Wednesday, February 10, 2016

ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Oleh :
Ully Maulida Dkk,
Kata Pengantar
Marilah kita memanjatkan puji dan syukur setinggi-tingginya kepada Allah Azza wa Jalla atas semua yang Ia karuniakan kepada kita; terutama atas segala panduan dan petunjukNya yang diberikan kepada kita melalui Nabi Muhammad, berupa ajaran-ajaran yang membawa kita pada keselamatan, kemakmuran, perdamaian dan ketinggian moral serta budi yang luhur.
Tidak lepas dari perjuangan Rosulullah, pada hari ini kita dapat merasakan dan menikmati indahnya keislaman dan pendidikan; yang mengajarkan kepada kita nilai-nilai luhur serta wawasan yang luas guna sebagai modal kita menyongsong masa depan yang lebih baik, menjadi tongkat yang kokoh dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan, dan tentunya untuk menjadikan kita, para calon pendidik-pendidik Islam lebih termotivasi dan memiliki komitmen untuk peningkatan mutu diri serta bangsa di masa yang akan datang.
Pendidik adalah figur yang menjadi kunci terbukanya jendela wawasan dan pengetahuan serta kedewasaan peserta didik. Sehingga jika sudah demikian, menjadi hal yang prinsipal bahwa dalam diri pendidik dituntut adanya kriteria-kriteria tertentu yang mendukung terselenggaranya pendidikan yang berkualitas dan bermutu.
Dengan harapan mendapat ridho Allah, kita berusaha dan berdoa mudah-mudahan apa yang kita laksanakan pada hari ini membuahkan hasil yang manis untuk kita nanti, suatu manfaat yang besar dan terobosan yang membawa pada pendidikan Islam yang lebih maju. Amiin.   
                                                                                    Purwokerto, 20 oktober 2012

                                                                                               Tim penyusun




Daftar Isi
Kata pengantar  ...................................................................................      ii
Daftar isi ...............................................................................................    iii
Bab I: Pendahuluan.............................................................................       1
Bab II: Pembahasan; PENDIDIK
1)     Hakikat pendidik.....................................................................
2)     Macam-macam pendidik.........................................................
3)     Karakteristik pendidik.............................................................
4)     Tanggungjawab pendidik........................................................
5)     Guru sebagai pendidik.............................................................
6)     Kewibawaan pendidik.............................................................       3
Bab III: Penutup ..................................................................................      8
Daftar pustaka .....................................................................................      9












BAB I
Pendahuluan
A.      Latar Belakang
Menjadi pendidik merupakan suatu tugas yang tidaklah ringan. Di dalam kesederhanaan kesan yang timbul dari seorang pendidik, ternyata jauh di balik sana ada amanah yang begitu besar tinggi menjulang. Ada tuntutan kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan di depan Allah, sebagai sosok yang menjadi tauladan peserta didiknya, tuntutan profesi yang juga harus dipertanggungjawabkan di depan lembaga atau yayasan yang menjadi tempatnya bertugas, ada tuntutan terhadap diri sendiri menjadi seorang yang baik dan pantas untuk disebut pendidik dan terhadap lingkungan yang memandangnya sebagai sosok penuh welas asih, bijaksana, alim, jujur dan berbudi luhur. Sehingga seorang guru terlebih dahulu harus bisa memahami profesinya sehingga tidak akan terjadi pendidik yang salah mendidik peserta didiknya. Seorang guru harus benar – benar mengayomi, mendidik dan mendampingi siswa dalam perkembangannya menuju kedewasaan penuh.
Seorang pendidik harus benar – benar memahami hakikat dari seorang pendidik dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik. Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik diperlukan sosok pendidik yang mempnyai kewibawaan sehingga bisa membawa peserta didik menuju tujuan pendidikan yang diharapkan.
Dengan demikian, sangatlah penting seorang pendidik untuk mempelajari ilmu – ilmu kependidikan sebelum seorang pendidik itu mendidik peserta didik, sehingga pendidik mampu mempertanggung jawabkan tugasnya dihadapan Allah SWT, peserta didik, masyarakat dan dirinya sendiri.




