Thursday, February 11, 2016

EVALUASI KURIKULUM


Penulis :
Latifah Mutmainah, Dkk

A.    Pengertian Evaluasi Kurikulum
Sebelum kita mempelajari dan mengetahui apa itu penegrtian evalusi kurikulum, terlebih dahulu kita harus mengetahui hal yang berkaitan dengan sistem yang ada pada evalusi kurikilum tersebut. Dalam sistem evaluasi kurikulum ini terdiri dari berbagai jenis di antaranya :
1.   Tes
a)   Gilbert Sax ( 1980 )
Tes adalah sebagai suatu rangkaian tugas
b)  Conny Semiawan ( 1986 )
Tes adalah alat pengukur untuk menetapkan apakah berbagain faset dari kesan yang kita perkirakan dari seseorang adalah benar merupakan fakta, juga cara untuk menggambarkan bermacam faset ini sesubjektif mungkin.
Kesimpulannya tes adalah serangkaian tugas atau soal-soal yang harus dijawab atau dikerjakan oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu.
2.   Pengukuran
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menetukan kualitas sesuatu.
3.   Penilaian
Penilaian adalah kegitan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan bebrbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar siswa.
4.   Evaluasi
Menurut Guba dan Lincolin Guba dan Lincolin evaluasi adalah a process for describing an evaluand evaluasi adalah a process for describing an evaluand an judging its merit and wort.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan Evaluasi Kurikulum adalah suatu tindakan penegndalian penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbanagn dan kriteria tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas penegmbang kurikulum dalam rangka menetukan keefektifan kurikulum.

B.    Kedudukan Evaluasi dalam Kurikulum
1.   Kurikulum adalah Suatu Program
Di dalam kurikulum terdapat berbagai macam komponen, antara lain tujuan, isi / materi, metode, media, sumber belajar, evaluasi, peserta didik, lingkumgan dan guru yang saling berhubungan dan ketergantungan satu sama lain serta berlangsung secara terencana, rasional dan objektif.
2.   Guru sebagai Pengembang Kurikulum Perlu Mengetahui Keefektifan dan Efesiensi kurikulum.
Guru adalah “figur sentral” yang harus memilih isi dan menetapkan strategi pengembangan kurikulum yang tepat sehingga dapat mendorong perbuatan belajar peserta didik yang aktif, kretaif, konstruktif, produktif, inovatif, dan efektif. Dalam pengembangan kurikulum guru akan melakukan kegiatan evaluasi, termasuk menilai proses dan hasil belajar yang berupa “ damapak pembelajaran” ( instuctioanal effect ). Peran peserat didik adalah melakuakn kegiatan belajar, mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai “ dampak pengiring “ ( nuturant effect ). Jika kegiatan kurikulum berakhir maka berati peserta didk memperoleh yang merupakan hasil interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dimana hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik dibedakan menjadi dua yaitu :
a.   Dampak pembelajaran
Dampak pembelajaran adalah hsil yang dapat diukur, seperti terlihat dalam buku rapor dan ijazah.
b.   Dampak pengiring
Dampak pengiring adalah penerapan kompetensi dibidang lain yang merupakan tranfer of learning.

