Oleh
:
Danit
Henarusti
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pendidikan di Indonesia saat ini
banyak sekali yang membahas mengenai pendidikan karakter, salah satunya pada
acara seminar, baik seminar lokal maupun Nasional. Jika kita browsing di
internet mengenai pendidikan karakter, maka pasti banyak sekali blog yang
membahas tema pendidikan karakter. Sebagian besar tulisan menaruh harapan besar
mengenai pentingnya arti pendidikan karakter. Ada juga yang menawarkan cara
melaksanakan pendidikan karakter baik di lingkungan sekolah, masyarakat ataupun
di Negara (bernegara). Semua itu patut diapresiasi sebagai wujud kepedulian
masyarakat terhadap urgensi pendidikan karakter pada saat ini.
Tidak menutup kemungkinan semua itu
masih harus dipertanyakan lebih jauh, apa sesungguhnya isi dan proses yang
hendak dijalankan dan dicapai oleh pendidikan karakter. Banyak sekali
pertanyaan-pertanyaan filosofis yang membutuhkan jawaban salah satunya
bagaimana pendidikan karakter dalam Islam.
Terkait dengan pendidikan karakter
dalam Islam, akhir-akhir ini orang semakin
menyadari betapa pentingnya pendidikan karakter atau dalam Islam disebut
dengan istilah pendidikan akhlak mulia. Sebagaian ataupun seluruh orang setuju
dengan teori tersebut. Semuanya menganggap penting. Bahkan yang
selalu muncul adalah sama-sama saling memperkuat pernyataan itu.
Kecerdasan intelektual
tanpa diikuti dengan karakter atau akhlak yang mulia maka tidak akan ada
gunanya. Maka dari itu, karakter atau akhlak adalah sesuatu yang sangat
mendasar dan saling melengkapi. Masyarakat yang tidak berkarakter atau
berakhlak mulia maka disebut sebagai manusia tidak beradab dan
tidak memiliki harga atau nilai sama sekali. Oleh karena itu, maka aspek
tersebut dipandang sangat penting.
Karakter atau akhlak
mulia itu harus dibangun. Sedangkan membangun akhlak mulia adalah melalui
pendidikan, baik pendidikan di rumah (keluarga), di sekolah, maupun di
masyarakat. Untuk membentuk karakter atau akhlak mulia memerlukan pendidikan
karakter dan pendidikan agama. Maka dari itu dalam pembahasan ini akan dibahas
mengenai pendidikan karakter dalam pandangan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari
pendidikan karakter?
2. Apa pengertian dari
pendidikan Islam?
3. Apa hakikat
pendidikan karakter dalam Islam?
4. Apa dasar-dasar dan
tujuan pendidikan karakter dalam Islam?
5. Bagaimana urgensi
pendidikan karakter dalam Islam?
6.
Bagaimanaimplementasipendidikankarakter di lembagapendidikan Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan
memahami pengertian pendidikan karakter.
2. Mengetahui dan
memahami pengertian pendidikan Islam.
3. Memahami hakikat
pendidikan karakter dalam Islam.
4. Memahami dasar-dasar
dan tujuan pendidikan karakter dalam Islam.
5. Memahami urgensi
pendidikan karakter dalam Islam.
6. Mengetahuiimplementasipendidikankarakter di lembagapendidikan Islam?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
PENDIDIKAN KARAKTER
Sebelum kita membahas mengenai
pendidikan karakter ada baiknya kita mengetahui apa itu pendidikan dan apa itu
karakter. Setelah kita mengetahui makna kedua kata tersebut kita akan dapat
memahami apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter tersebut.
