Oleh :
Ully Maulida Dkk,
Kata Pengantar
Marilah kita memanjatkan puji dan syukur setinggi-tingginya kepada
Allah Azza wa Jalla atas semua yang Ia karuniakan kepada kita; terutama
atas segala panduan dan petunjukNya yang diberikan kepada kita melalui Nabi
Muhammad, berupa ajaran-ajaran yang membawa kita pada keselamatan, kemakmuran,
perdamaian dan ketinggian moral serta budi yang luhur.
Tidak lepas dari perjuangan Rosulullah, pada hari ini kita dapat
merasakan dan menikmati indahnya keislaman dan pendidikan; yang mengajarkan
kepada kita nilai-nilai luhur serta wawasan yang luas guna sebagai modal kita
menyongsong masa depan yang lebih baik, menjadi tongkat yang kokoh dalam
menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan, dan tentunya untuk
menjadikan kita, para calon pendidik-pendidik Islam lebih termotivasi dan
memiliki komitmen untuk peningkatan mutu diri serta bangsa di masa yang akan
datang.
Pendidik adalah figur yang menjadi kunci terbukanya jendela wawasan
dan pengetahuan serta kedewasaan peserta didik. Sehingga jika sudah demikian,
menjadi hal yang prinsipal bahwa dalam diri pendidik dituntut adanya
kriteria-kriteria tertentu yang mendukung terselenggaranya pendidikan yang
berkualitas dan bermutu.
Dengan harapan mendapat ridho Allah, kita berusaha dan berdoa
mudah-mudahan apa yang kita laksanakan pada hari ini membuahkan hasil yang
manis untuk kita nanti, suatu manfaat yang besar dan terobosan yang membawa
pada pendidikan Islam yang lebih maju. Amiin.
Purwokerto, 20 oktober 2012
Tim penyusun
Daftar Isi
Kata pengantar
................................................................................... ii
Daftar isi
............................................................................................... iii
Bab I:
Pendahuluan............................................................................. 1
Bab II: Pembahasan; PENDIDIK
1)
Hakikat
pendidik.....................................................................
2)
Macam-macam
pendidik.........................................................
3)
Karakteristik
pendidik.............................................................
4)
Tanggungjawab pendidik........................................................
5)
Guru sebagai
pendidik.............................................................
6)
Kewibawaan
pendidik............................................................. 3
Bab III: Penutup .................................................................................. 8
Daftar pustaka
..................................................................................... 9
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Menjadi pendidik merupakan suatu tugas yang tidaklah
ringan. Di dalam kesederhanaan kesan yang timbul dari seorang pendidik,
ternyata jauh di balik sana ada amanah yang begitu besar tinggi menjulang. Ada
tuntutan kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan di depan
Allah, sebagai sosok yang menjadi tauladan peserta didiknya, tuntutan profesi
yang juga harus dipertanggungjawabkan di depan lembaga atau yayasan yang
menjadi tempatnya bertugas, ada tuntutan terhadap diri sendiri menjadi seorang yang
baik dan pantas untuk disebut pendidik dan terhadap lingkungan yang
memandangnya sebagai sosok penuh welas asih, bijaksana, alim, jujur dan berbudi
luhur. Sehingga seorang guru terlebih dahulu harus
bisa memahami profesinya sehingga tidak akan terjadi pendidik yang salah
mendidik peserta didiknya. Seorang guru harus benar – benar mengayomi, mendidik
dan mendampingi siswa dalam
perkembangannya menuju kedewasaan penuh.
Seorang pendidik harus benar – benar memahami hakikat dari seorang pendidik
dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik. Dalam menjalankan tugasnya
sebagai seorang pendidik diperlukan sosok pendidik yang mempnyai kewibawaan
sehingga bisa membawa peserta didik menuju tujuan pendidikan yang diharapkan.
Dengan demikian, sangatlah penting seorang pendidik untuk mempelajari ilmu
– ilmu kependidikan sebelum seorang
pendidik itu mendidik peserta didik, sehingga pendidik mampu mempertanggung
jawabkan tugasnya dihadapan Allah SWT, peserta didik, masyarakat dan dirinya
sendiri.
B.
Tujuan
1.
Mengetahui
hakekat seorang pendidik
2.
Mengetahui
macam – macam pendidik
3.
Mengetahui
karakteristik Pendidik
4.
Mengerti
tentang tanggungjawab seorang pendidik
5.
Mengetahui
dan memahami makna guru sebagai pendidik
6.
Mengerti
tentang kewibawaan pendidik
C.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang dan tujuan diatas, maka dapat disimpulkan
masalah sebagai berikut :
1.
Apa hakikat
seorang pendidik ?
2.
Macam –
macam pendidik ?
