Penulis :
Latifah Mutmainah, Dkk
A.
Pengertian
Evaluasi Kurikulum
Sebelum kita mempelajari dan
mengetahui apa itu penegrtian evalusi kurikulum, terlebih dahulu kita harus
mengetahui hal yang berkaitan dengan sistem yang ada pada evalusi kurikilum
tersebut. Dalam sistem evaluasi kurikulum ini terdiri dari berbagai jenis di
antaranya :
1.
Tes
a)
Gilbert Sax (
1980 )
Tes adalah sebagai suatu rangkaian tugas
b)
Conny Semiawan
( 1986 )
Tes
adalah alat pengukur untuk menetapkan apakah berbagain faset dari kesan yang
kita perkirakan dari seseorang adalah benar merupakan fakta, juga cara untuk menggambarkan
bermacam faset ini sesubjektif mungkin.
Kesimpulannya
tes adalah serangkaian tugas atau soal-soal yang harus dijawab atau dikerjakan
oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu.
2.
Pengukuran
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menetukan
kualitas sesuatu.
3.
Penilaian
Penilaian
adalah kegitan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan bebrbagai informasi
secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar siswa.
4.
Evaluasi
Menurut
Guba dan Lincolin Guba dan Lincolin evaluasi adalah a process for describing
an evaluand evaluasi adalah a process for describing an evaluand an judging its
merit and wort.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan Evaluasi
Kurikulum adalah suatu tindakan penegndalian penjaminan dan penetapan mutu
kurikulum, berdasarkan pertimbanagn dan kriteria tertentu, sebagai bentuk
akuntabilitas penegmbang kurikulum dalam rangka menetukan keefektifan
kurikulum.
B.
Kedudukan
Evaluasi dalam Kurikulum
1.
Kurikulum
adalah Suatu Program
Di
dalam kurikulum terdapat berbagai macam komponen, antara lain tujuan, isi /
materi, metode, media, sumber belajar, evaluasi, peserta didik, lingkumgan dan
guru yang saling berhubungan dan ketergantungan satu sama lain serta
berlangsung secara terencana, rasional dan objektif.
2.
Guru sebagai
Pengembang Kurikulum Perlu Mengetahui Keefektifan dan Efesiensi kurikulum.
Guru
adalah “figur sentral” yang harus memilih isi dan menetapkan strategi
pengembangan kurikulum yang tepat sehingga dapat mendorong perbuatan belajar
peserta didik yang aktif, kretaif, konstruktif, produktif, inovatif, dan
efektif. Dalam pengembangan kurikulum guru akan melakukan kegiatan evaluasi,
termasuk menilai proses dan hasil belajar yang berupa “ damapak pembelajaran” (
instuctioanal effect ). Peran peserat didik adalah melakuakn kegiatan
belajar, mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan
sebagai “ dampak pengiring “ ( nuturant effect ). Jika kegiatan
kurikulum berakhir maka berati peserta didk memperoleh yang merupakan hasil
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dimana hasil belajar yang
diperoleh oleh peserta didik dibedakan menjadi dua yaitu :
a.
Dampak
pembelajaran
Dampak
pembelajaran adalah hsil yang dapat diukur, seperti terlihat dalam buku rapor
dan ijazah.
b.
Dampak
pengiring
Dampak
pengiring adalah penerapan kompetensi dibidang lain yang merupakan tranfer
of learning.
C.
Tujuan dan Fungsi
Evaluasi Kurikulum
1.
Tujuan evaluasi
kurikulum
Untuk
mengetahui keefektifan dan efesiensi sistem kurikulum, baik yang menyangkut
tentang tujuan, isi/materi, strategi, media, sumber belajar, lingkungan maupun
sistem penilain itu sendiri.
2.
Fungsi Evaluasi
kurikulum
Menurut
Scriven fungsi evalusi dibedakan menjadi 2 yaitu:
a.
Evaluasi
normatif
Evaluasi
normatif berfungsi untuk perbaiakan dan pengembangan bagian tertentu atau
sebagian besar bagian kurikulum yang sedang dikemabangkan.
b.
Fungsi sumatif
berfungsi penyimpulan mengenai kebaikan
dari sistem secara keseluruhan
Menurut
Stufflebean fungsi evaluasi dibedakan menjadi 2 yaitu:
a.
Proactive
evalution yaitu melayani pemegang keputusan
b.
Retroactive
evalution yaitu keperluan pertanggungjawaban.
Menurut Zainal Arifin (2009) fungsi evaluasi dibedakan menjadi 3
yaitu:
a.
Secara psikilogis
artinya peserta didik selalu butuh untuk mengetahui hingga mana kegiatan yang
telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
b.
Secara
sosiologis artinya berfungsi untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup
mampu untuk terjun ke masyarakat.
c.