Kata pendidikan dalam bahasa Yunani
dikenal dengan nama paedagoso yang berarti penuntun anak. Dalam bahasa
Romawi dikenal dengan aducare artinya membawa keluar. Dalam bahasa
Inggris disebut dengan istilah aducate/aducating yang berarti to give
intellectual training artinya menanamkan moral dan melatih intelektual.[1]
Sementara dalam pandangan Islam,
pendidikan dalam bahasa arab bisa disebut dengan istilah tarbiyah yang
berasal dari kata kerja rabba, sedangkan pengajaran dalam bahasa arab
disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata kerja ‘allama.Tarbiyah
sering juga disebut ta’dib seperti sabda Nabi SAW.: addabani rabbi fa
absana ta’dibi (Tuhanku telah mendidikku, maka aku menyempurnakan
pendidikannya).[2]
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (UU
SisDikNas, BAB I : pasal 1 ayat 1).
Pengertian dalam arti sangat luas
ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup
dan sepanjang hidup.[3]
Sementara itu
definisi karakter dalam prinsip etimologis,katakarakterberasaldaribahasaYunani
(Greek),yaitucharasseinyangberarti“toengrave”. Kata“toengrave”bisaditerjemahkanmengukir,melukis,memahatkan,ataumenggoreskan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,kata “karakter”
diartikandengantabiat, sifat-sifatkejiwaan,akhlakataubudipekertiyangmembedakan seseorangdenganyanglaindanwatak.
Dengan demikian karakter juga dapat diartikan sebagai kepribadian atau akhlak. Kepribadian
merupakan ciri, karakteristik atau sifat khas dalam diri seseorang.
Sedangkan secaraterminology,maknakarakterdikemukakanolehThomasLickona,yang mengemukakanbahwakarakteradalah“A reliable innerdispositiontorespondtosituationsinamorallygoodway.”Selanjutnya,Lickonamenambahkan,“Charactersoconceivedhasthree interrelatedparts:moralknowing,moralfeelingandmoralbehavior”. MenurutLickona,karaktermulia(goodcharacter) meliputipengetahuantentangkebaikan(moralkhowing),lalumenimbulkankomitmen(niat)terhadapkebaikan(moralfeeling)danakhirnyabenar-benar
melakukankebaikan (moralbehavior).Dengankatalain,karaktermengacukepadaserangkaianpengetahuan (cognitives),sikap (attitudes) dan
motivasi (motivations),sertaperilaku(behaviors)danketerampilan
(skills).
Dari konsep karakter dan pendidikan
maka muncul yang namanya pendidikan karakter (character education). Terminology
pendidikan karakter mulai dikenalkan sejak tahun 1990-an. Thomas Lickona
dianggap sebagai pengusungnya. Sedangkan di Indonesia sendiri, istilah pendidikan
karakter mulai diperkenalkan sekitar tahun 2005-an.
Dari beberapa pengertian pendidikan dan karakter di
atas maka dapat diambil kesimpulan, pendidikan karakter adalah usaha sadar yang
dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta
didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik
serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan.
.
B. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM
Istilah pendidikan Islam berasal
dari gabungan dua kata yaitu “pendidikan” dan “Islam” yang dalam bahasa Arab
dikenal dengan Tarbiyah Islamiyah.
Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang diselenggarakan atau
didirikan dengan niat untuk mengejawentahkan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam
kegiatan pendidikannya.[4]
Dalam pengertian ini, pendidikan Islam sebagai suatu sistem berarti terdapat beberapa
komponen yang saling berkaitan satu sama lain.
Pendidikan Islam bertujuan untuk
membentuk kepribadian seorang muslim sehingga ia mampu memahami, menghayati,
dan mengamalkan ajarannya sesuai akidah Islam. Dengan tujuan itulah maka
diharapkan pendidikan Islam mampu menciptakan kemampuan dan mengarahkan
seseorang sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran Islam.
C. HAKIKAT PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM
Pendidikan adalah suatu proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara dengan cara pemebelajaran, bimbingan, pelatihan dan semua itu
berlangsung seumur hidup.
Dari pengertian di atas, jelas
sekali bahwa pendidikan tidak hanya bertitik berat pada kecerdasan intelektual
saja melainkan juga pembentukan karakter anak. Pendidikan tidak hanya sekedar
proses belajar guna mengejar kecerdasan tetapi juga harus mengembangkan potensi
lain yang dimiliki peserta didik dan mendapat perhatian dari pendidik agar
dapat berkembang secara optimal.
