Penulisn :
Achmad Rizal Arafat
Istilah
leadership berasal dari kata leader
artinya pemimpin atau to lead artinya
memimpin. Kepemimpinan menurut Hemhill dan Coons, kepemimpinan adalah perilaku
dari seorang individu yang memimpin atifitas-aktifitas suatu kelompok ke suatu
tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan menurut Rauch dan Behling, kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah
pencapain tujuan.
Kepemimpinan
profetik adalah kepemimpinan yang membebaskan penghambaan kepada manusia, hnya
kepada Allah semata. Definisi lain kepemimpinan profetik ialah kepemimpinan
yang berdasarkan Nabi-Nabi, yaitu bagaimana para Nabi mempunyai kesabaran,
tekad kuat dan pantang menyerah dalam menghadapi lawannya. Menurut Alm Prof Dr.
Kuntowijoyo, kepemimpinan profetik adalah kepemimpinan yang membawa misi
kemanusiaan (humanisasi), pembebasan (liberasi), ketuhanan(transendensi) (Ali
Imran:110). Misi humanisasi, liberasi, dan transendensi dikaji secara lebih mendalam,
yaitu: pertama; “tu’muruna bil ma’ruf” yang artinya misi humanisasi. Pengertian
singkat misi ini adalah” memanusiakan manusia”. Misi ini mengajak untuk lebih
memanusiakan manusia yaitu dengan berbuat baik kepada orang lain. Bila kita
berbuat baik kepada orang lain, orang lain juga akan berbuat baik kepada kita,
bahkan berbuat baik dari apa yang kita lakukan kepada mereka. Kedua; “ tanhauna
anil munkar” yang artinya misi liberasi. Misi liberasi ini dilakukan dengan
cara membebaskan manusia dari keterpurukan dan ketertindasan. Sehingga manusia
bebas dari rasa takut dan tertindas untuk misi ini, pemimpin butuh keberanian
tinggi, karena ia harus siap menghadapi konflik yang datang kepadanya.
Ketiga;”tu’minuna billah” yang artinya misi transendensi. Misi transendensi ini
menggabungkan misi pertama dan kedua. Artinya yaitu sebagai kesadaran ilahiyah
yang mampu menggerakkan hati dan bersikap ikhlas terhadap segala yang telah
dilakukan.
Kepemimpinan
profetik juga dijelaskan dalam QS Al Baqarah ayat 151. Tahapan-tahapan
kepemimpinan profetik ada 4 tahap, yaitu: 1)
proses pembacaan, yaitu dengan cara membaca kritis dan cermat baik
secara tersirat maupun tersurat. Dengan membaca secara kritis ini kita bisa
menguasai informasi berupa konsep, teori, dan paradigma dasar. 2) proses
pengajaran, yaitu setelah kita membaca dan mempelajari ilmunya, maka yang harus
dilakukan selanjutnya adalah mensucikan ilmu yang telah kita pelajari. 3)
proses pengajaran, yaitu kita mensucikan orang-orang yang ada di sekitar kita.
4) proses penguasaan, yaitu penguasaan informasi dan masalah-masalah baru dan
dinamis. Seperti Nabi Daud yang menguasai ilmu teknologi tembaga, besi, dan
senjata-senjata perang.
Syarat
kepemimpinan profetik secara umum menyangkut tentang ilmu pengetahuan, kekuatan,
amanah, daya regeneratif, dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Hal ini
diungkapkanNya dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang tergambar dalam berbagai
kisah-kisah Nabi-Nabi terdahulu.
·
Ilmu
Pemimpin
yang memiliki kekuatan akal akan mampu menciptakan kebijakan-kebijakan
cerdasdan bijaksana, yang melindungi dan mensejahterakan rakyatnya. Dan yang
paling penting, ilmu yang dalam akan mencegah seorang pemimpin dari tindakan
tergesa-gesa, sikap emosional, dan sikap tidak sabar.
·
Kekuatan
Kekuatan
memang diperlukan ketika seorang pemimpin profetik memegang amanah
kepemimpinan. Jangan sampai amanah besar diserahkan kepada orang-orang yang
lemah.
·
Amanah
Orang
yang memiliki kredibilitas dan integritas yang tinggi, yang dapat dipercaya
masyarakatnya. Orang yang amanah tidak akan mudah goyah oleh godaan harta,
tahta, dan wanita. Betapa banyak kita saksikan pejabat negara kita yang kurang
amanah.
·
Regeneratif
Daya
regenerative sangat diperlukan dalam segala bidang kepemimpinan. Bila kita
gagal mewariskan kepemimpinan profetik kepada generasi penerus maka kita gagal
mewariskan kondisi yang lebih baik. Jangan sampai anak cucu kita menjadi anak
cucu biologis saja. Tetapi jadikan anak-anak kita juga pewaris ideologis yang
harus diperjuangkan.
·
Ketaqwaan
Ketaqwaan
merupakan inti dari semua syarat-syarat sebelumnya. Ketaqwaan merupkan
karakteristik penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Sebegitu
penting sifat ini, tatkala mengangkat pemimpin perang maupun ekspedisi perang,
Nabi Muhammad selalu menekankan aspek inikepada para pemimpinnya.
Kepemimpinan
profetik praktisnya;
1. Dia
selalu merasa diawasi dalam setiap geraknya karena dia percaya bahwa Tuhan tahu
apa yang dilakukan hambaNya.
2. Dia
berani merubah sesuatu yang buruk atau kurang baik walaupun hal itu dapat
mengancam nyawanya.
3. Dia
selalu berbuat baik kepada sesama manusia karena ia yakin jika dirinya berbuat
baik pada orang lain, orang lain akan berbuat baik pula pada kita.