Secara
distaktis-metodis evalusi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan
peserta didik pada kelompok tertentu sesuai denag kemampuan dan kecakapannya
mesing-masing serta membantu guru dalam usaha mempaerbaiki kurikulum,
Berdasarkan fubgsi evaluasi yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh di
atas maka dapat dismuplkan fungsi evalusi adalah
a.
Untuk perbaiakn
kurikulum dan penyempurnaan kurikulum yang diarahkan pada semua komponen
kurikulum secara keseluruhan.
b.
Untuk
memberikan informasi bagi pembuat keputusan.
c.
Untuk
pertanggungjawaban, laporan, seleksi, dan penempatan.
d.
Untuk
akreditasi yaitu menilai kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan.
D. Objek
Evaluasi Kurikulum
Objek evaluasi harus berhubungan
dengan kegiatan nyata dan telah terjadi, objek evaluasi harus bertitik tolak
dari tujuan evaluasi itu sendiri. Objek evaluasi kurikulum dapat dilihat dari
berbagai segi:
a. Dimensi-dimensi
kurikulum mencakup dimensi rencana, dimensi kegiatan dan dimensi hasil
b. Komponen-komponen
kurikulum, mencakup tujuan, isi, proses dan evaluasi
c. Tahap-tahap
pengembangan kurikulum mencakup tahapan perencanaan (silabus dan RPP),
pelaksanaan (sekolah dan di luar sekolah),monitoring,dan evaluasi.
Oemar
Hamalik (2008) mengemukakan aspek-aspek kurikulum yang perlu dinilai terdiri
atas “kategori masukan, kategori proses, kategori produk/ kelulusan.
Objek
evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Program
pembelajaran, meliputi:
a. Tujuan pembelajaran
umum atau kompetensi dasar
b. Materi
c. Metode Pembelajaran
d. Media Pembelajaran
e. Sumber belajar
f. Lingkungan
g. Penilaian Proses dan Hasil
belajar
2.
Proses Pelaksanaan Pembelajaran
a.
Kegiatan
b.
Guru
c.
Peserta didik
3.
Hasil Pembelajaran
E. Perinsip, Jenis, dan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum harus
memperhatikan perinsip- perinsip umum sebagai berikut:
1. Kontinuitas
2. Komprehensif
3. Adil
dan Objektif
4. Kooperatif
Evaluator
kurikulum perlu juga memperhatikan perinsip- perinsip yang berkaitan dengan
teknis pelaksanaan evaluasi yang meliputi:
a. Evaluasi
hendaknya di rancang sedemikian rupa , sehingga jelas tujuan dan kegunaan,
objek evaluasinya, instrument evaluasi, dan interpretasi hasil evaluasi.
b. Evaluasi
harus menjadi bagian integral dalam proses pembagian kurikulum,
c. Untuk
memperoleh hasil yang objektif, evaluasi harus menggunakan berbagai instrument,
d. Instrument
evaluasi harus mendorong kemampuan penalaran dan kreativitas peserta didik,
e. Objek
evaluasiharus menyeluruh
f. Evaluasi
harus mengacu kepada perinsip diferensiasi
g. Evaluasi
tidak bersifat diskriminasi
h. Evaluasi
harus diikuti dengan tindak lanjut
i. Evaluasi
harus berorientasi pada kecakapan hidup dan bersifat mendidik
1. Jenis-
jenis evaluasi kurikulum
Dilihat dari kurikulum sebagai satu program :
a. Evaluasi
perencanaan dan pembangunan
Tahapan awal dalam
penyusunan kurikulum menyangkut tentang kelayakan dan kebutuhan.
b. Evaluasi
Monitoring
Memeriksa apakah
kurikulum mencapai sasaran secara efektif dan terlaksana sebagaimana mestinya.
c. Evaluasi
Dampak
Untuk mengetahui dampak
yang di timbulkan dari suatu kurikulum.
d. Evaluasi
Evisiensi Ekonomis
Untuk menilai tingkat
efisiensi kurikulum.
e. Evaluasi
Program Komperhensif
Untuk menilai kurikulum
secara menyeluruh (perencanaan, pengembangan, implementasi, dampak dan tingkat
keaktifan/efisiensi)
2. Desain
Evaluasi Kurikulum
Menurut Oemar Hamalik (2008), desain evaluasi
kurikulum meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
a. Penetrapan garis Besar Penilaian
b. Pengumpulan Informasi
c. Organisasi informasi
d. Analisa Informasi
e. Laporan Informasi
A. Pendekatan
Pengembangan Kriteria Informasi
Ada dua landasan pokok dalam
pendekatan pengembangan kriteria evaluasi kurikulum, yaitu:
1. Keterkaitan
antara evaluasi dengan kurikulum itu sendiri
2. Waktu,
ketika kriteria untuk evaluasi tersebut.