Berbicara tentang karakter, ada yang berpendapat baik
dan buruknya karakter manusia memanglah bawaan dari lahir. Jika jiwa bawaannya
baik, maka manusia itu akan berkarakter baik. Tetapi pendapat itu bisa saja
salah. Jika pendapat itu benar, maka pendidikan karakter tidak ada gunanya,
karena tidak akan mungkin merubah karakter orang.
Sementara itu, ada juga yang
berpendapat karakter itu bisa dibentuk dan diupayakan. Dalam pendapat ini
mengandung makna bahwa pendidikan karakter sangat berguna untuk merubah manusia
menjadi manusia yang berkarakter baik. Dalam al-Quran, manusia adalah makhluk
dengan berbagai karakter. Dalam kerangka besar manusia mempunyai dua karakter
yang saling berlawanan, yaitu karakter baik dan buruk. Sebagaimana firman Allah
dalam surat asy-Syam ayat 8-10, yang artinya:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan
Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (Q.S.
Asy-Syam: 8-10).
Karakter dapat diartikan juga dengan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan dan perbuatan yang berlandaskan norma-norma agama, hukum,
tata karma, budaya dan adat istiadat yang berlaku di lingkungannya.
Menurut terminology Islam,
pengertian karakter ,memiliki kedekatan pengertian dengan pengertian akhlak.[5]
Menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab (اخلاق), bentuk jamak dari mufradnya khuluq(خلق), yang berarti “budi pekerti”. Sinonimnya adalah etika dan
moral. Etika berasal dari bahasa latin, etos yang berarti kebiasaan.
Moral juga berasal dari bahasa latin juga, mores yang berarti
kebiasaannya.
Dari pengertian di atas maka, karakter tersebut sangat
identik dengan akhlak, sehingga karakter dapat diartikan sebagai perwujudan
dari nilai-nilai perilaku manusia yang universal serta meliputi seluruh
aktivitas manusia, baik hubungan antar manusia dengan tuhan (hablumminallah),
hubungan manusia dengan manusia (hablumminannas) serta hubungan manusia dengan
lingkungannya.
Nilai-nilai tersebut dirumuskan oleh Kemendiknas
(2010) sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Kosim[6],
yaitu ada 18 nilai sebagai beriktu:
1.
Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
3.
Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
4.
Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6.
Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7.
Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak
yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.
10. Semangat
Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah
Air
Cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompoknya.
12. Menghargai
Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui,
serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui,
serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui,
serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar
Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli
Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli
Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung
Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha
Esa.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa karakter
identik dengan akhlak. Maka dalam perspektif Islam, karakter atau akhlak mulia
merupakan suatu hasil yang dihasilkan dari proses penerapan syariat (Ibadah dan
muamalah) yang dilandasi oleh fondasi aqidah yang kokoh dan bersandar pada
al-Quran dan as-Sunah (hadis).
Pendidikan akhlak dan pendidikan karakter adalah sama,
yaitu sama-sama pembentukan karakter. Perbedaannya adalah jika pendidikan
akhlak terkesan ketimur-timuran dan Islami, sedangkan pendidikan karakter
terkesan kebarat-baratan dan sekuler. semua itu bukanlah alasan untuk diperdebatkan
dan dipertentangkan. Pada kenyataannya keduanya memiliki ruang untuk saling
mengisi.
Dengan demikian, bila sejauh ini
pendidikan karakter telah berhasil dirumuskan oleh para penggiatnya sampai pada
tahapan yang sangat operasional yang meliputi metode, strategi dan teknik,
sedangkan pendidikan akhlak syarat dengan informasi kriteria ideal dan sumber
karakter baik, maka dari itu jika keduanya dipadukan akan sempurna dalam
pembentukan karakter manusia. Hal ini sekaligus dapat menjadi nilai plus bahwa
karakter memiliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai spiritualitas dan agama.
Menurut Abd. Hamid menyatakan bahwa:
الاء خلقهى صفات الانسان
الاءدابية
Artinya:
“Akhlak ialah segala sifat manusia
yang terdidik”.
