Al-Bukhariy, juz 4, h. 2436.
[2]   M. Alaika Salamulloh, Akhlak Hubungan Vertikal, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm. 139-140
[3]    Dep. Agama RI, h. 546.
[4]     Anharnst, Hubungan Guru Murid Perspektif Hadits, diakses dari http://anharnst.wordpress.com/2011/04/30/hubungan-guru-murid-perspektif-hadis/, pada tanggal 03 Maret 2014
[5]  Abdullah Nasih Ulwan (selanjutnya disebut Ulwan), Pendidikan Anak dalam Islam. Jilid II. Diterjemahkan oleh Jamaluddin Miri, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), h. 142.
[6]    Ibid, h. 312.