C.    Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum
1.   Tujuan evaluasi kurikulum
Untuk mengetahui keefektifan dan efesiensi sistem kurikulum, baik yang menyangkut tentang tujuan, isi/materi, strategi, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilain itu sendiri.
2.   Fungsi Evaluasi kurikulum
Menurut Scriven fungsi evalusi dibedakan menjadi 2 yaitu:
a.   Evaluasi normatif
Evaluasi normatif berfungsi untuk perbaiakan dan pengembangan bagian tertentu atau sebagian besar bagian kurikulum yang sedang dikemabangkan.
b.   Fungsi sumatif berfungsi penyimpulan  mengenai kebaikan dari sistem secara keseluruhan
Menurut Stufflebean fungsi evaluasi dibedakan menjadi 2 yaitu:
a.   Proactive evalution yaitu melayani pemegang keputusan
b.   Retroactive evalution yaitu keperluan pertanggungjawaban.
Menurut Zainal Arifin (2009) fungsi evaluasi dibedakan menjadi 3 yaitu:
a.   Secara psikilogis artinya peserta didik selalu butuh untuk mengetahui hingga mana kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
b.   Secara sosiologis artinya berfungsi untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat.
c.   Secara distaktis-metodis evalusi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai denag kemampuan dan kecakapannya mesing-masing serta membantu guru dalam usaha mempaerbaiki kurikulum,
Berdasarkan fubgsi evaluasi yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh di atas maka dapat dismuplkan fungsi evalusi adalah
a.   Untuk perbaiakn kurikulum dan penyempurnaan kurikulum yang diarahkan pada semua komponen kurikulum secara keseluruhan.
b.   Untuk memberikan informasi bagi pembuat keputusan.
c.   Untuk pertanggungjawaban, laporan, seleksi, dan penempatan.
d.   Untuk akreditasi yaitu menilai kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
D.    Objek Evaluasi Kurikulum
            Objek evaluasi harus berhubungan dengan kegiatan nyata dan telah terjadi, objek evaluasi harus bertitik tolak dari tujuan evaluasi itu sendiri. Objek evaluasi kurikulum dapat dilihat dari berbagai segi:
a.      Dimensi-dimensi kurikulum mencakup dimensi rencana, dimensi kegiatan dan dimensi hasil
b.     Komponen-komponen kurikulum, mencakup tujuan, isi, proses dan evaluasi
c.      Tahap-tahap pengembangan kurikulum mencakup tahapan perencanaan (silabus dan RPP), pelaksanaan (sekolah dan di luar sekolah),monitoring,dan evaluasi.
Oemar Hamalik (2008) mengemukakan aspek-aspek kurikulum yang perlu dinilai terdiri atas “kategori masukan, kategori proses, kategori produk/ kelulusan.
Objek evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.     Program pembelajaran, meliputi:
a. Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar
b. Materi
c. Metode Pembelajaran
d. Media Pembelajaran
e. Sumber belajar
f. Lingkungan
g. Penilaian Proses dan Hasil belajar
            2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran
a. Kegiatan
b. Guru
c. Peserta didik
3. Hasil Pembelajaran
E.    Perinsip, Jenis, dan Evaluasi Kurikulum
            Evaluasi kurikulum harus memperhatikan perinsip- perinsip umum sebagai berikut:
1.     Kontinuitas
2.     Komprehensif
3.     Adil dan Objektif
4.     Kooperatif
Evaluator kurikulum perlu juga memperhatikan perinsip- perinsip yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan evaluasi yang meliputi:
a.      Evaluasi hendaknya di rancang sedemikian rupa , sehingga jelas tujuan dan kegunaan, objek evaluasinya, instrument evaluasi, dan interpretasi hasil evaluasi.
b.     Evaluasi harus menjadi bagian integral dalam proses pembagian kurikulum,
c.      Untuk memperoleh hasil yang objektif, evaluasi harus menggunakan berbagai instrument,
d.     Instrument evaluasi harus mendorong kemampuan penalaran dan kreativitas peserta didik,
e.      Objek evaluasiharus menyeluruh
f.      Evaluasi harus mengacu kepada perinsip diferensiasi
g.     Evaluasi tidak bersifat diskriminasi
h.     Evaluasi harus diikuti dengan tindak lanjut
i.       Evaluasi harus berorientasi pada kecakapan hidup dan bersifat mendidik

1.     Jenis- jenis evaluasi kurikulum
Dilihat dari kurikulum sebagai satu program :
a.      Evaluasi perencanaan dan pembangunan
Tahapan awal dalam penyusunan kurikulum menyangkut tentang kelayakan dan kebutuhan.
b.     Evaluasi Monitoring
Memeriksa apakah kurikulum mencapai sasaran secara efektif dan terlaksana sebagaimana mestinya.
c.      Evaluasi Dampak
Untuk mengetahui dampak yang di timbulkan dari suatu kurikulum.
d.     Evaluasi Evisiensi Ekonomis
Untuk menilai tingkat efisiensi kurikulum.
e.      Evaluasi Program Komperhensif
Untuk menilai kurikulum secara menyeluruh (perencanaan, pengembangan, implementasi, dampak dan tingkat keaktifan/efisiensi)
2.     Desain Evaluasi Kurikulum
Menurut Oemar Hamalik (2008), desain evaluasi kurikulum meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
a. Penetrapan garis Besar Penilaian
b. Pengumpulan Informasi
c. Organisasi informasi
d. Analisa Informasi
e. Laporan Informasi