3.
Apakah
tanggung jawab seorang pendidik ?
4.
Apakah makna
guru sebagai pendidik?
5.
Apa yang
dimaksud kewibawaan pendidik ?
BAB II
Pembahasan
A.
Hakikat
Pendidik
Secara umum pendidik adalah orang dewasa dalam
masyarakat yang mempunyai rasa tanggung jawab mendidik kepada anak yang belum
dewasa umtuk mencapai tingkat kedewasaan. Di dalam masyarakat , ada orang
dewasa susila yang belum dewasa karena status kodratnya mempunyai tanggung
jawab mendidik adalah orang tua. Sedangkan orang dewasa susila lainnya menjadi
pendidik karena tanggung jawab sosial mereka terhadap orang yang belum dewasa dalam
kelompok atau organisasi mereka. Mereka yang dimaksud adalah guru, konselor,
administrator disekolah, pemimpin agama,pemimpin pemerintahan dan pimpinan
organisasi ( Sutari Imam Bernadib, 1986)
[1]Arti lain pendidik atau pedagog adalah seorang yang
tugasnya membimbing anakdalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri. Dalam
paradigma jawa,pendidik diidentikandengan guru, yang mempunyai makna digugu lan
ditiru artinya mereka selalu dicontoh
dan dipanuti. Dalam kamus besar bahasa indonesia edisi kedua 1991, guru
diartikan sebagai orang yang pekerjaanya mengajar. Dalam undang – undang Guru
dan Dosen no. 14 Tahun 2005 pasal 2 guru dikatakan sebagai tenaga profesional
yang mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seorang
yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikasi pendidik sesuai
dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
Pada hakikatnya dalam dunia pendidikan, pendidik
adalah seorang guru yang merupakan faktor penting dan utama, karena pendidik
atau guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik terutama di sekolah, untuk mencapai kedewasaan peserta
didik sehingga ia menjadi manusia yang paripurna dan mengetahui tugas –
tugasnya sebagai manusia.
Guru tidak semata – mata sebagai pendidik yang transfer of knowledge, tapi juga seorang
pendidik yang transfer of values dan
sekaligus sebagai pendidik yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam
belajar.
B. Macam – Macam
Pendidik
Dalam
menjalankan tugasnya, macam – macam pendidik dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Pendidik
kodrat/non kodrat seperti : orang tua yang secara alamiah harus bertanggung
jawab terhadap pendidikan anak-anaknya.
2.
Pendidik
jabatan/formal seperti : guru,pelatih,pembimbing yang karena jabatannya harus
bertanggung jawab terhadap proses pendidikan siswanya.
Pendidik jabatan/formal dapat dibagi menjadi :
a.
Pendidik
yang suka mengembangkan ilmu
Tipe pendidik ini adalah mereka gemar mengikuti seminar,
workshop, dan kegiatan ilmiah. Sepanjang waktu ia gunakan untuk mendalami ilmu.
Suka berlama-lama di perpustakaan, koleksi bukunya lengkap, lebih senang
mengunjungi toko buku daripada supermarket. Pameran buku adalah kegiatan yang
selalu ditunggu.
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) adalah salah satu jalan
untuk mengembangkan ilmunya. Aktif di MGMP adalah hasrat yang menggebu.
Berkumpul dengan guru yang seprofesi selalu didatangi. Bagi guru IPA bernalar
bahwa laboratorium merupakan rumah kedua
b. Pendidik yang senang mengelola administrasi
Administrasi pribadinya tertata rapi. Semua dokumen yang
menyangkut masalah pembelajaran dan pengarsipan selalu dikerjakan dengan teliti
dan lengkap. Nilai harian, catatan kepribadian siswa, buku program ia catat
dengan tertib. Tak heran almari yang telah disediakan di ruang guru selalu
penuh bahkan kurang.
Ia juga paling rajin memeriksa buku catatan siswa. Ia berdalih,
dengan membuka buku catatan siswa ia dapat memahami kepribadianya. Dengan
demikian akan sangat membantu dalam menilai seorang siswa secara obyektif.
c. Pendidik yang gemar berorganisasi
Mengelola kelas, menangani berbagai jenis kegiatan selalu
berakhir dengan kesuksesan. Orang lain akan terkesan, bahwa dengan kinerja yang
dikerjakan oleh guru ini. Ia aktif pula di berbagai macam organisasi, baik yang
profesi (seperti PGRI, CGI) ataupun organisasi sosial. Baginya, dengan
berorganisasi ia tidak saja menimba pengalaman, memiliki banyak kawan, namun
bisa pula mengembangkan peningkatan profesi guru agar lebih kondusif dalam
menstransfer ilmu.