B.      Tujuan
1.     Mengetahui hakekat seorang pendidik
2.     Mengetahui macam – macam pendidik
3.     Mengetahui karakteristik Pendidik
4.     Mengerti tentang tanggungjawab seorang pendidik
5.     Mengetahui dan memahami makna guru sebagai pendidik
6.     Mengerti tentang kewibawaan pendidik

C.      Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan tujuan diatas, maka dapat disimpulkan masalah sebagai berikut :
1.     Apa hakikat seorang pendidik ?
2.     Macam – macam pendidik ?
3.     Apakah tanggung jawab seorang pendidik ?
4.     Apakah makna guru sebagai pendidik?
5.     Apa yang dimaksud kewibawaan pendidik ?















BAB II
Pembahasan

A.      Hakikat Pendidik
Secara umum pendidik adalah orang dewasa dalam masyarakat yang mempunyai rasa tanggung jawab mendidik kepada anak yang belum dewasa umtuk mencapai tingkat kedewasaan. Di dalam masyarakat , ada orang dewasa susila yang belum dewasa karena status kodratnya mempunyai tanggung jawab mendidik adalah orang tua. Sedangkan orang dewasa susila lainnya menjadi pendidik karena tanggung jawab sosial mereka terhadap orang yang belum dewasa dalam kelompok atau organisasi mereka. Mereka yang dimaksud adalah guru, konselor, administrator disekolah, pemimpin agama,pemimpin pemerintahan dan pimpinan organisasi ( Sutari Imam Bernadib, 1986)

[1]Arti lain pendidik atau pedagog adalah seorang yang tugasnya membimbing anakdalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri. Dalam paradigma jawa,pendidik diidentikandengan guru, yang mempunyai makna digugu lan ditiru  artinya mereka selalu dicontoh dan dipanuti. Dalam kamus besar bahasa indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaanya mengajar. Dalam undang – undang Guru dan Dosen no. 14 Tahun 2005 pasal 2 guru dikatakan sebagai tenaga profesional yang mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.

Pada hakikatnya dalam dunia pendidikan, pendidik adalah seorang guru yang merupakan faktor penting dan utama, karena pendidik atau guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik terutama di sekolah, untuk mencapai kedewasaan peserta didik sehingga ia menjadi manusia yang paripurna dan mengetahui tugas – tugasnya sebagai manusia.

Guru tidak semata – mata sebagai pendidik yang transfer of knowledge, tapi juga seorang pendidik yang transfer of values dan sekaligus sebagai pendidik yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.

B.      Macam –  Macam Pendidik
Dalam menjalankan tugasnya, macam – macam pendidik dibagi menjadi dua, yaitu :
1.     Pendidik kodrat/non kodrat seperti : orang tua yang secara alamiah harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya.
2.     Pendidik jabatan/formal seperti : guru,pelatih,pembimbing yang karena jabatannya harus bertanggung jawab terhadap proses pendidikan siswanya.
Pendidik jabatan/formal dapat dibagi menjadi :
a.    Pendidik yang suka mengembangkan ilmu
Tipe pendidik ini adalah mereka gemar mengikuti seminar, workshop, dan kegiatan ilmiah. Sepanjang waktu ia gunakan untuk mendalami ilmu. Suka berlama-lama di perpustakaan, koleksi bukunya lengkap, lebih senang mengunjungi toko buku daripada supermarket. Pameran buku adalah kegiatan yang selalu ditunggu. 
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) adalah salah satu jalan untuk mengembangkan ilmunya. Aktif di MGMP adalah hasrat yang menggebu. Berkumpul dengan guru yang seprofesi selalu didatangi. Bagi guru IPA bernalar bahwa  laboratorium merupakan rumah kedua
b.   Pendidik yang senang mengelola administrasi
Administrasi pribadinya tertata rapi. Semua dokumen yang menyangkut masalah pembelajaran dan pengarsipan selalu dikerjakan dengan teliti dan lengkap. Nilai harian, catatan kepribadian siswa, buku program ia catat dengan tertib. Tak heran almari yang telah disediakan di ruang guru selalu penuh bahkan kurang.
Ia juga paling rajin memeriksa buku catatan siswa. Ia berdalih, dengan membuka buku catatan siswa ia dapat memahami kepribadianya. Dengan demikian akan sangat membantu dalam menilai seorang siswa secara obyektif.
c.   Pendidik yang gemar berorganisasi
Mengelola kelas, menangani berbagai jenis kegiatan selalu berakhir dengan kesuksesan. Orang lain akan terkesan, bahwa dengan kinerja yang dikerjakan oleh guru ini. Ia aktif pula di berbagai macam organisasi, baik yang profesi (seperti PGRI, CGI) ataupun organisasi sosial. Baginya, dengan berorganisasi ia tidak saja menimba pengalaman, memiliki banyak kawan, namun bisa pula mengembangkan peningkatan profesi guru agar lebih kondusif dalam menstransfer ilmu.
Sangat jarang ditemui seorang guru yang memiliki keilmuan yang handal, administrasinya lengkap dan sekaligus seorang organisatoris. Dari segi waktu saja, sangatsulit seorang guru dapat memerankan ketiga-tiganya. Justru yang sering  ditemui adalah mereka berada diluar ketiga model diatas. Apakah mereka melalaikan tugas seorang guru? Tidak juga. Mengembangkan ilmu, mengerjakan administrasi guru dan berorganisasi telah mereka lakukan. Hanya karena keadaan yang memaksa saja mereka menjadi ngobyek ditempat lain. 

