Wednesday, February 10, 2016

PENDIDIKAN KARAKTER


Oleh :
Danit Henarusti

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia saat ini banyak sekali yang membahas mengenai pendidikan karakter, salah satunya pada acara seminar, baik seminar lokal maupun Nasional. Jika kita browsing di internet mengenai pendidikan karakter, maka pasti banyak sekali blog yang membahas tema pendidikan karakter. Sebagian besar tulisan menaruh harapan besar mengenai pentingnya arti pendidikan karakter. Ada juga yang menawarkan cara melaksanakan pendidikan karakter baik di lingkungan sekolah, masyarakat ataupun di Negara (bernegara). Semua itu patut diapresiasi sebagai wujud kepedulian masyarakat terhadap urgensi pendidikan karakter pada saat ini.
Tidak menutup kemungkinan semua itu masih harus dipertanyakan lebih jauh, apa sesungguhnya isi dan proses yang hendak dijalankan dan dicapai oleh pendidikan karakter. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan filosofis yang membutuhkan jawaban salah satunya bagaimana pendidikan karakter dalam Islam.
Terkait dengan pendidikan karakter dalam Islam, akhir-akhir ini orang semakin  menyadari betapa pentingnya pendidikan karakter atau dalam  Islam disebut dengan istilah pendidikan akhlak mulia. Sebagaian ataupun seluruh orang setuju dengan teori tersebut. Semuanya menganggap penting. Bahkan   yang selalu muncul adalah sama-sama saling memperkuat pernyataan itu.
Kecerdasan intelektual tanpa diikuti dengan karakter atau akhlak yang mulia maka tidak akan ada gunanya. Maka dari itu, karakter atau akhlak adalah sesuatu yang sangat mendasar dan saling melengkapi. Masyarakat yang tidak berkarakter atau berakhlak mulia  maka  disebut sebagai manusia tidak beradab dan tidak memiliki harga atau nilai sama sekali. Oleh karena itu, maka aspek tersebut dipandang sangat penting.
Karakter atau akhlak mulia itu harus dibangun. Sedangkan membangun akhlak mulia adalah melalui pendidikan, baik pendidikan di rumah (keluarga), di sekolah,  maupun di masyarakat. Untuk membentuk karakter atau akhlak mulia memerlukan pendidikan karakter dan pendidikan agama. Maka dari itu dalam pembahasan ini akan dibahas mengenai pendidikan karakter dalam pandangan Islam.


B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pendidikan karakter?
2. Apa pengertian dari pendidikan Islam?
3. Apa hakikat pendidikan karakter dalam Islam?
4. Apa dasar-dasar dan tujuan pendidikan karakter dalam Islam?
5. Bagaimana urgensi pendidikan karakter dalam Islam?
6. Bagaimanaimplementasipendidikankarakter di lembagapendidikan Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami pengertian pendidikan karakter.
2. Mengetahui dan memahami pengertian pendidikan Islam.
3. Memahami hakikat pendidikan karakter dalam Islam.
4. Memahami dasar-dasar dan tujuan pendidikan karakter dalam Islam.
5. Memahami urgensi pendidikan karakter dalam Islam.
6. Mengetahuiimplementasipendidikankarakter di lembagapendidikan Islam?














BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER
Sebelum kita membahas mengenai pendidikan karakter ada baiknya kita mengetahui apa itu pendidikan dan apa itu karakter. Setelah kita mengetahui makna kedua kata tersebut kita akan dapat memahami apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter tersebut.
Kata pendidikan dalam bahasa Yunani dikenal dengan nama paedagoso yang berarti penuntun anak. Dalam bahasa Romawi dikenal dengan aducare artinya membawa keluar. Dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah aducate/aducating yang berarti to give intellectual training artinya menanamkan moral dan melatih intelektual.[1]
Sementara dalam pandangan Islam, pendidikan dalam bahasa arab bisa disebut dengan istilah tarbiyah yang berasal dari kata kerja rabba, sedangkan pengajaran dalam bahasa arab disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata kerja ‘allama.Tarbiyah sering juga disebut ta’dib seperti sabda Nabi SAW.: addabani rabbi fa absana ta’dibi (Tuhanku telah mendidikku, maka aku menyempurnakan pendidikannya).[2]
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (UU SisDikNas, BAB I : pasal 1 ayat 1).
Pengertian dalam arti sangat luas ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup dan sepanjang hidup.[3]
Sementara itu definisi karakter dalam prinsip etimologis,katakarakterberasaldaribahasaYunani (Greek),yaitucharasseinyangberarti“toengrave. Kata“toengravebisaditerjemahkanmengukir,melukis,memahatkan,ataumenggoreskan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,kata karakter” diartikandengantabiat, sifat-sifatkejiwaan,akhlakataubudipekertiyangmembedakan seseorangdenganyanglaindanwatak. Dengan demikian karakter juga dapat diartikan sebagai kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik atau sifat khas dalam diri seseorang.
Sedangkan secaraterminology,maknakarakterdikemukakanolehThomasLickona,yang mengemukakanbahwakarakteradalahA reliable innerdispositiontorespondtosituationsinamorallygoodway.”Selanjutnya,Lickonamenambahkan,Charactersoconceivedhasthree interrelatedparts:moralknowing,moralfeelingandmoralbehavior”. MenurutLickona,karaktermulia(goodcharacter) meliputipengetahuantentangkebaikan(moralkhowing),lalumenimbulkankomitmen(niat)terhadapkebaikan(moralfeeling)danakhirnyabenar-benar melakukankebaikan (moralbehavior).Dengankatalain,karaktermengacukepadaserangkaianpengetahuan (cognitives),sikap (attitudes) dan motivasi (motivations),sertaperilaku(behaviors)danketerampilan (skills).
Dari konsep karakter dan pendidikan maka muncul yang namanya pendidikan karakter (character education). Terminology pendidikan karakter mulai dikenalkan sejak tahun 1990-an. Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya. Sedangkan di Indonesia sendiri, istilah pendidikan karakter mulai diperkenalkan sekitar tahun 2005-an.
Dari beberapa pengertian pendidikan dan karakter di atas maka dapat diambil kesimpulan, pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan.
.

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM

Istilah pendidikan Islam berasal dari gabungan dua kata yaitu “pendidikan” dan “Islam” yang dalam bahasa Arab dikenal dengan Tarbiyah Islamiyah. Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan niat untuk mengejawentahkan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam kegiatan pendidikannya.[4] Dalam pengertian ini, pendidikan Islam sebagai suatu sistem berarti terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain.
Pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian seorang muslim sehingga ia mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajarannya sesuai akidah Islam. Dengan tujuan itulah maka diharapkan pendidikan Islam mampu menciptakan kemampuan dan mengarahkan seseorang sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran Islam.