Sangat jarang ditemui seorang guru yang memiliki keilmuan yang
handal, administrasinya lengkap dan sekaligus seorang organisatoris. Dari segi
waktu saja, sangatsulit seorang guru dapat memerankan ketiga-tiganya. Justru
yang sering ditemui adalah mereka berada
diluar ketiga model diatas. Apakah mereka melalaikan tugas seorang guru? Tidak
juga. Mengembangkan ilmu, mengerjakan administrasi guru dan berorganisasi telah
mereka lakukan. Hanya karena keadaan yang memaksa saja mereka menjadi ngobyek
ditempat lain.
C.
Karakteristik pendidik
Dalam pendidikan Islam, seorang
pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari yang
lain. [2]Dalam
hal ini An-Nahlawi membagi karakteristik pendidik muslim kepada beberapa
bentuk, diantaranya yaitu:
1.
Bersifat ikhlas: melaksanakan tugasnya sebagaipendidik
semata-mata untuk mencari keridhoan Allah dan menegakkan kebenaran.
2.
Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah.
3.
Bersifat sabar dalam mengajar.
4.
Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
5.
Mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi.
6.
Mampu mengelola kelas dan mengetahui psikis anak
didik, tegas dan proposional.
Sementara dalam kriteria yang sama
Al-Abrasyi memberikan batasan tentang karakteristik pendidik, diantaranya :
- Seorang pendidik hendaknya memiliki sifat zuhud
yaitu melaksanakan tugasnya bukan semata-mata karena materi akan tetapi
lebih dari itu adalah karena mencari keridhaan Allah.
- Seorang pendidik hendaknya bersih fisiknya dari
segala macam kotoran dan bersih jiwanya dari segala macam sifat tercela.
- Seorang pendidik hendaknya Ikhlas, tidak riya’,
pemaaf, dan mencintai peserta didik juga mengatahui karakteristik anak
didiknya.
Adapun karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pendidik yang
berlandaskan pada pendekatan nilai-nilai Al-Qur’an, antara lain adalah :
1.
Memiliki moral.
Yaitu berakhlak mulia, dan memiliki
budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat yang baik sebagai, contoh untuk
anak-anak didiknya.
2.
Mengedapankan kepalsuan ilusi.
Mau berjiwa
besar serta mengakui kesalahan yang ada dan tidak melakukan pembenaran terhadap
kesalahan dengan mengutamakan kebenaran baik di dalam kelas maupun di
lingkungan sekolah.
3. Mampu menjauhi kepalsuan ilusi :
4. Menyembah
Tuhan.
Yaitu beragama dan percaya adanya Tuhan.
5. Bijaksana
Karakteristik tertentu dari suatu sikap atau perilaku seorang pendidik
dalam mendidik.
6. Menyadari
Hendaklah
seorang pendidik menyadari bahwa dirinya adalah contoh bagi anak-anak didiknya,
dan menyadari setiap kekurangan yang ada pada dirinya untuk dapat berubah
menjadi seorang pendidik yang lebih baik.
7. Mengambil pengalaman
Seorang
pendidik hendaklah bisa mengambil hikmah dari pengalaman-pengalaman ia saat
mengajar, agar bisa jadi pedoman untuk memperbaiki setiap kesalahan-kesalahan
yang pernah terjadi.
Guru adalah manusia biasa dan sebagai manusia biasa dalam melaksanakan peran
sebagai pendidik dan pemimpin bagi anak didik dalam pelaksanaan PBM (Proses
Belajar Mengajar) mereka memilik karakter tersendiri.
Dan sebagai pendidik tugas ini merupakan suatu pekerjaan yang berat dan sulit dicapai oleh seseorang apabila ia tidak mempunyai karakter pendidik. Seorang
pendidik mempunyai sifat-sifat teruji dan mampu menyesuaikan diri baik dengan
peserta didik maupun dengan masyarakat, sikap serta inilah berangkali yang
diketengahkan al-qur’an dengan ungkap ulul al-Bab.
Profesionalisme pendidik merupakan kunci pokok kelancaran dan kesuksesan proses
pembelajaran di lembaga pendidikan.
D. Tanggungjawab
Pendidik
Di dalam masyarakat-dari yang paling
terbelakang sampai yang paling maju- pendidik memegang peranan penting. Hampir
tanpa kecuali, pendidik merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon
warga masyarakat.
Pendidik adalah orang yang
bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi susila yang cakap
adalah yang diharapkan ada pada diri setiap anak didik. Tidak ada seorang
pendidik yang mengharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat. Untuk
itulah pendidik dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan
membina anak didik agar dimasa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa
dan bangsa. Setiap pendidik meluangkan waktunya demi kepentingan anak didik.