Memahami pernyataan tersebut dapat
dimengerti bahwa sifat atau potensi yang dibawa manusia sejak lahir, maksudnya
potensi ini sangat tergantung bagaimana cara pembinaan dan pembentukannya.
Apabila pengaruhnya positif, maka sama seperti pendidikan karakter, pendidikan
akhlak juga outputnya adalah akhlak mulia dan sebaliknya apabila pembinaannya
negatif, yang terbentuk adalah akhlak madzmumah..
Maka dari itu al-Ghazali
mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
“Akhlaq adalah suatu perangai (watak/tabiat) yang
menetap dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan
tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan tanpa dipikirkan atau
direncanakan sebelumnya”.
Namundaripernyataan
Al-Ghazalitersebut,
pendidikankarakterdanpendidikankarakterdanpendidikanakhlaktidakbisadisamakadisamakansepenuhnya.Hal
inidikarenakanakhlakadalahsifat yang
tiba-tibamuncultanpadipikirkansebelumnya.Sedangkankarakteradalahsifat yang bias
dibentukdandiupayakan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud pendidikan karakter adalah bukan jenis mata pelajaran seperti
Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Moral Pancasila (PMP) atau lainnya,
tetapi proses internalisasi atau penanaman nilai-nilai positif kepada peserta
didik agar mereka memiliki karakter yang baik (good character) sesuai
dengan nilai-nilai yang dirujuk, baik dari agama, budaya, maupun falsafah
Negara.[7]
Jadi, pendidikan karakter menurut pandangan Islam
adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk
kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa
berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta
didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran,
bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada al-Quran dan as-Sunah.
D. DASAR-DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM ISLAM
Seperti dijelaskan di atas bahwa karakter identik
dengan akhlak. Dalam perspektif Islam,
karakter atau akhlak mulia merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan
syariah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh fondasi aqidah yang kokoh. Ibarat bangunan, karakter atau
akhlak merupakan kesempurnaan
dari bangunan tersebut setelah fondasi dan
bangunannya kuat.[8]
Tidak mungkin karakter atau akhlak mulia
akan terwujud pada diri seseorang apabila ia tidak memiliki aqidah dan syariah
yang benar. Seorang Muslim yang memiliki aqidah atau iman yang benar pasti akan
terwujud pada sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang didasari oleh
imannya.
Dalam pendidikan karakter yang
terpenting bukan hanya sebatas mengkaji
dan mendalami konsep akhlak,
tetapi sarana dan proses untuk mencapainya juga sangat penting sehingga
seseorang dapat bersikap dan berperilaku mulia seperti yang dipesankan oleh
Nabi SAW. Dengan konsep akhlak dan proses tersebut akan mengarahkan pada
tingkah laku sehari-hari, sehingga sesorang dapat memahami yang dilakukannya
baik dan benar ataupun buruk dan salah, termasuk karakter mulia (akhlaq mahmudah) atau karakter
tercela (akhlaq madzmumah).
Dalam al-Quran ditemukan banyak
sekali pokok-pokok keutamaan karakter atau akhlak yang dapat digunakan untuk membedakan
perilaku seorang Muslim, seperti perintah berbuat kebaikan (ihsan) dan
kebajikan (al-birr), menepati janji (al- wafa), sabar, jujur,
takut pada Allah Swt., bersedekah di
jalan Allah, berbuat adil, dan pemaaf (QS. al-Qashash [28]: 77; QS. al-Baqarah
[2]: 177; QS. al-Muminun (23): 1–11; QS. al-Nur [24]: 37; QS. al-Furqan [25]: 35–37; QS. al-Fath [48]: 39; dan QS. Ali ‘Imran
[3]: 134). Ayat-ayat ini merupakan ketentuan yang mewajibkan pada setiap Muslim
melaksanakan nilai karakter mulia dalam berbagai aktivitasnya.*
Keharusan menjunjung tinggi karakter
mulia (akhlaq karimah) lebih dipertegas lagi oleh Nabi Saw. dengan
pernyataan yang menghubungkan akhlak dengan kualitas kemauan, bobot amal dan
jaminan masuk surga. Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibn Amr:
“Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya …” (HR. al-Tirmidzi). Dalam
hadis yang lain Nabi Saw. bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling cinta
kepadaku di antara kamu sekalian dan paling
dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat
adalah yang terbaik akhlaknya di
antara kamu sekalian ...” (HR. al-Tirmidzi). Dijelaskan juga dalam hadis yang
lain, ketika Nabi Saw ditanya: “Apa yang terbanyak membawa orang masuk ke dalam
surga?” Nabi Saw. menjawab: “Takwa kepada Allah dan berakhlak baik.” (HR.