C. HAKIKAT PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara dengan cara pemebelajaran, bimbingan, pelatihan dan semua itu berlangsung seumur hidup.
Dari pengertian di atas, jelas sekali bahwa pendidikan tidak hanya bertitik berat pada kecerdasan intelektual saja melainkan juga pembentukan karakter anak. Pendidikan tidak hanya sekedar proses belajar guna mengejar kecerdasan tetapi juga harus mengembangkan potensi lain yang dimiliki peserta didik dan mendapat perhatian dari pendidik agar dapat berkembang secara optimal.
Berbicara tentang karakter, ada yang berpendapat baik dan buruknya karakter manusia memanglah bawaan dari lahir. Jika jiwa bawaannya baik, maka manusia itu akan berkarakter baik. Tetapi pendapat itu bisa saja salah. Jika pendapat itu benar, maka pendidikan karakter tidak ada gunanya, karena tidak akan mungkin merubah karakter orang.
Sementara itu, ada juga yang berpendapat karakter itu bisa dibentuk dan diupayakan. Dalam pendapat ini mengandung makna bahwa pendidikan karakter sangat berguna untuk merubah manusia menjadi manusia yang berkarakter baik. Dalam al-Quran, manusia adalah makhluk dengan berbagai karakter. Dalam kerangka besar manusia mempunyai dua karakter yang saling berlawanan, yaitu karakter baik dan buruk. Sebagaimana firman Allah dalam surat asy-Syam ayat 8-10, yang artinya:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (Q.S. Asy-Syam: 8-10).
Karakter dapat diartikan juga dengan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan yang berlandaskan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat yang berlaku di lingkungannya.
Menurut terminology Islam, pengertian karakter ,memiliki kedekatan pengertian dengan pengertian akhlak.[5] Menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab (اخلاق), bentuk jamak dari mufradnya khuluq(خلق), yang berarti “budi pekerti”. Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa latin, etos yang berarti kebiasaan. Moral juga berasal dari bahasa latin juga, mores yang berarti kebiasaannya.
Dari pengertian di atas maka, karakter tersebut sangat identik dengan akhlak, sehingga karakter dapat diartikan sebagai perwujudan dari nilai-nilai perilaku manusia yang universal serta meliputi seluruh aktivitas manusia, baik hubungan antar manusia dengan tuhan (hablumminallah), hubungan manusia dengan manusia (hablumminannas) serta hubungan manusia dengan lingkungannya.
Nilai-nilai tersebut dirumuskan oleh Kemendiknas (2010) sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Kosim[6], yaitu ada 18 nilai sebagai beriktu:
1.      Religius
         Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.      Jujur
         Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.      Toleransi
         Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.      Disiplin
         Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.      Kerja Keras
         Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6.      Kreatif
         Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7.      Mandiri
         Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.      Demokratis
         Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9.      Rasa Ingin Tahu
         Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10.     Semangat Kebangsaan
         Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.     Cinta Tanah Air
         Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12.     Menghargai Prestasi
         Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.    Bersahabat/Komunikatif
         Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14.    Cinta Damai
         Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15.    Gemar Membaca
         Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16.    Peduli Lingkungan
         Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17.     Peduli Sosial
         Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18.     Tanggung Jawab
         Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa karakter identik dengan akhlak. Maka dalam perspektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan suatu hasil yang dihasilkan dari proses penerapan syariat (Ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh fondasi aqidah yang kokoh dan bersandar pada al-Quran dan as-Sunah (hadis).
Pendidikan akhlak dan pendidikan karakter adalah sama, yaitu sama-sama pembentukan karakter. Perbedaannya adalah jika pendidikan akhlak terkesan ketimur-timuran dan Islami, sedangkan pendidikan karakter terkesan kebarat-baratan dan sekuler. semua itu bukanlah alasan untuk diperdebatkan dan dipertentangkan. Pada kenyataannya keduanya memiliki ruang untuk saling mengisi.
Dengan demikian, bila sejauh ini pendidikan karakter telah berhasil dirumuskan oleh para penggiatnya sampai pada tahapan yang sangat operasional yang meliputi metode, strategi dan teknik, sedangkan pendidikan akhlak syarat dengan informasi kriteria ideal dan sumber karakter baik, maka dari itu jika keduanya dipadukan akan sempurna dalam pembentukan karakter manusia. Hal ini sekaligus dapat menjadi nilai plus bahwa karakter memiliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai spiritualitas dan agama.
Menurut Abd. Hamid menyatakan bahwa:
الاء خلقهى صفات الانسان الاءدابية
Artinya:
“Akhlak ialah segala sifat manusia yang terdidik”.
Memahami pernyataan tersebut dapat dimengerti bahwa sifat atau potensi yang dibawa manusia sejak lahir, maksudnya potensi ini sangat tergantung bagaimana cara pembinaan dan pembentukannya. Apabila pengaruhnya positif, maka sama seperti pendidikan karakter, pendidikan akhlak juga outputnya adalah akhlak mulia dan sebaliknya apabila pembinaannya negatif, yang terbentuk adalah akhlak madzmumah..
Maka dari itu al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
“Akhlaq adalah suatu perangai (watak/tabiat) yang menetap dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan tanpa dipikirkan atau direncanakan sebelumnya”.

Namundaripernyataan Al-Ghazalitersebut, pendidikankarakterdanpendidikankarakterdanpendidikanakhlaktidakbisadisamakadisamakansepenuhnya.Hal inidikarenakanakhlakadalahsifat yang tiba-tibamuncultanpadipikirkansebelumnya.Sedangkankarakteradalahsifat yang bias dibentukdandiupayakan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pendidikan karakter adalah bukan jenis mata pelajaran seperti Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Moral Pancasila (PMP) atau lainnya, tetapi proses internalisasi atau penanaman nilai-nilai positif kepada peserta didik agar mereka memiliki karakter yang baik (good character) sesuai dengan nilai-nilai yang dirujuk, baik dari agama, budaya, maupun falsafah Negara.[7]
Jadi, pendidikan karakter menurut pandangan Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada al-Quran dan as-Sunah.