Bila suatu ketika ada anak didik yang tidak hadir disekolah pendidik menanyakan
kepada anak didik yang hadir, apa sebabnya dia tidak hadir disekolah. Anak
didik yang sakit, tidak bergairah belajar, terlambat masuk sekolah, belum
menguasai bahanpelajaran, berpakaian sembarangan, berbuat yang tidak baik,
terlambat membayar uang sekolah, tak punya pakaian seragam, dan sebagainya
,semua menjadi perhatian guru.[3]
Karena besarnya tanggung jawab pendidik,
terhadap anak didiknya hujan dan panas bukan menjadi penghalang bagi pendidik
untuk selalu hadir ditengah-tengah anak didiknya. Pendidik tidak pernah
memusuhi anak didiknya meskipun suatu ketika ada anak didiknya yang berbuat
kurang sopan pada orang lain.Bahkan dengan sabar dan bijaksana pendidik
memberikan nasihat bagaimana cara bertingkah laku yang sopan pada orang lain.
Karena profesinya sebagai
pendidik merupakan panggilan jiwa, maka apabila pendidik melihat anak didiknya
senang berkelahi, meminum minuman keras , mengisap ganja, datang ke rumah
bordil dan sebagainya, pendidik merasa sakit. Siang dan malam memikirkan
bagaimana caranya agar anak didiknya itu dapat dicegah dari perbuatan yang
kurang baik, asusila dan amoral.
Pendidik yang seperti itulah yang diharapkan untuk mengabdikan diri
dilembaga pendidikan. Bukan pendidik yang hanya menuangkan ilmu pengetahuan
kedalam otak anak didik. Sementara jiwa dan wataknya tidak dibina. Memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah mudah, tetapi untuk membentuk jiwa
dan kepribadian anak didik itulah yang sulit, sebab anak didik yang dihadapi
adalah mahluk hidup yang memiliki otak dan potensi yang perlu dipengaruhi
dengan sejumlah norma sesuai ideology, falsafah dan bahkan agama.
Menjadi tanggung jawab
pendidik memberikan sejumlah norma itu
kepada anak didik agar tahu mana perbuatan yang susila dan asusila, mana
perbuatan yang yang bermoral dan amoral. Semua itu tidak harus pendidik berikan
ketika dikelas, diluar kelas pun sebaiknya pendidik contohkan melalui sikap,
tingkah laku dan perbuatan.
Anak didik lebih menilai apa yang
pendidik tampilkan dalam pergaulan
disekolah dan di masyarakat daripada apa yang guru katakana, tetapi baik
perkataan maupun yang pendidik tampilkan keduanya menjadi penilaian anak
didik.Jadi, apa yang pendidik katakan harus pendidik praktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya pendidik memerintahkan kepada anak didik agar hadir tepat pada
waktunya. Bagaimana anak didik mematuhinya sementara pendidik sendiri tidak
disiplian terhadap apa yang pernah dikatakan . Perbuatan pendidik yang demikian
mendapat protes dari anak didik. Pendidik tidak bertanggung jawab atas
perkataannya.Anak didik akhirnya tidak percaya lagi kepada pendidik dan anak didik
cenderung menentang perintahnya.
Sesungguhnya pendidik yang
bertanggung jawab memiliki beberapa sifat, yang menurut Wens Tanlain dan
kawan-kawan (1983 : 31) adalah:
1.
Menerima
dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan
2.
Memikul
tugasmendidik dengan bebas,berani, gembira ( tugas bukan menjadi beban baginya )
3.
Sadar
akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat-akibat yang
timbul (Kata hati)
4.
Menghargai
orang lain, termasuk anak didik
5.
Bijaksana
6.
Takwa
kepada uhan Yang maha Esa
Jadi guru harus bertanggung jawab
atas segala sikap,tingkah laku dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan
watak anak didik. Dengan demikian , tanggung jawab pendidik adalah untuk
membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi
agama dan bangsa dimasa yang akan datang.[4]
Tuntutan pada profesionalisme
terhadap anak didik, sudah pasti akan menambah tanggung jawab pendidik.Dengan
menyadari besarnya tanggung jawab pendidik terhadap anak didiknya ,hujan dan
panas bukanlah menjadi penghalang bagi
guru untuk untuk hadir ditengah-tengah anak
didiknya.