al-Tirmidzi)*.
Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa karakter dalam
perspektif Islam bukan hanya hasil pemikiran
dan tidak berarti
lepas dari realitas
hidup, melainkan merupakan
persoalan yang terkait dengan akal, ruh,
hati, jiwa, realitas dan tujuan yang
digariskan oleh akhlaq
qur’aniah. Dengan demikian,
karakter mulia merupakan
sistem perilaku yang
diwajibkan dalam agama
Islam melalui nash al-Quran dan hadist.
Tujuan dari pendidikan karakter menurut Islam adalah
menjadikan manusia yang berakhlak mulia. Dalam hal ini yang menjadi tolok ukur
adalah akhlak Nabi Muhammad SAW dan yang menjadi dasar pembentukan karakter
adalah al-Quran. Tetapi kita kita harus menyadari tidak ada manusia yang
menyamai akhlaknya dengan Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana seperti dalam hadis riwayat Muttafaq
‘alaih, berikut:
وعن انس رضي الله عنه قال : كان رسول
الله صلى الله علي وسلم احسن الناس خلقا (متفق عليه)
Artinya:
“Anas ra. Berkata, “Rasulullah Saw. adalah orang yang
paling baik budi pekertinya””. (Muttafaq ‘alaih).
Dari hadis tersebut bahwa, sangat jelas akhlak
Rasulullah adalah bukti bahwa akhlak beliau sangat sempurna. Dalam hadis ini
juga memperkuat pendapat bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah al-Quran berjalan,
karena dalam diri Rasulullah terdapat al-Quran tersebut dan beliau tidak pernah
sekalipun melakukan perbuatan yang menyimpang dan melenceng dari akhlak mulia.[9]
Al-Quran adalah petunjuk bagi umat Islam. Seperti yang
telah disinggung di atas bila kita hendak mengarahkan pendidikan kita dan
menumbuhkan karakter yang kuat pada anak didik, kita harus mencontoh karakter
Nabi Muhammad SAW yang memiliki karakter yang sempurna. Dalam pendidikan
karakter yang berorientasi pada akhlak mulia kita wajib untuk berbuat baik dan
saling membantu serta dilatih untuk selalu sabar, menahan amarah dan memaafkan
kesalahan orang lain.
Dari uraian di atas maka tujuan
pendidikan karakter menurut Islam adalah membentuk pribadi yang berakhlak
mulia, karena Akhlak mulia adalah pangkal kebaikan. Orang yang berakhlak mulia
akan segera melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
E. URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM
Di tengah
peradaban zaman modernisasi yang serba instan dan semakin populer, kaum Islam
sekarang lebih memfokuskan diri untuk mendapatkan kesenangan duniawi dibanding
mengedepankan nilai agama sebagai kekuatan iman untuk mendapat rakhmat Allah
SWT.
Tidak jarang
sebagaimana kita ketahui kehidupan generasi muda muslim dimasa sekarang
menunjukan seakan-akan akhlak itu tak penting. Walaupun dari segi sarana
pendidikan, media cetak dan elektronik, busana, masjid, kuantitas ahli agama
bahkan kegiatan dakwah sekalipun yang semakin maju dan berkembang, justru
perkembangan itu sebagian besar dipengaruhi oleh modernisasi Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) ala Barat.