D.      DASAR-DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM

Seperti dijelaskan di atas bahwa karakter identik dengan akhlak.  Dalam perspektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan syariah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh fondasi aqidah yang  kokoh. Ibarat bangunan, karakter atau akhlak  merupakan  kesempurnaan  dari bangunan  tersebut  setelah fondasi  dan  bangunannya  kuat.[8] Tidak  mungkin karakter atau akhlak mulia akan terwujud pada diri seseorang apabila ia tidak memiliki aqidah dan syariah yang benar. Seorang Muslim yang memiliki aqidah atau iman yang benar pasti akan terwujud pada sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang didasari oleh imannya.
Dalam pendidikan karakter yang terpenting bukan hanya sebatas mengkaji  dan  mendalami konsep akhlak, tetapi sarana dan proses untuk mencapainya juga sangat penting sehingga seseorang dapat bersikap dan berperilaku mulia seperti yang dipesankan oleh Nabi SAW. Dengan konsep akhlak dan proses tersebut akan mengarahkan pada tingkah laku sehari-hari, sehingga sesorang dapat memahami yang dilakukannya baik dan benar ataupun buruk dan salah, termasuk karakter  mulia (akhlaq mahmudah) atau karakter tercela (akhlaq madzmumah).
Dalam al-Quran ditemukan banyak sekali pokok-pokok keutamaan karakter atau akhlak  yang dapat digunakan untuk membedakan perilaku seorang Muslim, seperti perintah berbuat kebaikan (ihsan) dan kebajikan (al-birr), menepati janji (al- wafa), sabar, jujur, takut pada Allah  Swt., bersedekah di jalan Allah, berbuat adil, dan pemaaf (QS. al-Qashash [28]: 77; QS.  al-Baqarah  [2]: 177; QS. al-Muminun (23): 1–11; QS. al-Nur [24]: 37;  QS. al-Furqan [25]: 35–37;   QS. al-Fath [48]: 39; dan QS. Ali ‘Imran [3]: 134). Ayat-ayat ini merupakan ketentuan yang mewajibkan pada setiap Muslim melaksanakan nilai karakter mulia dalam berbagai aktivitasnya.*
Keharusan menjunjung tinggi karakter mulia (akhlaq karimah) lebih dipertegas lagi oleh Nabi Saw. dengan pernyataan yang menghubungkan akhlak dengan kualitas kemauan, bobot amal dan jaminan masuk surga. Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibn Amr: “Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya …” (HR. al-Tirmidzi). Dalam hadis yang lain Nabi Saw. bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling cinta kepadaku di antara kamu sekalian dan paling  dekat  tempat  duduknya denganku di hari  kiamat  adalah  yang terbaik akhlaknya di antara kamu sekalian ...” (HR. al-Tirmidzi). Dijelaskan juga dalam hadis yang lain, ketika Nabi Saw ditanya: “Apa yang terbanyak membawa orang masuk ke dalam surga?” Nabi Saw. menjawab: “Takwa kepada Allah dan berakhlak baik.” (HR. al-Tirmidzi)*.
Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa karakter dalam perspektif Islam bukan hanya  hasil  pemikiran  dan  tidak  berarti  lepas  dari  realitas  hidup,  melainkan merupakan persoalan yang  terkait dengan akal, ruh, hati, jiwa, realitas dan tujuan yang  digariskan  oleh  akhlaq  qur’aniah. Dengan  demikian, karakter  mulia  merupakan  sistem  perilaku  yang  diwajibkan  dalam  agama  Islam melalui nash al-Quran dan hadist.
Tujuan dari pendidikan karakter menurut Islam adalah menjadikan manusia yang berakhlak mulia. Dalam hal ini yang menjadi tolok ukur adalah akhlak Nabi Muhammad SAW dan yang menjadi dasar pembentukan karakter adalah al-Quran. Tetapi kita kita harus menyadari tidak ada manusia yang menyamai akhlaknya dengan Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana seperti dalam hadis riwayat Muttafaq ‘alaih, berikut:
وعن انس رضي الله عنه قال : كان رسول الله صلى الله علي وسلم احسن الناس خلقا (متفق عليه)
Artinya:
“Anas ra. Berkata, “Rasulullah Saw. adalah orang yang paling baik budi pekertinya””. (Muttafaq ‘alaih).
Dari hadis tersebut bahwa, sangat jelas akhlak Rasulullah adalah bukti bahwa akhlak beliau sangat sempurna. Dalam hadis ini juga memperkuat pendapat bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah al-Quran berjalan, karena dalam diri Rasulullah terdapat al-Quran tersebut dan beliau tidak pernah sekalipun melakukan perbuatan yang menyimpang dan melenceng dari akhlak mulia.[9]