Berikut
beberapa tanggung jawab pendidik:
1. Guru
harus mewajibkan anak didik blajar
2. Turut
serta mmbina kurikulum sekolah
3. Melakukan
pembinaan terhadap diri sisa baik kepribadian watak dan jasmaninya
4. Memberikan
bimbingan kepada murid
5. Melakukan
diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas
kemajuan belajar
6. Menyelenggarakan
penelitian
7. Mengenal
masyarakat dan ikut serta aktif dalam masyarakat
8. Menghayati,
mengamalkan pancasila
9. Turut
serta membantu terciptanya kesatuan dan prsaatuan bangsa dan perdamaian dunia
10. Turut
mensukseskan pembangunan
11. Tanggung
jawab meningkatkan peranan profesional pendidik[5]
Tanggung jawab
pendidik dalam mewajibkan anak-anak belajar yang terpenting adalah
merencanakan dan melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang diinginkan . Maka untuk mencapai agar cita-cita idal
tersebut dan agar pembelajarannya berhasil, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru yaitu:
1.
Mempelajari setiap murid dikelasnya.
2.
Merencanakan,
menyediakan, dan menilai bahan-bahan belajar
yang akan dan/atau telah
diberikan.
3.
Memilih
dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai,kebutuhan dan kemampuan murid dan dengan bahan-bahan yang akan
diberikan.
4.
Memelihara
hubungan pribadi srat mungkin dengan siswa.
5.
Menyediakan
lingkungan belajar yang serasi.
6.
Membantu
murid-murid dalam mmecahkan berbagai masalah.
7.
Mengatur
dan menilai kemajuan belajar siswa.
8.
Membuat
catatan-catatan yang berguna dan menyusun laporan pendidikan.
9.
Mengadakan
hubungan dengan orang tua murid secara kontinu dan penuh saling pengertian.
10. Berusaha sedapat-dapatnya mencari
data melalui serangkaian penelitian terhadap masalah-masalah pndidikan.
11. Mengadakan hubungan dngan
masyarakat scara aktif dan kreatif guna kepentingan peserta didik.
Namun demikian pendidik juga
masih mempunyai tanggung jawab yang tidak boleh terlupakan yaitu tanggung jawab
kepada Tuhan Yang Maha Esa,yang mana nanti diakhirat setiap manusia akan
dipertanyakan tentang tanggung jawabnya selama hidup didunia.
E.
Guru Sebagai Pendidik
Sungguh
tidak
diragukan lagi bahwa keberadaan guru dalam kehidupan masyarakat mempunyai arti
penting. Sosok jiwa yang bersih sepi
ing pamrih senantiasa menjadi dambaan masyarakat. Kehadiran guru dalam
proses belajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan
guru dalam proses pelajaran belum dapat digamtikan mesin, radio, tape recorder
ataupun dengan komputer yang paling modern sekalipun.[6]
Karena
tugasnya
mengajar, maka dia harus mempunyai wewenang mengajar berdasarkan kualifikasi
sebagai tenaga pengajar, setiap guru pengajar harus memiliki kemampuan
profesional dalam bidang pendidikan.
Dengan
demikian seorang guru harus memiliki beberapa kompetensi untuk bisa menjalankan
tugasnya secara proffesional, yaitu :
1.
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi
ini meliputi pemahaman wawasan atau landasan pendidikan, pemahaman terhadap
peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran
yang mendidik dan dialogis, memanfaatkan teknologi pembelajaran, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.[7]
2.
Kompetensi kepribadian guru
Kompetensi
ini meliputi : mantap, stabil, emosi. Dewasa, arif dan bijaksana, berwibaea,
berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara
objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri
dan berkelanjutan.
3.
Kompetensi sosial guru
Kompetensi
ini memiliki kompetensi secara berkomunikasi lisan, tulisan dan isyarat
menggunakan tekhnolohi informasi dan kumonikasi secara fungsional, bergaul
secara efektif bersama peserta didik, orang tua wali serta bergaul secara
santun dengan masyarakat sekitar.
4.
Kompetensi Profesional guru
Kompetensi
ini merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam
dalam melaksanakan tugas secara bersungguh – sungguh , teliti dan
bertanggungjawab.
Dari uraian diatas, guru dituntut untuk
mampu mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi perubahan positif
bagi peserta didik tersebut.
F.
Kewibawaan Pendidik
1 .
Pengertian Kewibawaan (Gezag)
Pembahasan selanjutnya mengenai pendidik adalah kewibawaan yang dimilikinya.
Bagaimanapun, guru atau pendidik merupakan kunci kualitas suatu lembaga
pendidikan atau sekolah[8].
Karena dengan adanya guru atau pendidik yang profesional dan berkualitaslah
suatu lembaga pendidikan dapat menjalankan program – programnya dengan baik dan
inovatif. Dan salah satu kriteria dari guru atau pendidik yang berkualitas
adalah kewajiban yang dimilikinya serta kesediaannya untuk belajar tanpa henti.
Gezag berasal dari kata zeggen yang berarti “berkata”.