C.      Karakteristik pendidik
Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari yang lain. [2]Dalam hal ini An-Nahlawi membagi karakteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk, diantaranya yaitu:
1.       Bersifat ikhlas: melaksanakan tugasnya sebagaipendidik semata-mata untuk mencari keridhoan Allah dan menegakkan kebenaran.
2.       Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah.
3.       Bersifat sabar dalam mengajar.
4.       Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
5.       Mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi.
6.       Mampu mengelola kelas dan mengetahui psikis anak didik, tegas dan proposional.
Sementara dalam kriteria yang sama Al-Abrasyi memberikan batasan tentang karakteristik pendidik, diantaranya :
  1. Seorang pendidik hendaknya memiliki sifat zuhud yaitu melaksanakan tugasnya bukan semata-mata karena materi akan tetapi lebih dari itu adalah karena mencari keridhaan Allah.
  2. Seorang pendidik hendaknya bersih fisiknya dari segala macam kotoran dan bersih jiwanya dari segala macam sifat tercela.
  3. Seorang pendidik hendaknya Ikhlas, tidak riya’, pemaaf, dan mencintai peserta didik juga mengatahui karakteristik anak didiknya.
Adapun karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pendidik yang berlandaskan pada pendekatan nilai-nilai Al-Qur’an, antara lain  adalah : 
1.     Memiliki moral.
Yaitu berakhlak mulia, dan memiliki budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat yang baik sebagai, contoh untuk anak-anak didiknya.
2.   Mengedapankan kepalsuan ilusi.
Mau berjiwa besar serta mengakui kesalahan yang ada dan tidak melakukan pembenaran terhadap kesalahan dengan mengutamakan kebenaran baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah.
3.    Mampu menjauhi kepalsuan ilusi :
4.   Menyembah Tuhan.
Yaitu beragama dan percaya adanya Tuhan.
5.   Bijaksana
Karakteristik tertentu dari suatu sikap atau perilaku seorang pendidik dalam mendidik.
6.    Menyadari
Hendaklah seorang pendidik menyadari bahwa dirinya adalah contoh bagi anak-anak didiknya, dan menyadari setiap kekurangan yang ada pada dirinya untuk dapat berubah menjadi seorang pendidik yang lebih baik.
7.    Mengambil pengalaman
Seorang pendidik hendaklah bisa mengambil hikmah dari pengalaman-pengalaman ia saat mengajar, agar bisa jadi pedoman untuk memperbaiki setiap kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi.
Guru adalah manusia biasa dan sebagai manusia biasa dalam melaksanakan peran sebagai pendidik dan pemimpin bagi anak didik dalam pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar) mereka memilik karakter tersendiri.
Dan sebagai pendidik tugas ini merupakan suatu pekerjaan yang berat dan sulit dicapai oleh seseorang apabila ia tidak mempunyai karakter pendidik. Seorang pendidik mempunyai sifat-sifat teruji dan mampu menyesuaikan diri baik dengan peserta didik maupun dengan masyarakat, sikap serta inilah berangkali yang diketengahkan al-qur’an dengan ungkap ulul al-Bab.
Profesionalisme pendidik merupakan kunci pokok kelancaran dan kesuksesan proses pembelajaran di lembaga pendidikan.