Sering kita
jumpai, corak budaya remaja Islam masa kini, walaupun banyak remaja muslimah
yang berbusana panjang tertutup jilbab namun model busana yang dicapai tidak
semata-mata diniatkan untuk menutup aurat malah mereka hanya mengikuti trend
fasion yang aneh-aneh agar bertujuan terlihat menarik, gaul dan exis bagi orang
lain khususnya lawan jenis.
Kerusakan
lain pada remaja misalnya mengenai pergaulan bebas, penggunaan narkoba, tindak
kriminal dan lain-lain. pengaruh lingkungan dari pergaulan teman sepermainan
maupun ketidakharmonisan dalam keluarga sangat berefek negatif bagi kepribadian
remaja muslim. Apalagi anak yang diusianya mulai dewasa ini biasanya suka
mencoba hal yang baru dan populer di komunitas lingkungannya.
Dalam upaya memperbaiki masalah
tersebut, keluarga adalah peran utama dalam membentuk generasi muslim yang
berakhlak mulia. Sebagai orang tua harus mampu mendidik anaknya agar lebih baik
dan tidak terjerumus dalam hal-hal yang negatif untuk membentuk pendidikan yang
berkarakter. Selain peran orang tua, sekolah juga sebagai sarana untuk mendidik
siswa-siswanya agar mempunyai pendidikan yang berkarakter. Sekolah merupakan
wadah yang sangat efektif untuk membentuk siswa yang berbudi pekerti dan
berkarakter tinggi.
Masalah selanjutnya adalah
lingkungan pergaulan. Seseorang dapat baik jika di dalam lingkungannya dia
bergaul dengan orang-orang yang baik. Satu orang yang mempunyai akhlak baik
berada di dalam seratus orang yang tidak baik dia akan menjadi tidak baik dan
sebaliknya, jika ada satu orang yang bermoral buruk berada di antara
orang-orang yang baik dia akan menjadi baik.
Dalam upaya
ini keluarga harus mampu mencari lembaga pendidikan yang kiranya dapat
menunjang anak untuk bisa mendapat ilmu umum sekaligus mengasah agamanya.
Dari beberapa peristiwa tersebut
dapat dicermati, bahwa peran pendidikan haruslah lebih mengutamakan nilai
karakter daripada prestasi tinggi. Bukan berarti prestasi tidak penting tetapi jika
berprestasi tetapi tidak memiliki karakter yang bagus maka tidak ada gunanya
dan dapat merusak diri sendiri bahkan keluarga, masyarakat dan bangsa.
Namunlatarbelakangadanyapendidikankarakterbukanhanyasekadarkarenadegradasi
moral remajaataupesertadidik.Ada satumakna yang lebihdalam,
yaituberkaitandenganjatidiridankepribadianbangsa Indonesia yang
telahmenjadikaraktermasyarakat Indonesia.Masyarakat Indonesia
cenderunghanyasebagaikonsumendanbergantung (dependency) terhadapdunialuar. Kita
tidakmempunyainilai-nilaikreatifitas
Dari beberapa masalah di atas maka
sangat jelas urgensi atau pentingnya pendidikan karakter pada saat ini karena
karakter akan menunjukkan siapa diri kita sebenarnya, karater akan menentukan
bagaimana seseorang membuat keputusan, karakter menentukan sikap, perkataan dan
perbuatan sesorang, orang yang memiliki karakter baik, maka perkataan dan
perbuatannya juga pasti akan baik, sehingga semua itu akan menjadi identitas
yang menyatu dan mempersonaliasasi terhadap dirinya, sehingga mudah membedakan
dengan identitas lainnya.
F. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip
Amirulloh Syarbini[10],
membagi lingkungan pendidikan menjadi tiga yang disebut sebagai tri pusat pendidikan,
yaitu sekolah/madrasah, keluarga dan masyarakat.
