Friday, February 12, 2016

TRILOGI KEPEMIMPINAN PROFETIK


Penulisn :
Achmad Rizal Arafat

Istilah leadership berasal dari kata leader artinya pemimpin atau to lead artinya memimpin. Kepemimpinan menurut Hemhill dan Coons, kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin atifitas-aktifitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan menurut Rauch dan Behling, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapain tujuan.

Kepemimpinan profetik adalah kepemimpinan yang membebaskan penghambaan kepada manusia, hnya kepada Allah semata. Definisi lain kepemimpinan profetik ialah kepemimpinan yang berdasarkan Nabi-Nabi, yaitu bagaimana para Nabi mempunyai kesabaran, tekad kuat dan pantang menyerah dalam menghadapi lawannya. Menurut Alm Prof Dr. Kuntowijoyo, kepemimpinan profetik adalah kepemimpinan yang membawa misi kemanusiaan (humanisasi), pembebasan (liberasi), ketuhanan(transendensi) (Ali Imran:110). Misi humanisasi, liberasi, dan transendensi dikaji secara lebih mendalam, yaitu: pertama; “tu’muruna bil ma’ruf” yang artinya misi humanisasi. Pengertian singkat misi ini adalah” memanusiakan manusia”. Misi ini mengajak untuk lebih memanusiakan manusia yaitu dengan berbuat baik kepada orang lain. Bila kita berbuat baik kepada orang lain, orang lain juga akan berbuat baik kepada kita, bahkan berbuat baik dari apa yang kita lakukan kepada mereka. Kedua; “ tanhauna anil munkar” yang artinya misi liberasi. Misi liberasi ini dilakukan dengan cara membebaskan manusia dari keterpurukan dan ketertindasan. Sehingga manusia bebas dari rasa takut dan tertindas untuk misi ini, pemimpin butuh keberanian tinggi, karena ia harus siap menghadapi konflik yang datang kepadanya. Ketiga;”tu’minuna billah” yang artinya misi transendensi. Misi transendensi ini menggabungkan misi pertama dan kedua. Artinya yaitu sebagai kesadaran ilahiyah yang mampu menggerakkan hati dan bersikap ikhlas terhadap segala yang telah dilakukan.

Kepemimpinan profetik juga dijelaskan dalam QS Al Baqarah ayat 151. Tahapan-tahapan kepemimpinan profetik ada 4 tahap, yaitu: 1)  proses pembacaan, yaitu dengan cara membaca kritis dan cermat baik secara tersirat maupun tersurat. Dengan membaca secara kritis ini kita bisa menguasai informasi berupa konsep, teori, dan paradigma dasar. 2) proses pengajaran, yaitu setelah kita membaca dan mempelajari ilmunya, maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah mensucikan ilmu yang telah kita pelajari. 3) proses pengajaran, yaitu kita mensucikan orang-orang yang ada di sekitar kita. 4) proses penguasaan, yaitu penguasaan informasi dan masalah-masalah baru dan dinamis. Seperti Nabi Daud yang menguasai ilmu teknologi tembaga, besi, dan senjata-senjata perang.

Syarat kepemimpinan profetik secara umum menyangkut tentang ilmu pengetahuan, kekuatan, amanah, daya regeneratif, dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Hal ini diungkapkanNya dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang tergambar dalam berbagai kisah-kisah Nabi-Nabi terdahulu.

·         Ilmu
Pemimpin yang memiliki kekuatan akal akan mampu menciptakan kebijakan-kebijakan cerdasdan bijaksana, yang melindungi dan mensejahterakan rakyatnya. Dan yang paling penting, ilmu yang dalam akan mencegah seorang pemimpin dari tindakan tergesa-gesa, sikap emosional, dan sikap tidak sabar.

·         Kekuatan
Kekuatan memang diperlukan ketika seorang pemimpin profetik memegang amanah kepemimpinan. Jangan sampai amanah besar diserahkan kepada orang-orang yang lemah.

·         Amanah
Orang yang memiliki kredibilitas dan integritas yang tinggi, yang dapat dipercaya masyarakatnya. Orang yang amanah tidak akan mudah goyah oleh godaan harta, tahta, dan wanita. Betapa banyak kita saksikan pejabat negara kita yang kurang amanah.

·         Regeneratif
Daya regenerative sangat diperlukan dalam segala bidang kepemimpinan. Bila kita gagal mewariskan kepemimpinan profetik kepada generasi penerus maka kita gagal mewariskan kondisi yang lebih baik. Jangan sampai anak cucu kita menjadi anak cucu biologis saja. Tetapi jadikan anak-anak kita juga pewaris ideologis yang harus diperjuangkan.

·         Ketaqwaan
Ketaqwaan merupakan inti dari semua syarat-syarat sebelumnya. Ketaqwaan merupkan karakteristik penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Sebegitu penting sifat ini, tatkala mengangkat pemimpin perang maupun ekspedisi perang, Nabi Muhammad selalu menekankan aspek inikepada para pemimpinnya.

Kepemimpinan profetik praktisnya;

1.     Dia selalu merasa diawasi dalam setiap geraknya karena dia percaya bahwa Tuhan tahu apa yang dilakukan hambaNya.

2.     Dia berani merubah sesuatu yang buruk atau kurang baik walaupun hal itu dapat mengancam nyawanya.


3.     Dia selalu berbuat baik kepada sesama manusia karena ia yakin jika dirinya berbuat baik pada orang lain, orang lain akan berbuat baik pula pada kita.