D.      Tanggungjawab Pendidik
Di dalam masyarakat-dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju- pendidik memegang peranan penting. Hampir tanpa kecuali, pendidik merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat.
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri setiap anak didik. Tidak ada seorang pendidik yang mengharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat. Untuk itulah pendidik dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan membina anak didik agar dimasa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Setiap pendidik meluangkan waktunya demi kepentingan anak didik. Bila suatu ketika ada anak didik yang tidak hadir disekolah pendidik menanyakan kepada anak didik yang hadir, apa sebabnya dia tidak hadir disekolah. Anak didik yang sakit, tidak bergairah belajar, terlambat masuk sekolah, belum menguasai bahanpelajaran, berpakaian sembarangan, berbuat yang tidak baik, terlambat membayar uang sekolah, tak punya pakaian seragam, dan sebagainya ,semua menjadi perhatian guru.[3]
 Karena besarnya tanggung jawab pendidik, terhadap anak didiknya hujan dan panas bukan menjadi penghalang bagi pendidik untuk selalu hadir ditengah-tengah anak didiknya. Pendidik tidak pernah memusuhi anak didiknya meskipun suatu ketika ada anak didiknya yang berbuat kurang sopan pada orang lain.Bahkan dengan sabar dan bijaksana pendidik memberikan nasihat bagaimana cara bertingkah laku yang sopan pada orang lain.
Karena profesinya sebagai pendidik merupakan panggilan jiwa, maka apabila pendidik melihat anak didiknya senang berkelahi, meminum minuman keras , mengisap ganja, datang ke rumah bordil dan sebagainya, pendidik merasa sakit. Siang dan malam memikirkan bagaimana caranya agar anak didiknya itu dapat dicegah dari perbuatan yang kurang baik, asusila dan amoral.
 Pendidik yang seperti  itulah yang diharapkan untuk mengabdikan diri dilembaga pendidikan. Bukan pendidik yang hanya menuangkan ilmu pengetahuan kedalam otak anak didik. Sementara jiwa dan wataknya tidak dibina. Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah mudah, tetapi untuk membentuk jiwa dan kepribadian anak didik itulah yang sulit, sebab anak didik yang dihadapi adalah mahluk hidup yang memiliki otak dan potensi yang perlu dipengaruhi dengan sejumlah norma sesuai ideology, falsafah dan bahkan agama.
Menjadi tanggung jawab pendidik  memberikan sejumlah norma itu kepada anak didik agar tahu mana perbuatan yang susila dan asusila, mana perbuatan yang yang bermoral dan amoral. Semua itu tidak harus pendidik berikan ketika dikelas, diluar kelas pun sebaiknya pendidik contohkan melalui sikap, tingkah laku dan perbuatan.
Anak didik lebih menilai apa yang pendidik  tampilkan dalam pergaulan disekolah dan di masyarakat daripada apa yang guru katakana, tetapi baik perkataan maupun yang pendidik tampilkan keduanya menjadi penilaian anak didik.Jadi, apa yang pendidik katakan harus pendidik  praktikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya pendidik memerintahkan kepada anak didik agar hadir tepat pada waktunya. Bagaimana anak didik mematuhinya sementara pendidik sendiri tidak disiplian terhadap apa yang pernah dikatakan . Perbuatan pendidik yang demikian mendapat protes dari anak didik. Pendidik tidak bertanggung jawab atas perkataannya.Anak didik akhirnya tidak percaya lagi kepada pendidik dan anak didik cenderung menentang perintahnya.
Sesungguhnya pendidik yang bertanggung jawab memiliki beberapa sifat, yang menurut Wens Tanlain dan kawan-kawan (1983 : 31) adalah:
1.      Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan
2.      Memikul tugasmendidik dengan bebas,berani, gembira ( tugas bukan menjadi beban          baginya )
3.      Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat-akibat yang timbul (Kata hati)
4.      Menghargai orang lain, termasuk anak didik
5.      Bijaksana
6.      Takwa kepada uhan Yang maha Esa
Jadi guru harus bertanggung jawab atas segala sikap,tingkah laku dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan demikian , tanggung jawab pendidik adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama dan bangsa dimasa yang akan datang.[4]
Tuntutan pada profesionalisme terhadap anak didik, sudah pasti akan menambah tanggung jawab pendidik.Dengan menyadari besarnya tanggung jawab pendidik terhadap anak didiknya ,hujan dan panas bukanlah menjadi penghalang  bagi guru untuk untuk hadir ditengah-tengah anak  didiknya.
Berikut beberapa tanggung jawab pendidik:
1.     Guru harus mewajibkan anak didik blajar
2.     Turut serta mmbina kurikulum sekolah
3.     Melakukan pembinaan terhadap diri sisa baik kepribadian watak dan jasmaninya
4.     Memberikan bimbingan kepada murid
5.     Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar
6.     Menyelenggarakan penelitian
7.     Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif dalam masyarakat
8.     Menghayati, mengamalkan pancasila
9.     Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan prsaatuan bangsa dan perdamaian         dunia
10. Turut mensukseskan pembangunan
11. Tanggung jawab meningkatkan peranan profesional pendidik[5]
Tanggung  jawab  pendidik dalam mewajibkan anak-anak belajar yang terpenting adalah merencanakan dan melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan . Maka untuk mencapai agar cita-cita idal tersebut dan agar pembelajarannya berhasil, ada beberapa  hal yang harus dilakukan oleh guru yaitu:
1.    Mempelajari  setiap murid dikelasnya.
2.    Merencanakan, menyediakan, dan menilai bahan-bahan belajar  yang  akan dan/atau telah diberikan.
3.    Memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai,kebutuhan dan kemampuan murid dan dengan bahan-bahan yang akan diberikan.
4.    Memelihara hubungan pribadi srat mungkin dengan siswa.
5.    Menyediakan lingkungan belajar yang serasi.
6.    Membantu murid-murid dalam mmecahkan berbagai masalah.
7.    Mengatur dan menilai kemajuan belajar siswa.
8.    Membuat catatan-catatan yang berguna dan menyusun laporan pendidikan.
9.    Mengadakan hubungan dengan orang tua murid secara kontinu dan penuh saling pengertian.
10. Berusaha sedapat-dapatnya mencari data melalui serangkaian penelitian terhadap masalah-masalah pndidikan.
11. Mengadakan hubungan dngan masyarakat scara aktif dan kreatif guna kepentingan peserta didik.
Namun demikian pendidik juga masih mempunyai tanggung jawab yang tidak boleh terlupakan yaitu tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa,yang mana nanti diakhirat setiap manusia akan dipertanyakan tentang tanggung jawabnya selama hidup didunia.