Bagi pendidikan karakter keseluruhan
lembaga (fisik dan orang-orangnya) haruslah menjadi sumber teladan. Semua pihak
yang terlibat di dalam lembaga pendidikan (bahkan pedagang) harus menampilkan diri
sebagai teladan pelaksanaan nilai-nilai, juga harus memberikan dorongan bagi
seluruh proyek riyadhah.[11]
Secara sadar atau pun tidak, banyak
sekali lembaga pendidikan yang mencoba menerapkan pendidikan karakter pada
peserta didiknya. Mengapa demikian, karena masih banyak lembaga atau
sekolah-sekolah yang lebih menekannkan hasil belajar saja, bukan bagaimana
mendidik peserta didiknya menjadi manusia yang berilmau sekaligus mempunyai
karakter atau akhlak yang mulia. Pada dasarnya baik lembaga pendidikan umum
atau lembaga pendidikan Islam dalam melaksankan pendidikan karakter kurang
lebih sama hanya saja yaitu secara khusus terpusat dengan mata pelajaran PKN
dan Pendidikan Agama Islam dan secara umum para guru menyisipkan pendidikan
karakter pada mata pelajaran lainnya dengan cara waktu penyamapaian materi baik
secara langsung ataupun tidak langsung agar membentuk karakter peserta didik.
Jika pada lemabaga pendidikan formal
yang tidak berbasiskan Islam seperti sekolah (SD, SMP dan SMA) pendidikan
karakternya melalui mata pelajaran PKN dan PAI, dalam lembaga pendidikan Islam
(MI, MTs dan MA) menggunakan mata pelajaran PKN dan PAI yang dipecah-pecah lagi
kedalam beberapa mata pelajaran seperti akidah & akhlak, al-Quran Hadis,
dan sebagainya. Jadi dalam pendidikan Islam ini, pendidikan karakternya lebih
dominan barbasiskan Agama.
Madrasah harus menjadikan pendidikan
karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di madrasah
yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang dipertontonkan oleh tenaga
pendidik dan kependidikan di madrasah dalam keseharian kegiatan di madrasah.
Contohya, ekstrakurikuler seperti rohis, pramuka dan lain-lain atau pemberian
tugas seperti di bulan ramadhan pembagian buku tugas ramadhan untuk meresume
pengajian, aktif atau tidaknya shalat taraweh dan sebagainya.
Selanjutnya, pendidikan karakter di
pesantren. Telah kita ketahui bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan tertua
di negeri ini. Ia telah melahirkan tokoh-tokoh bangsa yang santun, arif dan
berkarakter. Cara dalam pesantren menumbuhkan karakter peserta didiknya
(santrinya) dengan menekankan pendidikan dan penyempurnaan akhlak. Para santri
terus diawasi dan tidak bisa melakukan hal-hal yang menyimpang dalam koridor
agama, sehingga para santrinya memiliki akhlak yang baik.
Kegiatan-kegiatan di pesantren yang
dapat menumbuhkan karakter yang baik contohnya seperti, penghafalan al-Quran,
hadis, kitab-kitab, pelatihan dibidang kesenian seperti, nasyid, rebbana,
tilawah dan sebagainya.
Di sisi lain ada juga pendidikan
karakter yang dilakukan di masjid-masjid. Masjid sebagai alternative bagi
seseorang yang tidak memiliki biaya untuk memasuki sekolah, madrasah ataupun
pesantren untuk menumbuhkan karakter yang baik atau akhlak mulia. Banyak
dikalangan ulama yang memberikan ilmu dan bimbingan secara cuma-cuma demi
tercapainya atau terwujudnya karakter dan akhlak mulia bagi seluruh umat
manusia.
Biasanya dalam pelaksanaan pendidikan karakter di masjid-masjid,
menggunakan metode ta’lim, pengajian dan acara-acara peringatan hari-hari
besar Islam. selain itu juga, masjid digunakan sebagai tempat Taman Pendidikan
Al-Quran (TPA) yang tidak lain dan tidak bukan tujuanya untuk membentuk
karakter perserta didiknya.
BAB III
PENUTUP
Pendidikan karakter terdiri dari dua kata yaitu
pendidikan dan karakter. Arti dari pendidikan karakter menurut Islam adalah
usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk
kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa
berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta
didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran,
bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada al-Quran dan as-Sunah.
