Abad 18 pemikiran filsafat diliputi oleh suatu masa yang
dinamakan “Aufklarung” berarti pencerahan (bahasa Inggris :
“Enlightenment”). Zaman ini tidak lepas dari pengaruh Renaissance sebagai
gerakan sebelumnya, dan merupakan buah pahit dari Empirisme dan Rasionalisme
yang muncul beberapa saat sebelumnya. Gerakan Aufklarung ini muncul melanda
hampir semua negara Eropa terutama di Inggris, Perancis dan Jerman.
Immanuel Kant (Jerman) menggambarkan bahwa kurun
waktu selama ini, manusia telah melakukan kesalahan dengan tidak mau
memanfaatkan akalnya sendiri. Manusia telah keluar dari keadaan tidak akil
balig (Unmundigkeit ). Voltaire menyebutnya zaman ini adalah zaman akal .
Maka semboyan gerakan ini adalah Sapere Aude
artinya “berani berpikir sendiri”. Sehingga kepercayaan akal atau rasio
sangat berperanan besar dalam abad 18 ini , seiring dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan pada saat itu.
Digambarkan bahwa pada saat itu :
1.Hampir setiap tahun terjadi
penemuan ilmiah baru yang mendasarkan pada fisika klasiknya Isaac Newton (1687)
dengan judul buku Philosophiae naturalis principia mathematica (ilmu
pengetahuan alam berdasarkan prinsip – prinsip matematisnya). (Dengan demikian
pengaruh Descartes telah dibuang jauh – jauh).
2.Juga adanya usaha untuk
mengumpulkan segala pengetahuan secara sistematis yaitu Ensiklopedi.
Ensiklopedi yang terbit pertama kali yaitu Encyklopaedia Britanica.
3.Metode yang dipakai dalam
filsafat adalah metode induksi yaitu berpangkal pada gejala –gejala dan mencoba
mengembalikan kepada beberapa azas dan hukum yang bersifat umum, ini sesuai
dengan cara Newton dalam menyelidiki alam.
4.Analisa adalah alat yang
tepat dipakai bagi segala pemikiran, termasuk didalamnya untuk mengkritik
penguasa.
Tokoh Aufklarung antara lain :
A. Inggris
1. David Hume ( 1711 – 1776 ) .
2. George Berkeley ( 1685 – 1753
).
B. Perancis.
1. Voltaire ( 1694 – 1778 ).
2. Jean Jacques Rousseau ( 1712
– 1778 ).
C. J erman .
1. Immanuel Kant ( 1724 – 1804 ).
A. AUFKLARUNG DI INGGRIS.
Gejala aufklarung di Inggris ( khas Inggris )
adalah Deisme. Deisme adalah mengakui adanya Allah sebagai pencipta dunia ini,
tetapi setelah penciptaan dunia Tuhan tidak campur tangan sama sekali. Sebab
diyakini bahwa Tuhan telah memasukkan hukum – hukum dunia itu ke dalamnya.
Dunia akan berjalan sesuai dengan hukum – hukum itu.
Tujuan dari aliran ini adalah untuk menakhlukkan
ajaran agama termasuk kitab sucinya kepada kritik akal dan menjabarkan
agama dari pengetahuan alamiah, bebas dari ajaran gereja. Dengan kata lain
adalah akal diakui sebagai sumber dan patokan
kebenaran.
Paham ini (Deisme) merupakan aliran dalam filsafat
yang menggabungkan diri dengan gagasan Eduard Herbert dari Cherburry
(1581-1648). Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak dibidang agama,
termasuk agama Kristen ditaklukkan oleh akal. Ukuran kebenaran dan kepastian
adalah persetujuan umum segala manusia, karena kesamaan akalnya.
Inilah azas-azas pertama yang harus dijabarkan
oleh akal manusia sehingga tersusun agama alamiah:
1.Ada tokoh yang
tertinggi.
2.Manusia harus berbakti kepada
tokoh yang tertinggi tersebut.
3.Pokok kebaktian adalah
kebajikan dan kesalehan.
4.Manusia karena tabiatnya
benci terhadap dosa.
5.Kebaikan dan keadilan Tuhan
memberikan pahala dan hukuman pada manusia baik dunia maupun di aakherat.
A. 1. DAVID HUME ( 1711 – 1776 ).
Menurut David Hume, sumber pengetahuan manusia
adalah pengamatan, manusia tidak mempunyai pengetahuan bawaan seperti yang
diyakini oleh Descartes. Pengamatan diyakini memberi manusia 2 (dua) hal :
a.Impression atau kesan –
kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman (lahiriah
maupun batiniah) yang menampakkan diri dengan jelas, hidup dan kuat. (Contoh
lihat Harun H. hal 53).
b.Ideas atau ide – ide atau
pengertian adalah gambaran tentang pengamatan yang redup, samar – samar, yang
dihasilkan dengan merenungkan kembali .