E.      Guru Sebagai Pendidik
Sungguh tidak diragukan lagi bahwa keberadaan guru dalam kehidupan masyarakat mempunyai arti penting.  Sosok jiwa yang bersih sepi ing pamrih senantiasa menjadi dambaan masyarakat. Kehadiran guru dalam proses belajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pelajaran belum dapat digamtikan mesin, radio, tape recorder ataupun dengan komputer yang paling modern sekalipun.[6]
Karena tugasnya mengajar, maka dia harus mempunyai wewenang mengajar berdasarkan kualifikasi sebagai tenaga pengajar, setiap guru pengajar harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang pendidikan.
Dengan demikian seorang guru harus memiliki beberapa kompetensi untuk bisa menjalankan tugasnya secara proffesional, yaitu :
1.     Kompetensi Pedagogik
Kompetensi ini meliputi pemahaman wawasan atau landasan pendidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, memanfaatkan teknologi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.[7]
2.     Kompetensi kepribadian guru
Kompetensi ini meliputi : mantap, stabil, emosi. Dewasa, arif dan bijaksana, berwibaea, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
3.     Kompetensi sosial guru
Kompetensi ini memiliki kompetensi secara berkomunikasi lisan, tulisan dan isyarat menggunakan tekhnolohi informasi dan kumonikasi secara fungsional, bergaul secara efektif bersama peserta didik, orang tua wali serta bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
4.     Kompetensi Profesional guru
Kompetensi ini merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam dalam melaksanakan tugas secara bersungguh – sungguh , teliti dan bertanggungjawab.

