Thursday, February 11, 2016

MASALAH PENGAJARAN DAN PEMECAHANNYA

Penulis :
Fajar Setiawan




BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang Masalah
Apabila kita cermati dalam aplikasi kegiatan belajar mengajar masalah-masalah pengajaran dalam proses pembelajaran sangatlah banyak. Mulai dari mungkin dalam pemahaman tentang kurikulumnya baik menentukan tujuan pendidikan, materi-materi yang diajarkan, strategi dalam menyampaikannya, bahkan sampai bagaimana cara mengevaluasi dari hasil proses belajar itu sendiri. Namun dalam makalah kali ini kita akan fokus membahas strategi dasar merancang sistem pembelajaran dan aplikasi pendekatan sistem dalam pembelajaran saja.
Satu materi pembelajaran jika diajarkan oleh guru yang berbeda akan dirasakan oleh dengan rasa yang berbeda pula. Jika para siswa ditanya kenapa guru A banyak disenangi oleh peserta didik, dapat ditebak bahwa jawabannya akan berkisar pada cara mengajarnya yang menarik.[1] Strategi dasar merancang sistem pebelajaran pembelajaran adalah strategi dasar dalam proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Perencanaan pembelajaran mengarah pada proses penerjemahan kurikulum yang berlaku. Sedangakan, desain pembelajaran menekankan pada merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa. Hal inilah yang membedakan keduanya. Perencanaan berorientasi pada kuriklum, sedangkan desain berorientasi pada proses pembelajaran. Kualitas pembelajaran seseorang guru sangat strategis, karena ia berfungsi sebagai ujung tombak terjadinya perubahan (the agent of change) dari belum bisa menjadi bisa, dari belum menguasai menjadi menguasai, dari belum mengerti menjadi mengerti, melalui proses pembelajaran. Oleh karean itu, keberhasilan perubahan kualitas pengajaran atau pendidikan tergantung pada keberhasilan kulitas proses pembelajaran guru.[2]
Namun demikian, baik pengembangan perencanaan maupun pengembangan desain pembelajaran keduanya disusun berdasarkan pendekatan sistem.[3] Jika kita berbicara tentang sistem, maka tidak akan lepas dari yang namanya unsur atau komponen dan ciri-cirinya, serta bagaimana pendekatan sistem itu diaplikasikan dalam pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, agar mengetahui lebih lanjut mengenai masalah-masalah pengajaran dan pemecahannya, akan dipaparkan lebih detail dalam makalah ini.

B.    Rumusan Masalah
Setelah melihat latar belakanag masalah yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah yang kami ambil dalam kesempatan kali ini adalah :
1.     Bagaimana strategi dasar dalam merancang sistem pembelajaran ?
2.     Apa pengertian sistem pembelajaran ?
3.     Apa maksud dari pendekatan sistem ?
4.     Apa saja unsur-unsur sistem pembelajaran ?
5.     Bagaiamana langkah-langkah dalam merancang sistem pembelajaran ?
6.     Bagiamana cara aplikasi pendekatan sistem dalam pembelajaran ?


BAB II
PEMBAHASAN

1.     Strategi Dasar dalam Merancang Sistem Pembelajaran
a.      Pengertian Sistem Pembelajaran
Istilah sistem sering diartikan sama dengan metode atau cara sesuatu himpunan unsur-unsur atau komponen yang saling berhubungan satu sama lain menjadi satu kesatuan yang utuh. Sistem bukanlah “cara” atau “metode” seperti yang banyak dikatakan orang. Cara hanyalah sebagian kecil dari suatu sistem. Jadi yang dimaksud dengan sistem adalah sebagai suatu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.[4] Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang mempunyai pengertian :
1.   Suatu keseluruhan yang tesusun dari sekian banyak bagian.
2.   Hubungan yang berlangsung di antara satuan satuan atau komponen komponen secara teratur.
Mulyadi mengatakan bahwa sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi pada dasarnya sistem tersebut merupakan satu kesatuan pekerjaan yang terdiri dari subsistem yang saling berhubungan satu sama lain menurut aturan tertentu yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. System dapat digunakan untuk menunjuk suatu himpunan bagian yang saling berkaitan, sehimpunan ide-ide prinsif hipotesis tau teori, metode atau cara.
Mendikbud menjelaskan bahwa “pendidikan merupakan suatu system yang mempunyai unsur tujuan  atau sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur atau jenjang, kurikulum dan peralatan atau fasilitas.