Al-Quran adalah petunjuk bagi umat Islam. Seperti yang telah disinggung di atas bila kita hendak mengarahkan pendidikan kita dan menumbuhkan karakter yang kuat pada anak didik, kita harus mencontoh karakter Nabi Muhammad SAW yang memiliki karakter yang sempurna. Dalam pendidikan karakter yang berorientasi pada akhlak mulia kita wajib untuk berbuat baik dan saling membantu serta dilatih untuk selalu sabar, menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain.
Dari uraian di atas maka tujuan pendidikan karakter menurut Islam adalah membentuk pribadi yang berakhlak mulia, karena Akhlak mulia adalah pangkal kebaikan. Orang yang berakhlak mulia akan segera melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan.

E. URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM

Di tengah peradaban zaman modernisasi yang serba instan dan semakin populer, kaum Islam sekarang lebih memfokuskan diri untuk mendapatkan kesenangan duniawi dibanding mengedepankan nilai agama sebagai kekuatan iman untuk mendapat rakhmat Allah SWT. 
Tidak jarang sebagaimana kita ketahui kehidupan generasi muda muslim dimasa sekarang menunjukan seakan-akan akhlak itu tak penting. Walaupun dari segi sarana pendidikan, media cetak dan elektronik, busana, masjid, kuantitas ahli agama bahkan kegiatan dakwah sekalipun yang semakin maju dan berkembang, justru perkembangan itu sebagian besar dipengaruhi oleh modernisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) ala Barat. 
Sering kita jumpai, corak budaya remaja Islam masa kini, walaupun banyak remaja muslimah yang berbusana panjang tertutup jilbab namun model busana yang dicapai tidak semata-mata diniatkan untuk menutup aurat malah mereka hanya mengikuti trend fasion yang aneh-aneh agar bertujuan terlihat menarik, gaul dan exis bagi orang lain khususnya lawan jenis.
Kerusakan lain pada remaja misalnya mengenai pergaulan bebas, penggunaan narkoba, tindak kriminal dan lain-lain. pengaruh lingkungan dari pergaulan teman sepermainan maupun ketidakharmonisan dalam keluarga sangat berefek negatif bagi kepribadian remaja muslim. Apalagi anak yang diusianya mulai dewasa ini biasanya suka mencoba hal yang baru dan populer di komunitas lingkungannya.
Dalam upaya memperbaiki masalah tersebut, keluarga adalah peran utama dalam membentuk generasi muslim yang berakhlak mulia. Sebagai orang tua harus mampu mendidik anaknya agar lebih baik dan tidak terjerumus dalam hal-hal yang negatif untuk membentuk pendidikan yang berkarakter. Selain peran orang tua, sekolah juga sebagai sarana untuk mendidik siswa-siswanya agar mempunyai pendidikan yang berkarakter. Sekolah merupakan wadah yang sangat efektif untuk membentuk siswa yang berbudi pekerti dan berkarakter tinggi. 
Masalah selanjutnya adalah lingkungan pergaulan. Seseorang dapat baik jika di dalam lingkungannya dia bergaul dengan orang-orang yang baik. Satu orang yang mempunyai akhlak baik berada di dalam seratus orang yang tidak baik dia akan menjadi tidak baik dan sebaliknya, jika ada satu orang yang bermoral buruk berada di antara orang-orang yang baik dia akan menjadi baik. 
Dalam upaya ini keluarga harus mampu mencari lembaga pendidikan yang kiranya dapat menunjang anak untuk bisa mendapat ilmu umum sekaligus mengasah agamanya.
Dari beberapa peristiwa tersebut dapat dicermati, bahwa peran pendidikan haruslah lebih mengutamakan nilai karakter daripada prestasi tinggi. Bukan berarti prestasi tidak penting tetapi jika berprestasi tetapi tidak memiliki karakter yang bagus maka tidak ada gunanya dan dapat merusak diri sendiri bahkan keluarga, masyarakat dan bangsa.
Namunlatarbelakangadanyapendidikankarakterbukanhanyasekadarkarenadegradasi moral remajaataupesertadidik.Ada satumakna yang lebihdalam, yaituberkaitandenganjatidiridankepribadianbangsa Indonesia yang telahmenjadikaraktermasyarakat Indonesia.Masyarakat Indonesia cenderunghanyasebagaikonsumendanbergantung (dependency) terhadapdunialuar. Kita tidakmempunyainilai-nilaikreatifitas
Dari beberapa masalah di atas maka sangat jelas urgensi atau pentingnya pendidikan karakter pada saat ini karena karakter akan menunjukkan siapa diri kita sebenarnya, karater akan menentukan bagaimana seseorang membuat keputusan, karakter menentukan sikap, perkataan dan perbuatan sesorang, orang yang memiliki karakter baik, maka perkataan dan perbuatannya juga pasti akan baik, sehingga semua itu akan menjadi identitas yang menyatu dan mempersonaliasasi terhadap dirinya, sehingga mudah membedakan dengan identitas lainnya.