     Dari uraian diatas, guru dituntut untuk mampu mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi perubahan positif bagi peserta didik tersebut.
                                              
F.       Kewibawaan Pendidik
1 . Pengertian Kewibawaan (Gezag)
Pembahasan selanjutnya mengenai pendidik adalah kewibawaan yang dimilikinya. Bagaimanapun, guru atau pendidik merupakan kunci kualitas suatu lembaga pendidikan atau sekolah[8]. Karena dengan adanya guru atau pendidik yang profesional dan berkualitaslah suatu lembaga pendidikan dapat menjalankan program – programnya dengan baik dan inovatif. Dan salah satu kriteria dari guru atau pendidik yang berkualitas adalah kewajiban yang dimilikinya serta kesediaannya untuk belajar tanpa henti.
Gezag berasal dari kata zeggen yang berarti “berkata”. Siapa yang “perkataannya” mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezag terhadap orang itu. (Tim Prima Pera: 2006=147) 
Kewibawaan yang ada pada orang tua (ayah dan ibu) itu adalah haqq, kebenaran dan pembenaran yang Allah anugerahkan kepada setiap orang tua karena  di tangan orang tualah Allah amanahkan anak untuk dididik. Namun demikian, seorang guru dituntut untuk memiliki kewibawaan karena dengan kewibawaan inilah ia dapat mempengaruhi peserta didik untuk mengikuti arah yang ia tunjukkan, juga untuk mengikat mereka dalam ruang pendidikannya sehingga proses dan upaya yang dilakukan sampai pada tujuannya.
 2. Kewibawaan Orang Tua dan Kewibawaan Guru
a. Kewibawaan orang tua
 Orang tua (ayah dan ibu) adalah pendidik yang terutama. Karena itu sudah semestinya mereka mempunyai kewibawaan terhadap anak-anaknya.
Adapun kewibawaan orang tua itu terdiri dari 2 sifat :
1). Kewibawaan pendidikan
Ini berarti bahwa dengan kewibawaannya itu orang tua bertujuan memelihara keselamatan anak-anaknya, agar mereka dapat menjalani hidup dengan baik, dan selanjutnya berkembang jasmani dan rohaninya menjadi manusia dewasa. Dalam hal ini, tentu saja upaya yang dilakukan oleh seorang ayah dan ibu merupakan upaya yang timbul dari hati yang tulus ikhlas, tidak karena keharusan semata. 
2). Kewibawaan keluarga
Orang tua merupakan kepala dari suatu keluarga. Tiap-tiap keluarga merupakan “masyarakat kecil”, yang sudah tentu dalam “masyarakat” itu ada peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dan dijalankan. Tiap-tiap anggota keluarga harus patuh kepada peraturan-peraturan yang berlaku dalam keluarga itu. Dengan demikian orang tua sebagai kepala keluarga dan dalam hubungan kekeluargaannya mempunyai wibawa terhadap anggota-anggota keluarganya. Kewibawaan keluarga bertujuan untuk pemeliharaan dan keselamatan keluarga. Tiap anggota keluarga harus tunduk kepada kewibawaan keluarga, selama ia menjadi anggota keluarga itu.
b. Kewibawaan guru atau pendidik
Guru (yang bukan orang tua) menerima jabatannya sebagai pendidik bukan dari kodrat (dari Tuhan), melainkan ia menerima jabatan itu dari pemerintah. Ia ditunjuk, ditetapkan, dan diberi kekuasaan sebagai pendidik oleh negara atau masyarakat. Maka dari itu, kewibawaan yang ada padanya pun berlainan dengan kewibawaan orang tua.
Kewibawaan guru atau pendidik juga ada 2 sifat :
1)     Kewibawaan pendidikan
Sama halnya dengan kewibawaan pendidikan yang ada pada orang tua, guru atau pendidik karena jabatannya sebagai pendidik, ia diserahi sebagian dari tugas orang tua untuk mendidik anak-anaknya. Menjadi kuat kewibawaannya terhadap peserta didik apabila ia dapat menjadi seorang tokoh yang disegani dan dikagumi peserta didiknya, baik dalam hal keilmuan ataupun kebijaksanaannya. Sehingga apa yang dikatakannya dapat mengikat dan mempengaruhi peserta didiknya.
2)     Kewibawaan memerintah
 Selain memiliki kewibawaan pendidikan, guru atau pendidik karena jabatannya inilah  ia juga mempunyai kewibawaan memerintah. pemerintah atau instansi yang mengangkat mereka memberi mereka kekuasaan yang meliputi pimpinan kelas; di sanalah anak-anak telah diserahkan kepadanya. Bagi kepala sekolah kewibawaan ini lebih luas, meliputi kepemimpinan sekolahnya. (Ngalim Purwanto, 2000 : 49)
3. Fungsi Kewibawaan dalam Pendidikan
Pendidikan itu terdapat dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak-anak. Sebab pergaulan antara orang dewasa dengan sesamanya, orang dewasa menerima dan bertanggung jawab sendiri terhadap pengaruh-pengaruh pergaulan itu. Demikian pula pergaulan antara anak-anak dengan anak-anak. Biarpun sering kali seorang anak menguasai dan dituruti oleh anak-anak lainnya tetapi kekuasaan atau gezag yang terdapat pada anak itu tidak bersifat gezag pendidikan, karena kekuasaan itu tidak tertuju kepada tujuan pendidikan.
Dalam pergaulan baru terdapat pendidikan jika di dalamnya telah terdapat kepatuhan dari si anak, yaitu bersikap menuruti atau mengikuti wibawa yang ada pada orang lain; mau menjalankan perintah atau perkataannya dengan sadar. Tetapi tidak semua pergaulan antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan pendidikan; ada pula pergaulan semacam itu yang mempunyai pengaruh-pengaruh jahat atau pergaulan yang netral saja.
Satu-satunya pengaruh yang dapat dinamakan pendidikan ialah pengaruh yang menuju ke kedewasaan si anak: untuk menolong si anak menjadi orang yang kelak dapat atau sanggup memenuhi tugas hidupnya dengan berdiri sendiri.
Tidak setiap macam tunduk menurut terhadap orang lain (seperti menurut perintah-perintah anak lain) dapat dikatakan “tunduk terhadap wibawa pendidikan”. Bagaimana sikap anak terhadap kewibawaan pendidik? Dalam hal ini Langeveld menjelaskan dengan dua buah kata:
a.      Sikap menurut (volagen), yaitu mengakui kekuasaan orang lain yang lebih besar karena paksaan, takut. Jadi, bukan tunduk atau menuruti yang sebenarnya.
b.     Sikap tunduk atau patuh, yaitu dengan sadar mengikuti kewibawaan, artinya mengakui hak pada orang lain untuk memerintah dirinya, dan dirinya merasa sendiri terikat akan memenuhi perintah itu.