Siapa yang “perkataannya” mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti
mempunyai kewibawaan atau gezag terhadap orang itu. (Tim Prima Pera:
2006=147)
Kewibawaan
yang ada pada orang tua (ayah dan ibu) itu adalah haqq, kebenaran dan
pembenaran yang Allah anugerahkan kepada setiap orang tua karena di tangan orang tualah Allah amanahkan anak
untuk dididik. Namun demikian, seorang guru dituntut untuk memiliki kewibawaan
karena dengan kewibawaan inilah ia dapat mempengaruhi peserta didik untuk
mengikuti arah yang ia tunjukkan, juga untuk mengikat mereka dalam ruang
pendidikannya sehingga proses dan upaya yang dilakukan sampai pada tujuannya.
2. Kewibawaan Orang
Tua dan Kewibawaan Guru
a.
Kewibawaan orang tua
Orang tua (ayah dan ibu) adalah pendidik yang
terutama. Karena itu sudah semestinya mereka mempunyai kewibawaan terhadap
anak-anaknya.
Adapun kewibawaan orang tua itu terdiri dari 2 sifat :
Adapun kewibawaan orang tua itu terdiri dari 2 sifat :
1). Kewibawaan pendidikan
Ini berarti
bahwa dengan kewibawaannya itu orang tua bertujuan memelihara keselamatan
anak-anaknya, agar mereka dapat menjalani hidup dengan baik, dan selanjutnya
berkembang jasmani dan rohaninya menjadi manusia dewasa. Dalam hal ini, tentu
saja upaya yang dilakukan oleh seorang ayah dan ibu merupakan upaya yang timbul
dari hati yang tulus ikhlas, tidak karena keharusan semata.
2). Kewibawaan keluarga
Orang tua
merupakan kepala dari suatu keluarga. Tiap-tiap keluarga merupakan “masyarakat
kecil”, yang sudah tentu dalam “masyarakat” itu ada peraturan-peraturan yang
harus dipatuhi dan dijalankan. Tiap-tiap anggota keluarga harus patuh kepada
peraturan-peraturan yang berlaku dalam keluarga itu. Dengan demikian orang tua
sebagai kepala keluarga dan dalam hubungan kekeluargaannya mempunyai wibawa
terhadap anggota-anggota keluarganya. Kewibawaan keluarga bertujuan untuk
pemeliharaan dan keselamatan keluarga. Tiap anggota keluarga harus tunduk
kepada kewibawaan keluarga, selama ia menjadi anggota keluarga itu.
b. Kewibawaan guru atau pendidik
Guru (yang bukan orang tua) menerima jabatannya
sebagai pendidik bukan dari kodrat (dari Tuhan), melainkan ia menerima jabatan
itu dari pemerintah. Ia ditunjuk, ditetapkan, dan diberi kekuasaan sebagai
pendidik oleh negara atau masyarakat. Maka dari itu, kewibawaan yang ada
padanya pun berlainan dengan kewibawaan orang tua.
Kewibawaan guru atau pendidik juga ada 2 sifat :
Kewibawaan guru atau pendidik juga ada 2 sifat :
1) Kewibawaan pendidikan
Sama halnya dengan kewibawaan pendidikan yang ada pada
orang tua, guru atau pendidik karena jabatannya sebagai pendidik, ia diserahi
sebagian dari tugas orang tua untuk mendidik anak-anaknya. Menjadi kuat
kewibawaannya terhadap peserta didik apabila ia dapat menjadi seorang tokoh
yang disegani dan dikagumi peserta didiknya, baik dalam hal keilmuan ataupun
kebijaksanaannya. Sehingga apa yang dikatakannya dapat mengikat dan
mempengaruhi peserta didiknya.
2) Kewibawaan memerintah
Selain memiliki kewibawaan pendidikan, guru
atau pendidik karena jabatannya inilah
ia juga mempunyai kewibawaan memerintah. pemerintah atau instansi yang
mengangkat mereka memberi mereka kekuasaan yang meliputi pimpinan kelas; di
sanalah anak-anak telah diserahkan kepadanya. Bagi kepala sekolah kewibawaan
ini lebih luas, meliputi kepemimpinan sekolahnya. (Ngalim Purwanto, 2000 : 49)
3. Fungsi
Kewibawaan dalam Pendidikan
Pendidikan itu terdapat dalam pergaulan antara orang
dewasa dengan anak-anak. Sebab pergaulan antara orang dewasa dengan sesamanya,
orang dewasa menerima dan bertanggung jawab sendiri terhadap pengaruh-pengaruh
pergaulan itu. Demikian pula pergaulan antara anak-anak dengan anak-anak.