F.      IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip Amirulloh Syarbini[10], membagi lingkungan pendidikan menjadi tiga yang disebut sebagai tri pusat pendidikan, yaitu sekolah/madrasah, keluarga dan masyarakat.
Bagi pendidikan karakter keseluruhan lembaga (fisik dan orang-orangnya) haruslah menjadi sumber teladan. Semua pihak yang terlibat di dalam lembaga pendidikan (bahkan pedagang) harus menampilkan diri sebagai teladan pelaksanaan nilai-nilai, juga harus memberikan dorongan bagi seluruh proyek riyadhah.[11]
Secara sadar atau pun tidak, banyak sekali lembaga pendidikan yang mencoba menerapkan pendidikan karakter pada peserta didiknya. Mengapa demikian, karena masih banyak lembaga atau sekolah-sekolah yang lebih menekannkan hasil belajar saja, bukan bagaimana mendidik peserta didiknya menjadi manusia yang berilmau sekaligus mempunyai karakter atau akhlak yang mulia. Pada dasarnya baik lembaga pendidikan umum atau lembaga pendidikan Islam dalam melaksankan pendidikan karakter kurang lebih sama hanya saja yaitu secara khusus terpusat dengan mata pelajaran PKN dan Pendidikan Agama Islam dan secara umum para guru menyisipkan pendidikan karakter pada mata pelajaran lainnya dengan cara waktu penyamapaian materi baik secara langsung ataupun tidak langsung agar membentuk karakter peserta didik.
Jika pada lemabaga pendidikan formal yang tidak berbasiskan Islam seperti sekolah (SD, SMP dan SMA) pendidikan karakternya melalui mata pelajaran PKN dan PAI, dalam lembaga pendidikan Islam (MI, MTs dan MA) menggunakan mata pelajaran PKN dan PAI yang dipecah-pecah lagi kedalam beberapa mata pelajaran seperti akidah & akhlak, al-Quran Hadis, dan sebagainya. Jadi dalam pendidikan Islam ini, pendidikan karakternya lebih dominan barbasiskan Agama.
Madrasah harus menjadikan pendidikan karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di madrasah yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di madrasah dalam keseharian kegiatan di madrasah. Contohya, ekstrakurikuler seperti rohis, pramuka dan lain-lain atau pemberian tugas seperti di bulan ramadhan pembagian buku tugas ramadhan untuk meresume pengajian, aktif atau tidaknya shalat taraweh dan sebagainya.
Selanjutnya, pendidikan karakter di pesantren. Telah kita ketahui bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di negeri ini. Ia telah melahirkan tokoh-tokoh bangsa yang santun, arif dan berkarakter. Cara dalam pesantren menumbuhkan karakter peserta didiknya (santrinya) dengan menekankan pendidikan dan penyempurnaan akhlak. Para santri terus diawasi dan tidak bisa melakukan hal-hal yang menyimpang dalam koridor agama, sehingga para santrinya memiliki akhlak yang baik.
Kegiatan-kegiatan di pesantren yang dapat menumbuhkan karakter yang baik contohnya seperti, penghafalan al-Quran, hadis, kitab-kitab, pelatihan dibidang kesenian seperti, nasyid, rebbana, tilawah dan sebagainya.
Di sisi lain ada juga pendidikan karakter yang dilakukan di masjid-masjid. Masjid sebagai alternative bagi seseorang yang tidak memiliki biaya untuk memasuki sekolah, madrasah ataupun pesantren untuk menumbuhkan karakter yang baik atau akhlak mulia. Banyak dikalangan ulama yang memberikan ilmu dan bimbingan secara cuma-cuma demi tercapainya atau terwujudnya karakter dan akhlak mulia bagi seluruh umat manusia.
Biasanya dalam pelaksanaan  pendidikan karakter di masjid-masjid, menggunakan metode ta’lim, pengajian dan acara-acara peringatan hari-hari besar Islam. selain itu juga, masjid digunakan sebagai tempat Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) yang tidak lain dan tidak bukan tujuanya untuk membentuk karakter perserta didiknya.