Dari pendapat menganai pengertian sistem, dapat di tarik satu pengertian lagi bahwa sistem adalah suatu keseluruhan / keutuhan yang terdiri atas sejumlah bagian, atau komponen yang saling berhubungan secara teratur yang biasa juga disebut sebaga sub sistem.[5]
b.     Pendekatan Sistem
Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang terhadap proses sesuatu yang terjadi. Pendekatan berfungsi mendeskripsikan hakikat apa yang akan dilakukan dalam memecahkan suatu masalah. Pendekatan dapat berwujud cara pandang, filsafat atau kepercayaan yang diyakini kebenarannya.
Salah satu pendekatan yang bisa digunakan oleh masyarakat ilmiah dalam memecahkan berbagai masalah adalah pendekatan sistem. Johnson, Kast dan Rozenzweig (1973) mengemukakan bahwa pendekatan sistem adalah cara berpikir untuk mengatur tugas, melalui suatu kerangka yang melukiskan faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal sehingga merupakan suatu keseluruhan secara terpadu. Atau, pendekatan sistem juga merupakan cara berpikir, sebuah metode atau teknik analisis dan suatu jenis manajerial.
Secara sederhana, maksud dari pendekatan sistem dalam pembelajaran adalah adanya pemahaman pada pendidik atau guru bahwa pembelajaran harus didukung oleh berbagai unsur atau komponen secara utuh (holistik dan memiliki hubungan sistematik antar komponen), karena jika meninggalkan salah satu unsur saja dari sistem tersebut dapat menimbulkan kegagalan dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran guru tidak cukup hanya menguasai materi saja, atau hanya pandai menggunakan media dan metode saja. Akan tetapi guru harus benar-benar mampu melaksanakan semua faktor yang ada dalam pembelajaran secara komprehensif.


c.    Unsur-unsur Sistem dalam Pembelajaran
Unsur-unsur sistem dalam pembelajaran pasti ada dalam suatu sistem, karena adanya sistem tidak akan lepas dari unsur-unsur:

1.   Siswa
Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, maka proses pengembangan dan desain pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat dari segala kegiatan. Artinya keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu sendiri.

2.   Tujuan
Tujuan adalah unsur terpenting dalam pembelajaran setelah unsur siswa sebagai subyek belajar. Tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga pendidikan itu sendiri. Misalnya :
a. Melatih siswa agar memiliki kemampuan tinggi dalam bidang tertentu
b. Mengajarkan keterampilan dasar bagi siswa
c. Memberikan jaminan agar menjadi lulusan tenaga kerja yang efektif dalam bidang tertentu, memiliki kreativias yang tinggi dan sebagainya.

3.     Kondisi
Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan khusus seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong siswa aktif belajar baik secara fisik maupun nonfisik. Merencanakan pembelajaran salah satunya adalah menyediakan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.

4.   Sumber-sumber belajar
Sumber belajar berkaitan dengan segala yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar. Didalamnya meliputi lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat yang dapat digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan dan ahli media, dan siapa saja yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar.