A.    Pendekatan Pengembangan Kriteria Informasi
            Ada dua landasan pokok dalam pendekatan pengembangan kriteria evaluasi kurikulum, yaitu:
1.     Keterkaitan antara evaluasi dengan kurikulum itu sendiri
2.     Waktu, ketika kriteria untuk evaluasi tersebut.
Westbury (1970) dalam tulisannya yang berjudul Curriculum Evaluationmenganjurkan agar pemikiran tentang evaluasi kurikulum hendaklah di dasarkan atas hubungan antara evaluasi dan kurikulum dalam kedudukan yang seimbang. Setelah di lakukan penyesuaian dalam bidang evaluasi, S. Hamid Hasan dalam Zainal arifin (2009) mengembangkan empat kelompok pengembangan kriteria evaluasi yaitu “Pre-ordinate, fidelity, mutual-adaptive, dan process.”
1.     Pendekatan Pre-ordinate
Pendekatan pre-ordinate memiliki dua karakteristik : kriteria di tetapkan pada waktu kegiatan evaluasi belum di laksanakan dan bersifat mengikat karena di pergunakan sejak awal ditetapkan sampai kegiatan evaluasi selesai.

2.     Pendekatan Fidelity
Pendekatan fidelity sama dengan pendekatan pro-ordinate, tetapi anatara keduanya terdapat perbedaan yang perinsip mengenai hakikat alat evaluasi yang di gunakan. Pendekatan Fidelity tidak menggunakan kriteria yang di kembangkan berasal dari kurikulum itu sendiri. Sebelum evaluator mengembangkan alat evaluasinya.
3.     Pendekatan Gabungan
Evaluasi dengan pendekatan ini menggunakan sumber gabungan yaitu suatu kriteria baik yang dikembangkan dari karakteristik kurikulum maupun dari luar. Berdasrkan pendekatan ini, keberhasilan suatu implementasi diukur menurut :
a.      Keberhasilan mereka yang terljbat dalam pengembangan kurikuum
b.     Perubahan perilaku para guru dan administratif
c.      Fidelity implementasi yang menyatakan seeberapa jauh kurikulum sebagai rencana telah dilaksanakan kurikulum sebagai kegiatan
Karakteristik ini dijadikan sumber kriteria yang kemudian dikembangkan menjadi alat evaluasi untuk mengukur dimensi kurikulum sebagai kegiatan.
4.     Pendekatan Proses
 Dasar pemikiran pendekatan ini adalah adanya ketidakpuasan terhadap hasil evaluasi yang kurang membantu para pelaksana terutama guru. Kriteria pendekatan proses antara lain :
a.      Kriteria yang dipergunakan untuk evaluasi tidak dikembangkan sebelum evaluator berada di lapangan
b.     Sangat peduli dengan masalah yang dihadapi oleh pelaksana kurikulumdi lapangan
c.      Sangat terkenal dengan penggunaan studi kasus untuk mendekati lapangan.