Yang menjadi dasar pendidikan
karakter dalam Islam adalah al-Quran dan Hadis serta akhlak Rasulullah SAW.
Pendidikan karakter sangat penting
pada saat ini karena karakter akan menunjukkan siapa diri kita sebenarnya,
karater akan menentukan bagaimana seseorang membuat keputusan, karakter
menentukan sikap, perkataan dan perbuatan sesorang, orang yang memiliki
karakter baik, maka perkataan dan perbuatannya juga pasti akan baik, sehingga
semua itu akan menjadi identitas yang menyatu dan mempersonaliasasi terhadap
dirinya, sehingga mudah membedakan dengan identitas lainnya.
Tujuan pendidikan kararkter adalah
untuk membentuk pribadi yang berakhlak mulia, karena Akhlak mulia adalah
pangkal kebaikan. Orang yang berakhlak mulia akan segera meninggalkan kebaikan
dan meninggalkan keburukan.
Implementasi pendidikan karakter
dalam lembaga pendidikan Islam sangat beragam tergantung kebijakan lembaga
pendidikan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemah.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012.
(http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/10770014-sholikah.ps)
Anggota IKAPI.2010.Undang-Undang
SISDIKNAS.Bandung:Fokusmedia
Kosim
Muhammad,tth.http://karsa.stainpamekasan.ac.id/index.php/
jks/article/download/23/14
Hamid Hamdani.2010.Perbandingan
Filsafat Pendidikan.Bandung:SEGA ARSY
Q-Anees Bambang dan Hambali Adang.2009.Pendidikan Karakter Berbasis
al-Quran. Bandung:Simbiosa Rekatama Media
Roqib. Moh.2009.Ilmu Pendidikan Islam.Yogyakarta:LkiSYogyakarta
Syarbini Amirulloh.2012.Buku Pintar Pendidikan Karakter.Jakarta:as@-prima
pustaka
Marzuki,tth.PendidikanAl-QuranDanDasar-DasarPendidikanKarakterDalamIslam, dalam
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-marzuki-mag/dr-marzuki-mag-pendidikan-al-quran-dan-dasar-dasar-pendidikan-karakter-dalam-Islam.pdf (diakses, 20 Maret 2013, pkl. 11.43)
Marzuki,tth.Prinsip Dasar Pendidikan Karakter Perspektif Islam, dalam
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-marzuki-mag/dr-marzuki-mag-prinsip-dasar-pendidikan-karakter-perspektif-Islam.pdf (diakses,
20 Maret 2013, pkl. 11.24)
[3]Hamdani Hamid.Perbandingan Filsafat
Pendidikan.(Bandung:SEGA ARSY,2010),hal.23
[4]Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 2005), hal.8
[5]Marzuki,tth.PendidikanAl-QuranDanDasar-DasarPendidikanKarakterDalamIslam, dalam
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-marzuki-mag/dr-marzuki-mag-pendidikan-al-quran-dan-dasar-dasar-pendidikan-karakter-dalam-Islam.pdf
[6]Kosim
Muhammad,tth.http://karsa.stainpamekasan.ac.id/index.php/
jks/article/download/23/14
[7]Amirulloh Syarbini.Buku Pintar
Pendidikan Karakter.(Jakarta:as@-prima pustaka,2012),hal.18
[8]Marzuki,tth.Prinsip Dasar Pendidikan
Karakter Perspektif Islam, dalam http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-marzuki-mag/dr-marzuki-mag-prinsip-dasar-pendidikan-karakter-perspektif-Islam.pdf
[9]Bambang Q-Anees dan Hambali Adang.Pendidikan
Karakter Berbasis al-Quran. (Bandung:Simbiosa Rekatama Media,2009),hal.6
[10]Amirulloh Syarbini.Buku Pintar
Pendidikan Karakter.(Jakarta:as@-prima pustaka,2012), hal,29
[11]Bambang Q-Anees dan Hambali Adang.Pendidikan
Karakter Berbasis al-Quran. (Bandung:Simbiosa Rekatama Media,2009),hal.129