5.   Hasil belajar
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran.[6]

d.     Langkah-Langkah merancang sistem pembelajaran
Jika berfikir sistem diterapkan dalam pembelajaran, maka seorang guru harus melakukan beberapa langkah sebagai berikut:
1.     Merumuskan tujuan pembelajaran (tujuan instruksional). Tujuan adalah suatu rencana atau rumusan yang akan diperoleh. Rumusan tujuan akan sangat membantu guru dalam menentukan arah atau strategi dalam pembelajaran. Dengan demikian, menentukan tujuan pembelajaran berarti menentukan arah tentang proses pembelajaran
2.     Melakukan proses pengumpulan data dan proses analisisnya. Data yang dikumpulkan adalah data menyangkut tentang  :
(a) anak didik yang meliputi kemampuan awalnya (entry behavior), tingkat perhatian, kualitas motivasi, konsentrasi, kedisiplinan, latar belakang sosial, ekonominya.
(b) data tentang materi pelajaran (mata pelajaran) yang meliputi jenis materinya baik bersifat logika, etika, dan lain-lain.
(c) data tentang guru yang meliputi masalah kompetensi kepribadian, sosial, profesional dan pedagogik, gaya yang dilakukan dalam mengajar, cara mengevaluasi, kemampuan pengelola kelas dan kemampuan memahami landasan kependidikan.
(d) data tentang sistem kepemimpinan yang meliputi pola dalam menyusun perencanaan, cara dalam mengidentfikasi permasalahan, cara mengambil keputusan. Seluruh data tersebut dianalisis sehingga nantinya dapat dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran.
3.     Hasil analisis terhadap data tersebut di atas, kemudian dijadikan dasar atau landasan guru dalam menyusun materi dan melakukan proses pembelajaran agar proses pembelajaran benar-benar berjalan secara efektif dan efisien.[7]

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, misalkan seorang guru dalam menentukan materi atau sistem pembelajaran yang akan di terapkan kepada murid-muridnya, hendaknya seorang guru mengetahui karakter muridnya dan mengetahui meteri yang akan di ajarkan sehingga materi dapat terserap oleh murid dan pembelajaran berjalan secara efektif.
Salah satu unsur dari sistem yaitu tujuan. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pun tidak terlepas dari yang namanya tujuan. Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu bertujuan meningkatkan keimanan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah ta’ala, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

2.     Aplikasi Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran
Dalam aplikasinya, sistem pembelajaran mewujud dalam suatu pola menejemen tertentu yang sengaja dipilih, dirancang dan dilaksanakan agar timbul suatu peristiwa belajar yang bertujuan dan terkontrol. Hal ini disyaratkan dengan tujuan untuk; (1) mencapai penguasaan tertentu, (2) dapat diulangi dan digandakan/disebarkan, (3) dikembangkan dalam suatu proses pengembangan pembelajaran, (4) diuji coba dan dimantapkan berdasarkan pengalaman (empiris).
Untuk membangun sistem dalam pembelajaran, maka perlu mengorganisir atau mengkoordinasi unsur-unsur yang dibutuhkan dalam KBM , antara lain dapat berupa;
-        Unsur manusiawi, meliputi: pendidik, peserta didik, pustakawan dan yang lainnya.
-        Unsur material, meliputi: buku, film, slide suara, foto/ CD, atau yang lain.
-        Unsur fasilitas, meliputi: ruang kelas, laboratorium.
-        Unsur perlengkapan, meliputi: komputer, audio visual.
-        Unsur prosedur, meliputi: strategi atau metode, jadwal, dan evaluasi.
Berpikir secara sistem berarti sedia mencari dan menemukan pendapat yang logis dan berurutan. Tentu saja ini menuntut adanya pemikiran yang terbuka. Tidak serta merta hanya menggunakan pendapat sendiri sebagai pertimbangan pemilihan sistem yang akan diterapkan.
Kaufman (1972) memiliki satu model manajemen pembelajaran yang dapat dirumuskan dalam enam tahap, meliputi :