 Dalam hal yang terakhir inilah tampak fungsi wibawa pendidikan, yaitu membawa si anak ke arah pertumbuhannya yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan bersedia menjalankannya. (Athiyah Alabrasy, 2001 : 55)
 Esensinya, kewibawaan sangat dibutuhkan oleh seorang pendidik dalam mendidik peserta didiknya  karena dengan kewibawaan itulah ia dapat membawa anak ke tingkat kedewasaannya, yaitu mengenal dan hidup sesuai dengan norma-norma, yakni dengan pendidik memberikan contoh dan mewujudkan  norma-norma itu dalam dirinya sendiri. Karena bagaimanapun tidak ada seorang pun yang lebih banyak kewibawaannya dari pada mereka yang mewujudkan kewibawaan itu dalam dirinya sendiri. Sehingga anak dengan sepenuh kepercayaannya menyerahkan dirinya kepada pendidiknya; baik orang tuanya maupun gurunya. Bukan hanya mengerjakan apa yang diperintahkan saja, akan tetapi melaksanakan dengan kesadaran dan suka rela bahwa yang disampaikan oleh sang pendidik adalah baik dan benar, dengan kata lain anak itu mengenal nilai-nilai, dan dengan keyakinan ia berusaha dalam hidupnya untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai itu.
4.  Kewibawaan sebagai wujud kompetensi kepribadian pendidik[9]
Kewibawaan-sebagaimana yang disebutkan dalam pembahasan sebelumnya, sebagai suatu kekuatan yang mampu mengarahkan, mengikat anak dan atau peserta didik dalam proses pendidikan secara sukarela dengan penuh kesadaran- dapat direlevansikan dengan maqolah yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro; ing ngarso sung tulodo, ing ngadyo mangun karso, tut wuri  handayani, yang berarti bahwa seorang pendidik harus menjadi contoh dan teladan, mampu membangkitkan motivasi belajar siswa serta mampu mendorong peserta didiknya untuk berani berjalan di depan dan bertanggung jawab.
Dikatakan demikian karena kewibawaan lahir dari kompetensi kepribadian pendidik atau guru yang meliputi sikap (attitude), nilai-nilai (value), kepribadian (personality) sebagai elemen perilaku (behavior) dalam kaitannya dengan performance yang ideal sesuai dengan profesinya sebagai pendidik. Untuk mewujudkan kewibawaan dalam dirinya, seorang guru dituntut dengan benar-benar untuk memiliki kompetensi kepribadian sebagai berikut;
-        Guru atau pendidik sebagai manusia ciptaan tuhan yang Maha Esa berkewajiban untuk meningkatkan iman dan ketakwaannya.
-        Guru perlu mengembangkan percaya diri dan tanggung jawab dalam dirinya karena ia memiliki potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya.
-        Guru perlu mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyarakat.
-        Guru dapat menjadi fasilitator dalam menumbuhkembangkan budaya berpikir kritis di masyarakat, saling menerima dalam perbedaan pendapat dan menyepakatinya untuk mencapai tujuan bersama. Maka sikap yang diperlukan untuk dimiliki guru adalah sikap demokratis.
-        Guru diharapkan memiliki sikap sabar dalam prosesnya menjadi seorang guru yang baik.
-        Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan.
-        Guru mampu menghayati tujuan-tujuan pendidikan.
-        Guru memiliki hubungan manusiawi, yaitu kemampuan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain atas dasar saling menghormati satu dengan yang lain.
-        Guru memiliki pemahaman tentang berbagai aspek dalam dirinya, baik yang positif maupun negatif.
-        Guru mampu melakukan perubahan dalam mengembangkan profesinya, bahwa ia mampu menjadi seorang kreator atau inovator.
  Dengan demikian kewibawaan ini menjadi suatu hal yang memang butuh usaha besar untuk mewujudkannya dalam diri seorang guru atau pendidik, karena tidak hanya mengenai kemampuan kecerdasan menyampaikan materi ( pedagogik ) semata akan tetapi mengenai kemampuan personal serta sosialnya yang juga dituntut untuk lebih dapat mendukung profesionalismenya sebagai pendidik[10].