Biarpun sering kali seorang anak menguasai dan dituruti oleh anak-anak lainnya
tetapi kekuasaan atau gezag yang terdapat pada anak itu tidak bersifat gezag
pendidikan, karena kekuasaan itu tidak tertuju kepada tujuan pendidikan.
Dalam pergaulan baru terdapat pendidikan jika di
dalamnya telah terdapat kepatuhan dari si anak, yaitu bersikap menuruti atau
mengikuti wibawa yang ada pada orang lain; mau menjalankan perintah atau
perkataannya dengan sadar. Tetapi tidak semua pergaulan antara orang dewasa
dengan anak-anak merupakan pendidikan; ada pula pergaulan semacam itu yang
mempunyai pengaruh-pengaruh jahat atau pergaulan yang netral saja.
Satu-satunya pengaruh yang dapat dinamakan pendidikan ialah pengaruh yang menuju ke kedewasaan si anak: untuk menolong si anak menjadi orang yang kelak dapat atau sanggup memenuhi tugas hidupnya dengan berdiri sendiri.
Satu-satunya pengaruh yang dapat dinamakan pendidikan ialah pengaruh yang menuju ke kedewasaan si anak: untuk menolong si anak menjadi orang yang kelak dapat atau sanggup memenuhi tugas hidupnya dengan berdiri sendiri.
Tidak setiap macam tunduk menurut terhadap orang lain
(seperti menurut perintah-perintah anak lain) dapat dikatakan “tunduk terhadap
wibawa pendidikan”. Bagaimana sikap anak terhadap kewibawaan pendidik? Dalam
hal ini Langeveld menjelaskan dengan dua buah kata:
a. Sikap menurut (volagen), yaitu mengakui kekuasaan
orang lain yang lebih besar karena paksaan, takut. Jadi, bukan tunduk atau menuruti
yang sebenarnya.
b. Sikap tunduk atau patuh, yaitu dengan sadar mengikuti
kewibawaan, artinya mengakui hak pada orang lain untuk memerintah dirinya, dan
dirinya merasa sendiri terikat akan memenuhi perintah itu.
Dalam hal yang
terakhir inilah tampak fungsi wibawa pendidikan, yaitu membawa si anak ke arah
pertumbuhannya yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan bersedia
menjalankannya. (Athiyah Alabrasy, 2001 : 55)
Esensinya,
kewibawaan sangat dibutuhkan oleh seorang pendidik dalam mendidik peserta
didiknya karena dengan kewibawaan itulah
ia dapat membawa anak ke tingkat kedewasaannya, yaitu mengenal dan hidup sesuai
dengan norma-norma, yakni dengan pendidik memberikan contoh dan mewujudkan norma-norma itu dalam dirinya
sendiri. Karena bagaimanapun tidak ada seorang pun yang lebih banyak
kewibawaannya dari pada mereka yang mewujudkan kewibawaan itu dalam dirinya
sendiri. Sehingga anak dengan sepenuh kepercayaannya menyerahkan dirinya
kepada pendidiknya; baik orang tuanya maupun gurunya. Bukan hanya mengerjakan
apa yang diperintahkan saja, akan tetapi melaksanakan dengan kesadaran dan suka
rela bahwa yang disampaikan oleh sang pendidik adalah baik dan benar, dengan
kata lain anak itu mengenal nilai-nilai, dan dengan keyakinan ia berusaha dalam
hidupnya untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai itu.
4. Kewibawaan
sebagai wujud kompetensi kepribadian pendidik[9]
Kewibawaan-sebagaimana yang disebutkan dalam
pembahasan sebelumnya, sebagai suatu kekuatan yang mampu mengarahkan, mengikat
anak dan atau peserta didik dalam proses pendidikan secara sukarela dengan
penuh kesadaran- dapat direlevansikan dengan maqolah yang diungkapkan
oleh Ki Hajar Dewantoro; ing ngarso sung tulodo, ing ngadyo mangun
karso, tut wuri handayani,
yang berarti bahwa seorang pendidik harus menjadi contoh dan teladan, mampu
membangkitkan motivasi belajar siswa serta mampu mendorong peserta didiknya
untuk berani berjalan di depan dan bertanggung jawab.
Dikatakan demikian karena kewibawaan lahir dari
kompetensi kepribadian pendidik atau guru yang meliputi sikap (attitude),
nilai-nilai (value), kepribadian (personality) sebagai elemen
perilaku (behavior) dalam kaitannya dengan performance yang ideal
sesuai dengan profesinya sebagai pendidik. Untuk mewujudkan kewibawaan dalam
dirinya, seorang guru dituntut dengan benar-benar untuk memiliki kompetensi
kepribadian sebagai berikut;
-
Guru atau pendidik
sebagai manusia ciptaan tuhan yang Maha Esa berkewajiban untuk meningkatkan
iman dan ketakwaannya.