BAB III
PENUTUP


Pendidikan karakter terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter. Arti dari pendidikan karakter menurut Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada al-Quran dan as-Sunah.
Yang menjadi dasar pendidikan karakter dalam Islam adalah al-Quran dan Hadis serta akhlak Rasulullah SAW.
Pendidikan karakter sangat penting pada saat ini karena karakter akan menunjukkan siapa diri kita sebenarnya, karater akan menentukan bagaimana seseorang membuat keputusan, karakter menentukan sikap, perkataan dan perbuatan sesorang, orang yang memiliki karakter baik, maka perkataan dan perbuatannya juga pasti akan baik, sehingga semua itu akan menjadi identitas yang menyatu dan mempersonaliasasi terhadap dirinya, sehingga mudah membedakan dengan identitas lainnya.
Tujuan pendidikan kararkter adalah untuk membentuk pribadi yang berakhlak mulia, karena Akhlak mulia adalah pangkal kebaikan. Orang yang berakhlak mulia akan segera meninggalkan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
Implementasi pendidikan karakter dalam lembaga pendidikan Islam sangat beragam tergantung kebijakan lembaga pendidikan tersebut.



















DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemah.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012.

(http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/10770014-sholikah.ps)

Anggota IKAPI.2010.Undang-Undang SISDIKNAS.Bandung:Fokusmedia

Kosim Muhammad,tth.http://karsa.stainpamekasan.ac.id/index.php/ jks/article/download/23/14

Hamid Hamdani.2010.Perbandingan Filsafat Pendidikan.Bandung:SEGA ARSY

Q-Anees Bambang dan Hambali Adang.2009.Pendidikan Karakter Berbasis al-Quran. Bandung:Simbiosa Rekatama Media

Roqib. Moh.2009.Ilmu Pendidikan Islam.Yogyakarta:LkiSYogyakarta

Syarbini Amirulloh.2012.Buku Pintar Pendidikan Karakter.Jakarta:as@-prima pustaka

Marzuki,tth.PendidikanAl-QuranDanDasar-DasarPendidikanKarakterDalamIslam, dalam http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-marzuki-mag/dr-marzuki-mag-pendidikan-al-quran-dan-dasar-dasar-pendidikan-karakter-dalam-Islam.pdf (diakses, 20 Maret 2013, pkl. 11.43)

Marzuki,tth.Prinsip Dasar Pendidikan Karakter Perspektif Islam, dalam http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-marzuki-mag/dr-marzuki-mag-prinsip-dasar-pendidikan-karakter-perspektif-Islam.pdf (diakses, 20 Maret 2013, pkl. 11.24)





[1](http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/10770014-sholikah.ps)
[2]Moh.Roqib.Ilmu Pendidikan Islam.(Yogyakarta:LkiSYogyakarta,2009,)hal.14
[3]Hamdani Hamid.Perbandingan Filsafat Pendidikan.(Bandung:SEGA ARSY,2010),hal.23

[4]Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal.8
[6]Kosim Muhammad,tth.http://karsa.stainpamekasan.ac.id/index.php/ jks/article/download/23/14
[7]Amirulloh Syarbini.Buku Pintar Pendidikan Karakter.(Jakarta:as@-prima pustaka,2012),hal.18
[9]Bambang Q-Anees dan Hambali Adang.Pendidikan Karakter Berbasis al-Quran. (Bandung:Simbiosa Rekatama Media,2009),hal.6

[10]Amirulloh Syarbini.Buku Pintar Pendidikan Karakter.(Jakarta:as@-prima pustaka,2012), hal,29
[11]Bambang Q-Anees dan Hambali Adang.Pendidikan Karakter Berbasis al-Quran. (Bandung:Simbiosa Rekatama Media,2009),hal.129