BAB III
Kesimpulan

Ø Pendidik atau pedagog adalah seorang yang tugasnya membimbing anakdalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri. Guru tidak semata – mata sebagai pendidik yang transfer of knowledge, tapi juga seorang pendidik yang transfer of values dan sekaligus sebagai pendidik yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.
Ø macam – macam pendidik dibagi menjadi dua, yaitu : pendidik kodrati dan pendidik profesi atau jabatan.
Ø Karakteristik seorang pendidik hendaknya memenuhi standar sebagaimana yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yakni; ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Ø Tanggung jawab pendidik adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama dan bangsa dimasa yang akan datang.[11]
Ø Guru sebagai pendidik dituntut untuk mampu mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi perubahan positif bagi peserta didik tersebut.
Ø Kewibawaan berarti kekuatan yang mengikat. Seorang guru dituntut untuk memiliki kewibawaan karena dengan kewibawaan inilah ia dapat mempengaruhi peserta didik untuk mengikuti arah yang ia tunjukkan, juga untuk mengikat mereka dalam ruang pendidikannya sehingga proses dan upaya yang dilakukan sampai pada tujuannya.

      


      Daftar Pustaka
Nurfuadi . 2012. Profesionalisme Guru, Purwokerto : STAIN Press
Chatib, Munif. 2009. Sekolahnya manusia; sekolah berbasis multiple intelligences di Indonesia, Bandung : Kaifa
Djam’an Satori dkk. 2008. Materi Pokok Profesi Keguruan, Jakarta: Universitas Terbuka











[1] Nurfuadi, Profesionalisme Guru, Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm . 54 -56
[2] Nurfuadi, Profesionalisme Guru, Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm . 118
[3] Nurfuadi, Profesionalisme Guru, Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm 66
[4] Nurfuadi, Profesionalisme Guru, Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm 68
[5] Nurfuadi, Profesionalisme Guru, Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm 69
[6] Nurfuadi, Profesionalisme Guru, Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm 128
[7] Nurfuadi, Profesionalisme Guru, Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm 129
[8] Munif Chatib, Sekolahnya manusia; sekolah berbasis multiple intelligences di Indonesi, Bandung : Kaifa , 2009, hlm 148
[9] Djam’an Satori dkk, Materi Pokok Profesi Keguruan, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008, hlm. 2.4-2.9.
[10] Nurfuadi, Profesionalisme Guru, Purwokerto: STAIN Press, 2012, hlm. 71-72.
[11] Nurfuadi, Profesionalisme Guru, Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm 68