Westbury (1970)
dalam tulisannya yang berjudul Curriculum Evaluationmenganjurkan agar pemikiran
tentang evaluasi kurikulum hendaklah di dasarkan atas hubungan antara evaluasi
dan kurikulum dalam kedudukan yang seimbang. Setelah di lakukan penyesuaian
dalam bidang evaluasi, S. Hamid Hasan dalam Zainal arifin (2009) mengembangkan
empat kelompok pengembangan kriteria evaluasi yaitu “Pre-ordinate, fidelity, mutual-adaptive, dan process.”
1.
Pendekatan
Pre-ordinate
Pendekatan pre-ordinate memiliki dua karakteristik :
kriteria di tetapkan pada waktu kegiatan evaluasi belum di laksanakan dan
bersifat mengikat karena di pergunakan sejak awal ditetapkan sampai kegiatan
evaluasi selesai.
2.
Pendekatan
Fidelity
Pendekatan fidelity sama dengan pendekatan pro-ordinate, tetapi anatara keduanya
terdapat perbedaan yang perinsip mengenai hakikat alat evaluasi yang di
gunakan. Pendekatan Fidelity tidak menggunakan kriteria yang di kembangkan
berasal dari kurikulum itu sendiri. Sebelum evaluator mengembangkan alat
evaluasinya.
3.
Pendekatan
Gabungan
Evaluasi dengan pendekatan ini menggunakan sumber gabungan yaitu
suatu kriteria baik yang dikembangkan dari karakteristik kurikulum maupun dari
luar. Berdasrkan pendekatan ini, keberhasilan suatu implementasi diukur menurut
:
a.
Keberhasilan mereka
yang terljbat dalam pengembangan kurikuum
b.
Perubahan
perilaku para guru dan administratif
c.
Fidelity implementasi yang menyatakan seeberapa jauh kurikulum sebagai
rencana telah dilaksanakan kurikulum sebagai kegiatan
Karakteristik ini dijadikan sumber kriteria yang kemudian
dikembangkan menjadi alat evaluasi untuk mengukur dimensi kurikulum sebagai
kegiatan.
4.
Pendekatan
Proses
Dasar pemikiran pendekatan
ini adalah adanya ketidakpuasan terhadap hasil evaluasi yang kurang membantu
para pelaksana terutama guru. Kriteria pendekatan proses antara lain :
a.
Kriteria yang
dipergunakan untuk evaluasi tidak dikembangkan sebelum evaluator berada di
lapangan
b.
Sangat peduli
dengan masalah yang dihadapi oleh pelaksana kurikulumdi lapangan
c.
Sangat terkenal
dengan penggunaan studi kasus untuk mendekati lapangan.
Model-Model
Evaluasi Kurikulum
1.
Model Tyler
(Tyler Model)
Nama
model ini diambil dari nama pengembangnya, yaitu Tyler dalam buku Basic
principles of Curriculum and Instruktion. Model ini dibangun atas dua dasar
pemikiran :
a.
Evaluasi
ditujukan pada perilaku peserta didik
b.
Evaluasi harus
dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kurikullum
dan sesudah melaksanakan kurikulum (hasil).
2.
Model yang
berorientasi pada tujuan (Goal Oriented Evaluation Model)
Evaluasi
diartikan sebagai proses pengukuran hingga tujuan kurikulum tercapai. Model ini
dianggap lebih praktis untuk mendesain dan mengembangkan suatu kurikulum karena
karena menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur.
3.
Model
Pengukuran (R.Thomdike dan R.L.Ebel)
Sesuai
dengan namanya, model ini sangat menitik beratkan pada kegiatan pengukuran.
Pengukuran digunakan untuk menentukan kuantitas suatu sifat (atribute) tertentu yang dimiliki oleh objek, orang
maupun peristiwa dalam bentuk unit ukuran tertentu.
4.
Model
Kesesuaian (Raiph W.Tyler, John B.Carrol, Lee.J.Cronback)
Model
ini memandang evaluasi sebagai kegiatan untuk melihat kesesuaianantara tujuan
dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk menyempurnakan
sistem bimbingan dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang
memerluukan.
5.
Model Evaluasi
Sistem Pendidikan (Educational System Evaluation Model)
Dalam
model ini evaluasi berarti membandingkan performance dari berbagai
dimensi dengan sejumlah kriteria baik
yang bersifat mutlak maupun relatif. Model ini menekan kan sistem sebagai suatu
keseluruhan dan merupakan penggabungan dari beberapa model.
6.
ModelAlkin
(Marvin Alkin, 1969)
Menurut
Alkin, evaluasi adalah suatu proses untuk meyakinkan keputusan, mengumpulkan
informasi, memilih informasi yang tepat, dan menganalisis informasi sehingga
dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif.