Model-Model Evaluasi Kurikulum
1.     Model Tyler (Tyler Model)
Nama model ini diambil dari nama pengembangnya, yaitu Tyler dalam buku Basic principles of Curriculum and Instruktion. Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran :
a.      Evaluasi ditujukan pada perilaku peserta didik
b.     Evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kurikullum dan sesudah melaksanakan kurikulum (hasil).
2.     Model yang berorientasi pada tujuan (Goal Oriented Evaluation Model)
Evaluasi diartikan sebagai proses pengukuran hingga tujuan kurikulum tercapai. Model ini dianggap lebih praktis untuk mendesain dan mengembangkan suatu kurikulum karena karena menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur.
3.     Model Pengukuran (R.Thomdike dan R.L.Ebel)
Sesuai dengan namanya, model ini sangat menitik beratkan pada kegiatan pengukuran. Pengukuran digunakan untuk menentukan kuantitas suatu sifat (atribute)  tertentu yang dimiliki oleh objek, orang maupun peristiwa dalam bentuk unit ukuran tertentu.
4.     Model Kesesuaian (Raiph W.Tyler, John B.Carrol, Lee.J.Cronback)
Model ini memandang evaluasi sebagai kegiatan untuk melihat kesesuaianantara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk menyempurnakan sistem bimbingan dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang memerluukan.
5.     Model Evaluasi Sistem Pendidikan (Educational System Evaluation Model)
Dalam model ini evaluasi berarti membandingkan performance dari berbagai dimensi  dengan sejumlah kriteria baik yang bersifat mutlak maupun relatif. Model ini menekan kan sistem sebagai suatu keseluruhan dan merupakan penggabungan dari beberapa model.
6.     ModelAlkin (Marvin Alkin, 1969)
Menurut Alkin, evaluasi adalah suatu proses untuk meyakinkan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih informasi yang tepat, dan menganalisis informasi sehingga dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif. Alkin mengemukakan ada lima jenis evaluasi, yaitu :
a.      Sistem assesment, yaitu untuk memberikan informasi tentang keadaan atau posisi dari suatu sistem.
b.     Program Planning, yaitu untuk membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuh suatu program dapat berfungsi,bekerja atau berjalan.
c.      Program Implementation, yaitu untuk menyiapkann informasi apakah suatu program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat.
d.     Program improvment, yaitu memberikan informasi tentang bagaimana suatu program dapat berfunhgsi, bekerja atau berjalan.
e.      Program certification, yaitu memberikan informasi tentang nilai atau manfaat suatu program.
7.     Model Brinkerhoff
Robert O. Brinkerhoff (1987) mengemukakan ada tiga jenis evaluasi yang disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama.
a.      fixed vs Emergent Evaluation Design
Desain evaluasi fixed (tetap) harus direncanakan dan disusun secara sistematik-terstruktur sebelum program dilaksanakan.kegiatan-kegiatan evaluasi yang dilakukan dalam desain tetap ini, antara lain menyusun pertanyaan-pertanyaan, menyusun dan menyiapkan instrumen, menganalisis hasil evaluasi dan melaporkan hasil evaluasi secara formal kepada pihak-pihak yang  berkepentingan.
Desain evaluasi emergent bertujuan untuk beradaptasi dengan situasi yang sedang berlangsung dan berkembang, seperti menampung pendapat audiensi, masalah-masalah,dan kegiatan program.teknik pengumpulan data dapat menggunmakan observasi, studi kasus dan laporan tim pendukung.
b.     Formative vs Summative Evaluation ( Michael Scriven, 1967)
Evaluasi formative berfungsi untuk memperbaiki kurikulum, sedangkan evaluasi sumatif berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum secara menyeluruh. Artinya , jika hasil kurikulum memang bermanfaat bagi semua pihak yang terkait ( terutama peserta didik), maka implementasi kurikulum dapat dilanjutkan. Sebaliknya jika hasil kurikulum tidak mempunyai manfaat, maka kurukulum dapat dihentikan.
c.      Desain eksperimental dan desain quasi eksperimental vs natural inquiri
Desain eksperimental bertujuan untuk menilai manfaat hasil percobaan dari suatu kurikulum.desain evaluasi ini harus disusun bersama dan biasanya memerlukan waktu dan biaya yang cukup banyak, terutama dalam menyususn instrumen untuk menilai perlakuan, mengumpulkan data kuantitatif, dan mengolah data statistik.
8.     Model Illuminatif ( Malcom parlett dan Hamilton)
Model ini lebih ,menekankan pada evaluasi kualitatif-terbuka 9open – ended). Kegiatan evaluasi dihubungkan dengan learning milieu, yaitu lingkungan sekolah sebagai lingkungan material dan psiko-sosial, dimana guru dan peserta didik dapat berinteraksi. Tujuan evaluasi adalah untuk menganalisis pelaksanaan sistem, faktor-faktor yang mempengaruhinya, kelebihan, dan kekurangan sistem, dan pengaruh sistem terhadap pengalaman belajar peserta didik.
9.     Model Responsif (responsive model)
Model ini juga menekankan pada pendekatan kualitatif-naturalistik, tujuan evaluasi adalah untuk memahami semua komponen program melalui berbagai sudut pandangan yang berbeda. Instrumen yang digunakan pada umumnya mengandalkan observasi langsung maupun tak langsung dengan interpretasi data yang impresionistik..
Kelebihan model ini adalah peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuannya mengakomodasi pendapat yang ambisisus serta tidak fokus, sedangkan kekurangannya antara lain.
a.      pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau penyederhanaan informasi.
b.     tidak mungkin menampung semua sudut pandang dari berbagai kelompok.
c.      membutuhkan waktu dan tenaga.
10.  Model Studi Kasus
Model ini memiliki karakteristik, antara lain:
a.      terfokus pada kegiatan kurikulum disuatu sekolah, dikelas atau bahkan hanya kepada seorang kepala sekolah atau guru.
b.     tidak mempersoalkan pemilihan sampel
c.      hasil evaluasi hanya berlaku pada tempat evaluasi itu dilakukan.
d.     tidak ada generalisasi hasil evaluasi.
e.      data yang dikumpulkan terutama data kualitatif.
f.      adanya realitas yang tidak sepihak (multiple realities)
Keberhasilan suatu kurikulum dipengaruhin oleh berbagai faktor, antara lain:
a.      tujuan kurikulum, baik tujuan umum maupun khusus.
b.     sistem sekolah.

c.      program pembinaan.