1.       Identifikasi prioritas kebutuhan dan masalah yang berkaitan.
2.       Menentukan persyaratan untuk memecahkan persoalan serta identifikasi alternatif pemecahan yang mungkin dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
3.       Pemikiran alternatif atau penentuan strategi pemecahan berdasarkan alternatif yang dimungkinkan.
4.       Pelaksanaan strategi yang dipilih, termasuk manajemen dan kontrol atas strategi tersebut.
5.       Penilaian keefektifan hasil karya berdasarkan kebutuhan dan persyaratan yang telah ditetapkan terdahulu.
6.       Penyempurnaan satu atau keseluruhan langkah di muka untuk menjamin bahwa sistem pembelajaran itu bersifat responsif, efektif dan efisien.
                 Enam tahap di atas merupakan rumus umum dalam aplikasi sistem pembelajaran. Lebih deskriptif lagi, aplikasi pendekatan sistem pembelajaran adalah sebagai berikut;
a.   Menentukan tujuan sehingga mengetahui arah yang harus dituju. Ini bersifat mutlak sebagai syarat guru menentukan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Penentuan tujuan menentukan pula proses dan komponen apa saja yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar agar efektif dan efisien. Tujuan menjadi unsur sistem pembelajaran yang akan dievaluasi dan disesuaikan berdasarkan manfaatnya bagi anak didik pun masyarakat.
b.   Mengumpulkan data dan melakukan analisis. Seperti mengumpulkan data mengenai kemampuan awal anak didik, perhatiannya, penguasaan bahasa (segala yang dibutuhkan guru berkaitan dengan anak didik), mengenai materi yang akan diberikan dan strategi atau cara untuk mendukung KBM berjalan dengan baik dan berhasil.
c.   Kesimpulan dari pengumpulan data dan analisis sangat membantu untuk merangkai sasaran yang sistematis.
d.   Senantiasa mengevaluasi dan mengupayakan peningkatan kualitas KBM. Dalam penyusunan rencana pembelajaran guru harus senantiasa mempelajari dan membuka diri untuk pelbagai perbaikan yang berupa tanggapan, saran, atau timbal balik dari hasil belajar.







BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahawa strategi dasar dalam merancang sistem pembelajaran sebelum membuatnya kita harus mengetahui unsur-unsur sistem dalam pembelajaran tersebut diantaranya :
1.     Siswa
2.     Tujuan
3.     Kondisi
4.     Sumber belajar
5.     Hasil belajar
Adapun langkah-langkah dalam merancang sistem pembelajaran sedikitnya ada 3 langkah yaitu :
1.     Merumuskan tujuan pembelajaran (tujuan instruksional).
2.     Melakukan proses pengumpulan data dan proses analisisnya.
3.     Hasil analisis terhadap data tersebut di atas, kemudian dijadikan dasar atau landasan guru dalam menyusun materi dan melakukan proses pembelajaran agar proses pembelajaran benar-benar berjalan secara efektif dan efisien.
Adapun aplikasi pendekatan sistem pembelajaran adalah sebagai berikut;
1.     Menentukan tujuan sehingga mengetahui arah yang harus dituju.
2.     Mengumpulkan data dan melakukan analisis.
3.     pulan dari pengumpulan data dan analisis sangat membantu untuk merangkai sasaran yang sistematis.
4.     Senantiasa mengevaluasi dan mengupayakan peningkatan kualitas KBM.








DAFTAR PUSTAKA


Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta : Pustaka Insan Madani, 2008
Bermawy Munthe, Desain Pembelajaran, Yogyakarta : PT. Pustaka Insan Madani, 2009
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2008

M. Chabib Thoha dan Abdul mu’ti, PBM-PAI DI SEKOLA Heksistensi dan proses beajar-mengajar pendidikan agama Islam, Yogyakarta: Pustaka belajar offset,1998

Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail Media Group, 2008.












[1] Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta : Pustaka Insan Madani, 2008), hlm. xiii
[2] Bermawy Munthe, Desain Pembelajaran, (Yogyakarta : PT. Pustaka Insan Madani, 2009), hlm. 1
[3] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2008), hlm. 9.
[4] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2008), hlm. 1-2.
[5] M. Chabib Thoha dan Abdul mu’ti, PBM-PAI DI SEKOLA Heksistensi dan proses beajar-mengajar pendidikan agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka belajar offset,1998), hlm. 3-4.
[6] Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2008), hlm. 9-13.
[7] Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hlm. 19-21