Menurut Hume, ide atau pengertian adalah tembusan
dari kesan – kesan. Jadi isi kesan dan ide adalah sama. Perbedaannya cuma
dalam cara timbulnya dalam kesadaran, kesan timbul secara langsung dari
pengamatan, sedangkan ide ditimbulkan dengan perenungan.
A.2. GEORGE BERKELEY ( 1685-1740).
Berkeley lahir di Irlandia pada tahun 1685 dan
menjadi Uskup di Gereja Anglikan dan meninggal di Cloyne
tahun 1740. Filsafat Berkeley adalah suatu idealism dogmatis yang menjadi
terkenal dengan kalimat atau semboyan : ESSE EST PERCIPI (Mengada tak lain dari
mengamati, hanya pengamatanlah yang ada).
Berkeley dianggap sebagai filsuf yang melanjutkan
karya Locke dibidang metafisika. Namun kesimpulannya berbeda dengan
kesimpulan Locke. Oki Berkeley bermuara dalam idealism yang oleh dia sendiri
disebut Immaterialisme, sebab menyangkal adanya suatu dunia yang ada diluar
kesadaran manusia.
Padangan dasar
Berkeley adalah sebagai berikut:
1.Segala realitas diluar
manusia tergantung pada kesadaran.
2.Tiada perbedaan antara dunia
rokhani dengan dunia bendawi.
3.Tiada perbedaan antara antara
gagasan pengalaman batiniah dan gagasan pengalaman lahiriah.
4.Tiada sesuatu yang berada
kecuali roh, yang dalam realitas konkritnya adalah pribadi-pribadi tokoh-tokoh
yang berpikir.
Menurut Berkeley, segala pengetahuan manusia
bersandar pada pengamatan. Pengamatan adalah identik dengan gagasan yang
diamati. Pengamatan bukan terjadi karena hubungan antara subjek yang mengamati
dengan objek yang diamati, melainkan karena hubungan antara pengamatan
panca indera yang satu dengan panca indera yang lain.
Contoh: Pengamatan jarak atau ukuran luas antara
subjek dan objek yang diamati. Pengamatan ini terjadi karena hubungan antara
pengamatan penglihatan dan pengamatan raba. (Penglihatan manusia hanya
menunjukkan bahwa ada warna meja, peraba yang menunjukkan bentuk, kasar dan
halusnya). Sebenarnya penglihatan manusia tidak mengamati jarak atau ukuran
keluasan meja itu dengan saya. Penglihatan tidak menceriterakan berapa jauh
jarak antara manusia dan barang yang diamati. Pengalaman dan kebiasaanlah yang
menjadikan manusia menduga bahwa ada jarak , ada ukuran keluasan, atau ada
ruang di antara manusia dan benda yang diamati.
Jika manusia mengamati sesuatu padanya ada
gambaran tentang sesuatu. Akan tetapi gambaran itu tidak menggambarkan suatu
realitas yang ada diluar manusia. Gambaran itu tidak mencerminkan sesuatu di
luar pengamatan. Di luar pengamatan tiada benda yang konkrit. Yang ada hanya
pengamatan yang konkrit, yang ada adalah ‘hal diamati’ itu. “Berada”
berarti”diamati”. Realitas hal-hal yang diamati terletak hanya dalam hal ini,
bahwa hal itu diamati.
Sifat segala sesuatu yang diamati adalah konkrit.
Contoh : manusia tidak dapat memikirkan keluasan ruang tanpa warna, bentuk,
isi. Juga manusia tidak dapat memikirkan gerak tanpa kecepatan atau kelambatan.
Dan manusia tidak dapat memikirkan segitiga yang tidak siku-siku atau sama sisi
atau sama kaki. Jelaslah menurut Berkeley, hanya gagasan yang konkritlah yang
dapat dipakai untuk memikirkan gagasan konkrit lainnya yang bermacam-macam itu.
Pandangan Berkeley tentang Substansi adalah tidak
lebih dari suatu penggabungan dari gagasan-gagasan. Seandainya manusia
meniadakan segala sifat yang ada pada sesuatu, tidak aka nada sesuatu lagi.
Sebab sifat-sifat itulah yang membentuk isi sesuatu tadi. Sesuatu yang kita
kenal sebenarnya adalah sesuatu kelompok sifat –sifat yang dapat diamati.
Contoh: sebuah meja, terdiri dari bentuknya yang tampak, kerasnya yang dapat
diraba, suaranya yang dapat didengar jika meja itu ditarik dari tempatnya. Dll.