Alkin mengemukakan ada lima jenis evaluasi, yaitu :
a.
Sistem
assesment, yaitu untuk memberikan informasi tentang keadaan atau posisi dari
suatu sistem.
b.
Program
Planning, yaitu untuk membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan
berhasil memenuh suatu program dapat berfungsi,bekerja atau berjalan.
c.
Program
Implementation, yaitu untuk menyiapkann informasi apakah suatu program sudah
diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat.
d.
Program
improvment, yaitu memberikan informasi tentang bagaimana suatu program dapat
berfunhgsi, bekerja atau berjalan.
e.
Program
certification, yaitu memberikan informasi tentang nilai atau manfaat suatu
program.
7.
Model
Brinkerhoff
Robert
O. Brinkerhoff (1987) mengemukakan ada tiga jenis evaluasi yang disusun
berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama.
a.
fixed vs Emergent
Evaluation Design
Desain
evaluasi fixed (tetap) harus direncanakan dan disusun secara
sistematik-terstruktur sebelum program dilaksanakan.kegiatan-kegiatan evaluasi
yang dilakukan dalam desain tetap ini, antara lain menyusun
pertanyaan-pertanyaan, menyusun dan menyiapkan instrumen, menganalisis hasil
evaluasi dan melaporkan hasil evaluasi secara formal kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
Desain
evaluasi emergent bertujuan untuk beradaptasi dengan situasi yang sedang
berlangsung dan berkembang, seperti menampung pendapat audiensi,
masalah-masalah,dan kegiatan program.teknik pengumpulan data dapat menggunmakan
observasi, studi kasus dan laporan tim pendukung.
b.
Formative vs
Summative Evaluation ( Michael Scriven, 1967)
Evaluasi
formative berfungsi untuk memperbaiki kurikulum, sedangkan evaluasi sumatif
berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum secara menyeluruh. Artinya , jika
hasil kurikulum memang bermanfaat bagi semua pihak yang terkait ( terutama
peserta didik), maka implementasi kurikulum dapat dilanjutkan. Sebaliknya jika
hasil kurikulum tidak mempunyai manfaat, maka kurukulum dapat dihentikan.
c.
Desain
eksperimental dan desain quasi eksperimental vs natural inquiri
Desain
eksperimental bertujuan untuk menilai manfaat hasil percobaan dari suatu
kurikulum.desain evaluasi ini harus disusun bersama dan biasanya memerlukan
waktu dan biaya yang cukup banyak, terutama dalam menyususn instrumen untuk
menilai perlakuan, mengumpulkan data kuantitatif, dan mengolah data statistik.
8.
Model
Illuminatif ( Malcom parlett dan Hamilton)
Model
ini lebih ,menekankan pada evaluasi kualitatif-terbuka 9open – ended). Kegiatan
evaluasi dihubungkan dengan learning milieu, yaitu lingkungan sekolah sebagai
lingkungan material dan psiko-sosial, dimana guru dan peserta didik dapat
berinteraksi. Tujuan evaluasi adalah untuk menganalisis pelaksanaan sistem,
faktor-faktor yang mempengaruhinya, kelebihan, dan kekurangan sistem, dan
pengaruh sistem terhadap pengalaman belajar peserta didik.
9.
Model Responsif
(responsive model)
Model
ini juga menekankan pada pendekatan kualitatif-naturalistik, tujuan evaluasi
adalah untuk memahami semua komponen program melalui berbagai sudut pandangan
yang berbeda. Instrumen yang digunakan pada umumnya mengandalkan observasi
langsung maupun tak langsung dengan interpretasi data yang impresionistik..
Kelebihan
model ini adalah peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuannya
mengakomodasi pendapat yang ambisisus serta tidak fokus, sedangkan
kekurangannya antara lain.
a.
pembuat
keputusan sulit menentukan prioritas atau penyederhanaan informasi.
b.
tidak mungkin
menampung semua sudut pandang dari berbagai kelompok.
c.
membutuhkan
waktu dan tenaga.
10.
Model Studi
Kasus
Model
ini memiliki karakteristik, antara lain:
a.
terfokus pada
kegiatan kurikulum disuatu sekolah, dikelas atau bahkan hanya kepada seorang
kepala sekolah atau guru.
b.
tidak
mempersoalkan pemilihan sampel
c.
hasil evaluasi
hanya berlaku pada tempat evaluasi itu dilakukan.
d.
tidak ada
generalisasi hasil evaluasi.
e.
data yang
dikumpulkan terutama data kualitatif.
f.
adanya realitas
yang tidak sepihak (multiple realities)
Keberhasilan suatu kurikulum dipengaruhin oleh berbagai faktor,
antara lain:
a.
tujuan
kurikulum, baik tujuan umum maupun khusus.
b.
sistem sekolah.