-
Guru perlu
mengembangkan percaya diri dan tanggung jawab dalam dirinya karena ia memiliki
potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapinya.
-
Guru perlu
mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang
ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyarakat.
-
Guru dapat
menjadi fasilitator dalam menumbuhkembangkan budaya berpikir kritis di
masyarakat, saling menerima dalam perbedaan pendapat dan menyepakatinya untuk
mencapai tujuan bersama. Maka sikap yang diperlukan untuk dimiliki guru adalah
sikap demokratis.
-
Guru
diharapkan memiliki sikap sabar dalam prosesnya menjadi seorang guru yang baik.
-
Guru mampu
mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan.
-
Guru mampu
menghayati tujuan-tujuan pendidikan.
-
Guru
memiliki hubungan manusiawi, yaitu kemampuan untuk dapat berinteraksi dengan
orang lain atas dasar saling menghormati satu dengan yang lain.
-
Guru
memiliki pemahaman tentang berbagai aspek dalam dirinya, baik yang positif
maupun negatif.
-
Guru mampu
melakukan perubahan dalam mengembangkan profesinya, bahwa ia mampu menjadi
seorang kreator atau inovator.
Dengan demikian
kewibawaan ini menjadi suatu hal yang memang butuh usaha besar untuk
mewujudkannya dalam diri seorang guru atau pendidik, karena tidak hanya
mengenai kemampuan kecerdasan menyampaikan materi ( pedagogik ) semata akan
tetapi mengenai kemampuan personal serta sosialnya yang juga dituntut untuk
lebih dapat mendukung profesionalismenya sebagai pendidik[10].
BAB
III
Kesimpulan
Ø
Pendidik atau pedagog adalah seorang yang tugasnya
membimbing anakdalam pertumbuhannya agar dapat berdiri
sendiri. Guru tidak
semata – mata sebagai pendidik yang transfer
of knowledge, tapi juga seorang pendidik yang transfer of values dan sekaligus sebagai pendidik yang memberikan
pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.
Ø macam
– macam pendidik dibagi menjadi dua, yaitu : pendidik kodrati dan pendidik
profesi atau jabatan.
Ø Karakteristik
seorang pendidik hendaknya memenuhi standar sebagaimana yang diungkapkan oleh
Ki Hajar Dewantoro, yakni; ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso,
tut wuri handayani.
Ø
Tanggung
jawab pendidik adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila
yang cakap, berguna bagi agama dan bangsa dimasa yang akan datang.[11]
Ø
Guru sebagai pendidik dituntut untuk
mampu mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi perubahan positif bagi
peserta didik tersebut.
Ø Kewibawaan berarti kekuatan yang mengikat. Seorang
guru dituntut untuk memiliki kewibawaan karena dengan kewibawaan inilah ia
dapat mempengaruhi peserta didik untuk mengikuti arah yang ia tunjukkan, juga
untuk mengikat mereka dalam ruang pendidikannya sehingga proses dan upaya yang
dilakukan sampai pada tujuannya.
Daftar Pustaka
Nurfuadi . 2012. Profesionalisme Guru, Purwokerto : STAIN
Press
Chatib, Munif. 2009.
Sekolahnya manusia; sekolah berbasis multiple intelligences di Indonesia,
Bandung : Kaifa
Djam’an Satori dkk.
2008. Materi Pokok Profesi Keguruan, Jakarta: Universitas Terbuka
www.acehinctitute.org/opini_muliadi_kediri_karakterguru_htm#_ftn6. www.wikimu.com/news/display news.aspx?id=6068
[1]
Nurfuadi, Profesionalisme Guru,
Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm . 54 -56
[2]
Nurfuadi, Profesionalisme Guru,
Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm . 118
[3]
Nurfuadi, Profesionalisme Guru,
Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm 66
[4]
Nurfuadi, Profesionalisme Guru,
Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm 68
[5]
Nurfuadi, Profesionalisme Guru,
Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm 69
[6]
Nurfuadi, Profesionalisme Guru,
Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm 128
[7]
Nurfuadi, Profesionalisme Guru,
Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm 129
[8] Munif
Chatib, Sekolahnya manusia; sekolah berbasis multiple intelligences di
Indonesi, Bandung : Kaifa , 2009, hlm 148
[9] Djam’an
Satori dkk, Materi Pokok Profesi Keguruan, Jakarta: Universitas Terbuka,
2008, hlm. 2.4-2.9.
[10]
Nurfuadi, Profesionalisme Guru, Purwokerto: STAIN Press, 2012, hlm.
71-72.
[11]
Nurfuadi, Profesionalisme Guru,
Purwokerto : STAIN Press, 2012, hlm 68